| Prolog > Visual |

72K 2.5K 67
                                    

Wanita itu berdiri memandang kearah sebuah gedung tinggi di depan sana. Ada banyak orang dan media televisi yang sedang berkumpul. Tentu saja--para media tidak akan mau melewatkan berita sepenting ini.

Ia tahu acara sudah di mulai dari satu jam yang lalu--dia memang sengaja datang terlambat. Tapi itu semata-mata demi menjaga sesuatu di dalam dirinya yang mungkin sudah hancur tidak beraturan.

Menarik nafas, wanita itu menghembuskannya perlahan. Sudut bibirnya ditarik membentuk senyuman .. perlahan kakinya yang jenjang menghela langkah mendekati gedung dan keramaian itu.

Ia sudah berdiri di hadapan seseorang yang menatapnya datar. Tangan wanita itu terulur, lantas berkata. "Hai, maaf aku terlambat datang..." Jedanya tersenyum tipis. "Selamat untuk peresmian perusahan barumu dan untuk--pertunanganmu." lanjut wanita itu--tersendat.

"Sure, kau bukan hanya terlambat. Tapi sangat amat terlambat." Pria itu tidak membalas uluran tangan wanita itu. Ia tersenyum, menarik tubuh wanita itu dan memeluknya. "Kau tahu, aku sangat kesal padamu. Tapi, terima kasih. Kau tahu Ava? Aku sangat bahagia."

Wanita yang pria itu panggil Ava--dia hanya mengangguk pelan. Matanya berkaca-kaca. "Ya, aku tahu kau sangat bahagia. Aku bisa melihatnya." Ava berucap, suaranya begitu tersendat.

Pria itu melepaskan pelukannya, menatap Ava dengan lekat. "Kau menangis?"

Ava menggeleng. "Aku tidak menangis. Rasanya aku ikut bahagia, trust me!"

"Itu sudah semestinya." Pria itu meraih tangan Ava. "Ayo, aku kenalkan pada tunanganku."

Lagi, Ava menggeleng--ia menarik tangannya dari pria itu. "Ethan maaf, aku tidak bisa ikut."

Pria itu, Ethan menatap Ava dengan alis terangkat sebelah. "Apa maksudmu? Kaukan belum mengenal Victoria?"

"Memang!" Ava menundukkan kepalanya. "Tapi, Ethan aku sudah harus pergi."

"Pergi?" Ulang Ethan kebingungan. "Kau akan pergi? Kemana? Katakan kau hanya bercanda."

"Aku kesini hanya ingin mengucapkan selamat padamu. Dan aku tidak bercanda, Than." Ava tersenyum, dia memeluk tubuh Ethan--hanya sebentar. Ia tersenyum, melambaikan tangan pada Ethan. "Aku pergi, selamat tinggal." tambahnya... Membalikkan tubuhnya dan segera meninggalkan gedung itu, tanpa menunggu jawaban Ethan. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh membasahi pipinya yang chubby.

Sedangkan Ethan--dia hanya diam menatap kepergian Ava. Tangannya tanpa sadar mengepal.

"Honey?" Tunangan Ethan datang, memeluk lengan kekar pria itu. "Aku mencarimu sedari tadi."

"Ada apa?" Ethan mengecup kening Victoria.

"Media mencarimu, mereka ingin bertanya-tanya mengenai persiapan pernikahan kita." ucap Victoria.

Ethan mengangguk. "Baiklah! Ayo!" sahut Ethan seraya membalikkan tubuhnya. Kepalanya menoleh kebelakang, sosok Ava sudah tidak lagi terlihat. Rupanya wanita itu benar-benar pergi di hari bahagianya. Kecewa menggelayut Ethan terhadap sahabat masa kecilnya itu.

🌿

Ethan Sylvester.

Ethan Sylvester

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang