Mengingat Mba Ifah (Part 6)

2 0 0
                                    

*Hari kedua di rumah Mba Ifah

"Schedule kita hari ini ke dosen siapa dulu Mba untuk minta tanda tangan ACC Tesis kita?" Tanyaku sambil merapikan berkas

"Kita ke Pak Heru dulu, Mba cek beliau ada di kampus trus selanjutnya kita baru ke Prof Supardi" jawab Mba

"Prof di Kampus A atau B?"tanyaku kembali

"Kayanya kita harus ke rumahnya deh... lumayan jauh sih. Kamu bisa bonceng mba pake motor kan?"

"Hehe maaf Mba saya kalo jauh-jauh gak berani"

"Ya wis...Mba ajah yang bawa motornya"

"Maaf yah mbaa...udah ngerepotin di rumahnya sekarang ngerepotin masalah transportasi"

"Iya gak papa, Mba kan udah nganggap kamu kaya adek sendiri"

"Terima kasih Mba....emang Mba paling baik sama siapa ajah"

Mba Ifah hanya tersenyum

*Malam hari di perjalanan setelah dari rumah Prof Supardi

"Ehh kita belum makan dari siang yah?" Tanya Mba Ifah masih mengendarai motor

"Ya Allah saya juga lupa Mba kalo belum makan....kita sama-sama lupa karena terlalu fokus ngurusin Tesis"

"Kita cari tempat makan... enaknya makan apa nih?"

"Cari pecel ayam aja mba biar kita bisa minum jeruk hangat juga"

"Iya enak tuh minum  jeruk hangat buat ke badan sekalian Mba mau numpang cas hp, udah lowbat"

Kita berdua mencari tempat makan terdekat dan tak beberapa lama dapatlah tempat yang dituju

"Pesan pecel ayamnya dua yah sama jeruk hangatnya" pesan Mba Ifah ke penjual

Ku rapihkan barang bawaan

"Mas boleh numpang cas hp?"tanya Mba Ifah kembali ke Mas yang duduk di samping bangkunya
Sepertinya Mas itu adalah asisten dari penjual pecel ayam tersebut

"Iya mba silahkan"

"Mas asalnya dari mana?" Tanya Mba Ifah ke Mas yang sedang menggoreng

Ku hanya terdiam memperhatikan. Mba Ifah memang sosok yang supel dengan siapa saja, baik itu laki-laki maupun perempuan.
Tapi sifat yang supel itu tidak pernah dia manfaatkan untuk hal yang melanggar norma agama maupun norma lainnya.
Sambil mendengarkan obrolan Mba Ifah dengan penjual tersebut, ku mengirimkan pesan ke orang rumah bahwa ku akan menginap lagi di rumah Mba Ifah.

Rasa hati (aku bukanlah dirimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang