"kau ingat!"

345 60 13
                                    

⠀⠀"aku akan membersihkan diri di kamar mandi," ujar seungwan setelah ia bangkit dari meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀"aku akan membersihkan diri di kamar mandi," ujar seungwan setelah ia bangkit dari meja.

"aku ikut ya?" mark tersenyum nakal.

"tidak," tolak seungwan serius. mark cuma terkekeh.

saat seungwan memasang celananya kembali, mark merengkuhnya dari belakang lalu mengecup bahu gadis itu, sebelum akhirnya seungwan melangkahkan kaki buru-buru ke kamar mandi tanpa melihat ke arah mark. ia mengunci diri, menjatuhkan bokongnya di atas kloset yang tertutup.

seungwan memijat kepalanya yang masih sedikit berputar-putar pascaorgasme. dirinya masih bingung dan tak percaya tentang apa yang baru saja terjadi.

yang benar saja, dia berhubungan seks dengan mark sementara pikirannya ada pada park chanyeol--bahkan mendapatkan puncaknya karena membayangkan sahabatnya sendiri? seungwan sudah gila!

bahkan saat pertama seungwan berhubungan badan dengan mark di rumah atap, dia tidak merasakan orgasme seintens itu.

apa mark mendengarku ketika aku hampir saja merintihkan nama chanyeol? pikirnya gusar.

ini semua sudah pasti karena mark terus-terusan membuat dirinya menyebut nama chanyeol--tunggu, memangnya mark yang menyuruh seungwan untuk menyebut-nyebut chanyeol ketika mereka bersetubuh? salah, mark justru meminta seungwan untuk berhenti membicarakan chanyeol!

ya ampun, kepala seungwan terasa nyut-nyutan. apa ini wajar?

sedang seungwan bersinggah di toilet, mark yang telah mengenakan celananya langsung duduk di kursi, dan mengacak rambutnya. napasnya masih memburu karena lelah. ia mengusap wajah.

bingung dan kesal. kenapa mereka selalu mengawali hubungan seksnya dengan percakapan mengenai chanyeol? sudah kedua kalinya mereka bersetubuh dan dua kali pula mark menegangkan kemaluannya karena cemburu.

padahal, yang dia inginkan selama ini adalah seks atas dasar menginginkan satu sama lain, cinta, dan penuh kasih sayang.

tapi, seungwan menginginkanku kan? tanyanya dalam hati. lalu dia mengangguk-angguk sendiri. tentu saja dia menginginkanku.

mark yakin sekali mendengar seungwan meracau dan nyaris berteriak saat klimaks--ia menggeleng-geleng cepat, menolak ingatannya.

tidak mungkin seungwan meracaukan nama chanyeol ketika mereka bersetubuh. mungkin, dia cuma salah ingat?

atau mungkin tidak.

ibu jarinya digigiti. selagi mengernyit berpikir, sudut matanya menangkap marmut berbaju merah yang tergeletak di bawah meja makan. ia menunduk, tangannya menjangkau gantungan kunci itu dan menebak kalau barang tersebut adalah milik seungwan. dia tahu, sedari tadi seungwan mencengkeramnya.

terheran-heran, bukannya seungwan baru saja joging dan pergi ke kafe? dari mana dia mendapatkannya?

apakah chanyeol yang memberikannya? kalau iya, dalam rangka apa?

mark mengamati dan meraba figur marmut tersebut. bagian perutnya yang buncit berbentuk janggal, membuat mark mencoba merogoh saku di baju merah itu.

ia menemukan sebuah kertas yang dilipat empat kali. sebelum membacanya, mark mengecek arah kamar mandi, mendengarkan air yang masih mengucur tanda seungwan juga masih berada di sana.

jarinya tergesa membuka lipatan surat itu. matanya membaca dengan saksama. wajahnya bertambah bengis saat arah pandangannya terus turun semakin ke bawah, mengikuti cecaran kalimat-kalimat yang ditulis di sana.

mark merobek kertas tersebut jadi kecil-kecil, kemudian beranjak dari kursi dan membuangnya ke saluran air di wastafel.

sengaja membuat tulisannya larut; menghilang.

tepat pada saat bagian kecil terakhir dari surat itu larut dalam air, seungwan mengeluari kamar mandi, dan menangkap mark yang sedang berdiri di wastafel dengan air mengalir.

"apa yang kau lakukan?" tanya seungwan menghampiri. "tolong jangan membuang-buang air."

mark mengulurkan tangannya pada aliran air dengan asal, sebelum mematikan keran. "tidak, sayang, aku hanya mencuci tangan," dalihnya bohong, sambil membalikkan badan dan menunjukkan kedua tangannya yang kini basah.

seungwan mengangguk-angguk percaya. "kau sudah makan? mau kumasakkan sesuatu?"

"tidak perlu," kata mark, "sehabis ini aku akan pergi dengan seorang teman. aku akan makan sendiri di luar."

mata seungwan melayu kecewa. mark selalu menolak ajakannya kalau ia ingin memasakkan sesuatu untuknya. padahal, chanyeol selalu senang kalau seungwan menawarkan sesuatu yang dimasaknya--tunggu, kenapa juga seungwan memikirkan chanyeol lagi?

ya sudah. lagipula, mungkin, itu karena chanyeol jauh lebih lama mengenalnya. bisa saja, lama-kelamaan mark akan terbiasa, sama seperti chanyeol--seungwan, sudahlah! mereka berdua itu orang yang berbeda.

mendadak mengingat sesuatu, matanya terarah pada gantungan marmut yang kini terletak di atas meja makan. ia melangkah mendekatinya dan meraih benda tersebut. "dia jatuh ya, tadi."

"ya. kau terlalu bersemangat," kata mark tertawa renyah. ia membawa tungkainya menghampiri seungwan dan memeluknya dari belakang. "selamat ulang tahun, sayang."

seungwan membalikkan tubuhnya menghadap mark. ada senyum terulas di bibirnya. "kau ingat!" ia merengkuh mark untuk memeluknya.

"tentu saja," jawab mark. tangannya membalas pelukan seungwan dan menepuk-nepuk kepala kekasihnya itu pelan. "mana mungkin aku lupa."

padahal, mark tidak akan ingat apa-apa kalau ia tidak membaca kertas dilipat empat kali yang ditemukannya di kantong perut gantungan kunci milik seungwan.

entah apakah gadis itu sudah membacanya atau belum--yang jelas, mark tidak mau jika seungwan mengingat setiap goresan tinta di atas kertas itu.

entah apakah gadis itu sudah membacanya atau belum--yang jelas, mark tidak mau jika seungwan mengingat setiap goresan tinta di atas kertas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<ʷnͬoͥtͭeͤʳˢ>

dih anjay toxic bet lu mark tuan

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang