Mengingat Mba Ifah (part 4)

2 0 0
                                    

"Mba Ifah...saya boleh jujur gak dulu waktu pertama kali, saya agak minder dekat dengan mba tau hehehe" ucapku sore itu ketika menginap di rumah Mba Ifah

"Kenapa emangnya bisa begitu?"

"Waktu pertama kali saya masuk kelas di perkuliahan S2 program Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), saya memilih duduk paling belakang ketika itu saya memperhatikan Mba. Mba dengan semangat serta antusias menjelaskan program kampus kita karena mba jadi dosen di S1 ya? serta mengajak teman-teman untuk membentuk pengurus kelas. Mba bilang kalo bisa cari yang muda-muda jangan yang sudah menikah, alasannya kalo belum menikah waktu lebih banyak untuk mengurus organisasi kelas. Saya langsung menilai ini orang pintar, memiliki semangat tinggi, bijak dan mampu mengayomi yang muda-muda. Saya langsung tertarik untuk kenal mba loh tapi saya agak minder"

"Iya kok kamu tau mba dosen? kenapa minder?" Bingung mba Ifah

"Iya teman kelas kita ada yang bisik-bisik begitu. Saya minder karena mba dikelilingi orang-orang yang saya nilai selevel dengan mba. Para pejabat, kepala sekolah, pengusaha dan PNS. Mba pintar karena kuliah S2 sampai dua kali "jawabku

"Mba kuliah lagi ngambil MIPA biar linear dengan jabatan dosen karena sebelumnya S2 mba itu Manajemen. Semua sama ajah tinggal bagaimana kita bergaul dan menempatkan diri"

"Hehehe saya tetap minder mbaa...tapi qodarallah keinginan saya ingin akrab sama mba dikabulkan. Kita mulai dekat ketika praktek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) di Sukabumi pertengahan semester 2. Mba pada saat itu memilih duduk sebangku dengan saya di bus. Mba datangnya hampir telat yah? dan yang kosong tinggal di samping saya dan di belakang tapi para bapak-bapak semua"jawabku

"Iya waktu itu mba harus mengantar anak mba dulu, kamu waktu itu berangkat dari rumah jam berapa? Lumayan loh Bekasi-Jakarta. Teman-teman yang dari Indramayu, Cirebon kaya si Amar, Agus, Lidya, Erni dan Erik nginep di rumah mba"

"Habis subuh Mba, gak ada barengannya juga saya karena teman yang dari Bekasi itu Mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia dan IPS, yang MIPA saya doang. Apa karena saya belum bergaul sama yang lainnya yah jadi gak tau? Lagi pula sayakan belum akrab sama mba jadi sungkan kalau mau nginep"

"Hehehe sekarang akrab yah" tawa Mba Ifah

"Iya Alhamdulillah. Waktu awal semester 2 saya pindah posisi ke depan tapi di bagian kiri kalo mba kan selalu depan bagian kanan, jadi kita gak pernah ngobrol waktu di kelas" balasku

"Iya mba kalo apa-apa lebih suka duduk di depan, informasi yang disampaikan dosen jadi cepat tercerna. Kamu kenapa awal milih duduk di belakang baru tiba-tiba ke depan?" Tanyanya

"Saya emang begitu mba, karakter saya kalo berada di suasana baru pasti mengamati lingkungan dulu makanya milih duduk di belakang. Setelah paham dan merasa nyaman baru deh pindah posisi tapi emang sering telat juga sih hehehe, jadinya posisi bangku belakang udah penuh duluan deh"

"Oh iya alasan mau akrab sama mba apa?"

"Saya itu termasuk orang yang mudah terpengaruh. Saya pernah baca Nabi pernah berwasiat: Berteman dengan penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan berteman dengan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asap yang tak sedap" jelasku

"Iya benar wasiat itu bukan berarti pandai besi jelek dan penjual wangi bagus tapi kita di suruh melakukan refleksi, berpikir, siapa teman kita maka itulah yang akan mempengaruhi kita" jelas Mba Ifah

"Iya mba jika kita tidak mampu mewarnai seseorang maka pasti kita akan terwarnai oleh orang itu. Makanya saya bukannya mau milih-milih teman, sekedar kenal dengan siapa aja sih oke tapi kalo mau akrab pasti saya cari orang-orang yang bisa membawa aura positif. Saya lihat mba salah satunya"

Rasa hati (aku bukanlah dirimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang