"boleh aku ikut?"

363 66 11
                                    

⠀⠀lelaki itu menarik ritsleting jaketnya untuk menutup seragam barista yang dikenakan pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀lelaki itu menarik ritsleting jaketnya untuk menutup seragam barista yang dikenakan pagi ini. setelah memasang sepatu di kedua kaki dan menyelempang tas, ia memasukkan sebuah gantungan kunci ke dalam tas untuk menyembunyikannya, dan pergi menaiki sepeda.

"selamat pagi, tetangga!"

chanyeol nyaris berteriak dan melompat saat seungwan berlari kecil dan berhenti untuk mengadang sepedanya. chanyeol menarik rem, mendecak kesal. "wan, bisa tidak, jangan mengejutkanku terus seperti itu?"

seungwan tergelak hingga menunduk. "kau harus lihat wajahmu sendiri!"

"jangan ganggu aku, wan," ketus chanyeol. "aku mau pergi bekerja."

"pagi-pagi sekali. lihatlah, aku baru selesai berjoging." seungwan membuka kedua tangannya, memperlihatkan kaus polos dan celana olahraga yang dikenakannya.

chanyeol mendengus dan tertawa kecil. "itu, kan, kau saja yang bangun terlalu siang untuk joging. ini sudah pukul sembilan, kau tahu? matahari mulai terik." lelaki itu menatap sahabatnya dengan tatapan tak percaya sambil berdecak beberapa kali. "lihatlah keringatmu itu ada di mana-mana. busan bisa banjir," kelakarnya sambil menunjuk-nunjuk seungwan. "minggir, aku bisa telat kalau kau menghalangiku terus."

"tunggu!" ekspresi seungwan berubah menjadi semangat. "kau tahu ini hari apa?"

"senin," jawab chanyeol sekenanya. seungwan mencebikkan bibir. sebelum seungwan berkata apa-apa lagi, ia memotong, "sudah, aku mau pergi, seungwan. teman kerjaku akan mengomel kalau aku telat." chanyeol mengibaskan tangan, mengisyarat seungwan supaya enyah dari jalannya.

"boleh aku ikut?"

"ke mana?"

"ke tempat kerjamu."

"sekarang?"

"yaaa."

"dengan keringat deras seperti itu? astaga, seungwan, busan bisa banjir betulan!"

"kalau naik sepeda juga membuatmu berkeringat, kita tidak ada bedanya kan?"

jari-jari chanyeol bergerak di gagang kemudi sepeda. ia menimbang-nimbang sejenak. pada akhirnya, ia mengedikkan kepala ke arah kursi boncengannya yang kosong. "cepat, naiklah. aku akan telat."

"hore!"

seungwan melompat ke kursi belakang, membuat chanyeol meneriaki namanya dengan panik. "astaga, pantas saja, dulu ban sepedaku sering kempes."

"maksudmu, aku ini berat?" seungwan menganalisis, menatap chanyeol yang kini mulai mengayuh pedal sepeda.

"tidak. kau seringan angin. pegangan yang erat, son seungwan, nanti kau terbang," canda chanyeol. meski seungwan tidak melihatnya, tapi ada nada senyum di sana.

seungwan melingkarkan tangannya di sekitar chanyeol tanpa ragu. punggung temannya itu terlihat sangat luas sekarang, atau hanya perasaannya saja?

"chan, boleh aku bersandar?" tanya seungwan meminta persetujuan. "di punggungmu."

si pembonceng menahan tawanya sambil terus mengayuh dengan kecepatan maksimal. "sejak kapan kau jadi hobi meminta izin?"

"aku cuma berusaha bersikap sopan."

"itu bukan gayamu."

kedua ujung di bibir chanyeol tertarik melebar kala seungwan betul-betul memeluknya erat dan menyandarkan kepala di punggungnya.

"aku sangat merindukanmu," kata seungwan tanpa ragu seraya mengangkat kepalanya.

"apa? aku tidak dengar!"

"tidak," tukas seungwan lantang. "tidak jadi!"

gadis itu menaruh kepalanya kembali di punggung chanyeol. ia tersenyum simpul. chanyeol juga. nostalgia.

aku juga merindukanmu, seungwan.

⠀⠀segelas smoothie rasa stroberi ditaruh di atas meja oleh tangan chanyeol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀segelas smoothie rasa stroberi ditaruh di atas meja oleh tangan chanyeol. lelaki itu menarik kursi untuk duduk di hadapan seungwan, lalu mendorong gelas itu beberapa senti lebih dekat pada seungwan. "aku yang traktir."

seungwan memasang wajah kecewa. "aku baru saja lari pagi untuk menghilangkan puluhan kalori dan kau mau membuatku menerima ratusan kalori lainnya?"

chanyeol membuang napas, tangannya memegang gelas tersebut. "dasar tidak tahu diri. ya sudah biar aku..."

"jangan," kata seungwan menukas. jemarinya menyergap jemari milik chanyeol, menggeser tangan itu jauh-jauh dari gelas plastik tersebut. "terima kasih, chanyeol."

chanyeol mengamati seungwan yang menghirup minumannya dengan mata tertutup. "ceritakan sesuatu padaku, wan."

"hei, kembalilah bekerja," suruh seungwan. "jangan seperti orang tidak punya kerjaan."

"memang tidak ada. kafe masih sepi begini," jawab chanyeol sambil tersenyum. ibu jarinya menunjuk ke arah temannya yang sedang menata meja dengan rapi. "lagipula, ada sehun."

"kau selalu mengandalkan orang lain." seungwan menggeleng, lantas teringat sesuatu. "hei, aku lupa membicarakan ini," katanya, "kau tahu, min yoongi kemarin diproses oleh kampusku."

"oh ya?" tanya chanyeol. matanya membesar tak percaya. "bagus! tak perlu repot-repot aku pergi ke seoul untuk menghabisinya. bagaimana itu bisa terjadi?"

seungwan kembali menyesap smoothie, seraya menahan rasa dingin yang memenuhi telinga, hidung, dan tenggorokannya. "ternyata, salah satu teman kampusku ada yang melapor tentang perlakuan tidak senonoh oleh yoongi," jelas seungwan. "lalu, setelah berita itu tersebar, semua orang yang merasa pernah jadi korban yoongi juga membabi buta ikut-ikutan melapor. aku senang sekali."

"kalau begitu, apa kau juga ikut melapor?" chanyeol merebut gelas dari tangan seungwan, lalu meminum isinya dengan girang.

"hei, kembalikan," ujar seungwan kesal seraya berusaha kembali mendapatkan smoothie-nya. "tentu, aku ikut melapor. awalnya aku kasihan. tapi, aku ingat, kau bilang aku akan baik-baik saja. aku percaya."

chanyeol tersenyum puas mendengarkannya. "jadi, dia dikeluarkan dari kampus?"

seungwan mengedikkan bahunya. "aku tak pernah melihatnya lagi. tapi, yang kudengar, iya. krusialnya, dia juga pernah membuat salah satu dosen wanitaku tidak nyaman karena tindakannya itu."

lelaki di hadapannya itu menyangga tubuhnya pada sandaran kursi, lantas mendecakkan lidahnya berkali-kali sambil menggelengkan kepala. "dosen juga? orang itu benar-benar mengerikan."

seungwan hanya mengangkat alisnya dengan cepat, kemudian menyeruput minumannya lagi. chanyeol terus menilik gerak-gerik seungwan. hatinya gembira sebab ia bisa melihat seungwan lagi dari jarak sedekat ini.

"senang melihatmu kembali, wan," ujar chanyeol.

seungwan terbelalak mendengar ucapan mendadak itu. setelahnya, ia tertawa aneh. "apa itu ekspresi lain untuk mengatakan 'aku merindukanmu'?"

"jangan percaya diri," sanggah chanyeol cepat-cepat.

seungwan masih terkekeh sambil melihat tangannya sendiri yang sedang mengaduk-aduk smoothie dengan sedotan.

tiba-tiba, dari pintu utama kafe, seseorang memanggil, "sayang!"

i wrote you a letterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang