Murid rasa anak dan putri kecilku (part 1)

3 0 0
                                    

"Nanti Malam Anak murid umi mau maen" obrolanku dengan putri kecilku sore itu

"Temen umi?" Jawabannya

"Murid umi mau nengokin umi karena sakit...kak Fahrul, kak Gibson, kak Rahmat, kak Ibnu dan Kak Fikri yang pernah masak-masak dulu di sini, kalo temen umi itu Om Zai" jelasku

Tubuh anak muridku memang besar-besar jadi tak salah jika Halimah putri kecilku bingung membedakan mana murid dan mana yang benar-benar teman uminya. Lagipula belum pernah ada lelaki dewasa yang datang ke rumah lagi sampai saat ini kecuali Om Zai itupun sudah lama (ada rasa gelitik dalam hati mengingat kejadian waktu itu tapi itu semua sudah masa yang telah lewat dan mungkin dia sudah bersama perempuan lain yang akan menjadi calon istrinya)

"Ohh..."Halimah langsung bergegas mengambil baju ganti dan peralatan mandinya

"Mau ngapain nak" tanyaku heran karena jarang anakku kalo sudah mandi jam 12 siang akan mandi sore lagi

"Mandi mii..."

"Hei...mandi sendiri? gak dimandiin umi?"

"Iya dong...kan Halimah sudah gede"

Ku lihat ekspresi Halimah sangat senang sekali mendengar ada anak muridku yang mau datang. Apa karena dia bosan selalu di rumah tanpa teman atau 'kenormalan' perasaan dia sebagai perempuan muncul. Ah ku langsung berpikir keras merasa ku sudah tua melihat tingkah laku putriku seperti orang puber.

Selesai putriku mandi sendiri langsung ku bantu dengan memberikan handuk untuk mengeringkan tubuhnya.

"Mii...minyak wangi umi mana?"

"Buat apa nak"

"Buat aku biar anak murid umi di dekat aku nyium wangi"

Seketika ku terbengong mendengar jawabannya. Ya Rabb putri kecilku sudah berpikir seperti itu. Normalkah? Semoga ini normal.

"Sayang sini umi mau ngobrol" ku dudukan Halimah dalam pangkuanku

"Boleh kamu pake minyak wangi tapi gak boleh banyak-banyak yah trus nanti kalo sama murid umi hanya salaman saja kalo kamu mau di cium pipinya jangan mau yah, kakak itukan laki-laki berbeda kalo murid umi perempuan" jelasku

Berusaha sedari kecil ku ajari putriku tentang adab bergaul dengan lawan jenis. Tidak terlalu kaku namun tidak bebas juga.

Rasa hati (aku bukanlah dirimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang