| Bagian > 06 |

26.2K 1.9K 75
                                    

Ethan tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Lidahnya kelu untuk berbicara, sedangkan matanya tidak lepas dari sosok yang berdiri di hadapannya saat ini.

Sosok yang pergi meninggalkan Ethan selama enam tahun lebih lamanya. Sosok yang pergi disaat hari terpenting Ethan, sosok yang pergi tanpa menyaksikan kebahagiaan Ethan.

Enam tahun berlalu. Dan sekarang sosok itu berdiri menatap pada Ethan dengan bola matanya yang membesar.

 Dan sekarang sosok itu berdiri menatap pada Ethan dengan bola matanya yang membesar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur saat melihatnya kembali Ethan memang merasa terkejut. Tapi mengingat kejadian enam tahun lalu membuat rasa terkejut itu hilang di ganti oleh kebencian.

Ethan mengepalkan tangannya--rahangnya mengeras kuat sampai-sampai urat yang ada di lehernya terlihat menonjol.

"Daddy sudah pulang?" Zayn memeluk tubuh Ethan.

Ava mengalihkan pandangannya dari Ethan. Ia lantas menatap Zayn—bukankah seharusnya Ava sudah menduga dari awal pertama kali melihat kemiripan Zayn dengan sosok pria di depannya itu. Ya, seharusnya Ava sudah menduga itu dan bukan malah menepis pikirannya.

Zayn anak dari pria yang sampai detik ini masih Ava cintai.

"Ya, Daddy sudah pulang. Bukankah Daddy sudah berjanji akan pulang cepat?" Ethan mengusap kepala Zayn. Matanya sama sekali tidak teralihkan dari Ava.

"Daddy tadi Aunty Ava yang menolong Zayn." adu Zayn tersenyum menatap Ava. "Aunty terluka karena menolong Zayn, Dad!"

Ethan menunduk menatap Zayn--lalu mengalihkan tatapannya pada luka-luka di lutut dan siku Ava yang sudah di balut perban.

Ava menundukkan kepalanya—tidak berani menatap Ethan. Tatapan itu sudah tidak lagi sama seperti dulu. Sekarang tatapan itu begitu tajam menusuk Ava ... Bahkan Ava bisa merasakan kemarahan pada sorot mata tajam milik Ethan.

Ava mengadahkan kepalanya. Melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan kamar Zayn. Ia tidak bisa lama-lama ada di kamar itu, rasanya Ava tidak akan sanggup.

Namun, baru beberapa langkah Ava pergi dari kamar. Tangannya sudah di tarik secara kasar oleh tangan besar nan kekar milik Ethan. Tubuh Ava berputar, tangannya di remas kuat ke belakang tubuhnya. Sekarang Ava begitu menempel pada tubuh Ethan.

"Sakit!" ringis Ava--tangannya seperti di remukan.

Ethan semakin mencengkram tangan Ava. Rahangnya begitu keras. "Bagaimana kabarmu—sahabatku?!" desis Ethan didepan wajah Ava.

Nafas Ava begitu memburu. Dadanya naik turun, nafas Ethan bisa Ava rasakan menerpa wajahnya. "E-ethan..."

"Ah, apa kau masih pantas aku sebut sahabat? Tidak ada sahabat yang pergi meninggalkan sahabatnya di hari terpentingnya bukan?" Ethan tersenyum smirk. "Kau bahkan melewatkan hari bahagia sahabatmu ini."

"Ethan---"

"Tutup mulutmu, Ava!" sentak Ethan menyela. "Kemana kau selama enam tahun ini, hah? Kau pergi disaat aku berharap kau bisa menemaniku di hari kebahagiaanku saat itu. Tapi, kau? Bahkan kau pergi tidak tahu kemana. Ava, apa kau tahu bagaimana kehidupanku? Tidak, kau tidak tahu."

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang