| Bagian 31 |

14.9K 857 25
                                    

Maxime menggeram tertahan di dalam mobilnya saat melihat betapa ketatnya penjagaan di mansion megah itu. Kemungkinan Maxime tidak akan bisa memaksa masuk kedalam. Apalagi beberapa dari penjaga mempunyai senjata. Tapi bukan Williamson namanya jika menyerah begitu saja hanya karena ketatnya penjaga disana.

Maxime turun dari mobilnya. Berjalan dengan santai mendekati mansion itu--berdiri berhadapan dengan penjaga yang miliki postur tubuh besar.

"Aku ingin bertemu dengan Ava." kata Maxime pada Penjaga itu.

Penjaga itu memandang Maxime dengan sorot mata menyeramkan, terlebih wajah penjaga itu memiliki codet di dekat mata dan dahinya.

"Maxime Williamson, teman Ava. Aku ingin bertemu dengannya saat ini juga." Maxime melanjutkan ucapannya ketika penjaga itu hanya diam saja.

"Pergilah!" Penjaga mansion itu berucap sarkas. Tanpa perduli dengan perkenalan Maxime.

"Tidak!" Maxime menarik sudut bibirnya--tersenyum sinis. "Aku akan pergi setelah bertemu dengan Ava."

Penjaga itu tersenyum miring. "Untuk apa anda memakai arloji jika tidak bisa menggunakannya dengan baik." sarkas penjaga itu sambil melirik arloji Maxime. "Pergi sana. Jangan mengganggu disini."

Maxime menunduk memandang arloji di pergelangan tangannya. Terkekeh pelan--Maxime kembali mendongak memandang penjaga bertubuh besar itu. "Aku tidak akan mengganggu jika kau masuk dan memanggil Ava datang kemari."

Penjaga itu tersenyum sinis. Ia lalu mengabaikan Maxime dengan berjalan ke posnya yang ada tidak jauh dari tempatnya berdiri--tanpa berniat meladeni Maxime.

"Hei..." Maxime menggeram, tangannya terkepal. Sorot matanya tertuju pada nametag di baju si penjaga itu. "Carlos, panggilkan Ava sekarang juga." lanjut Maxime geram.

Carlos tetap tidak menanggapi. Ia terlihat lebih tertarik pada senjatanya yang tergeletak di meja dalam pos. Namun Carlos sempat memberikan kode isyarat pada penjaga lainnya.

Mendapatkan perintah dari Carlos. Mereka yang sedang menjalani tugas lalu menghampiri Maxime.

"Pergilah atau kami yang akan memaksa anda untuk pergi." ujar penjaga lain pada Maxime.

Maxime berdecak pelan. "Kalian mau panggilkan Ava? Atau aku yang akan memanggilnya sendiri?" sahut Maxime memandang penjaga itu. Dia tetap bersikukuh ingin bertemu Ava.

"Seret dia pergi!" Carlos tiba-tiba saja bersuara. Meminta pada penjaga yang menghadap Maxime untuk menyeret pria itu.

"Baik, Komandan!" Penjaga itu lalu meraih tangan Maxime hendak menyeretnya. Namun dua penjaga yang akan membawa Maxime itu justru tumbang akibat pukulan Maxime.

Maxime meludah, memandang malas dua penjaga itu. "Jangan pernah menyentuhku." kata Maxime sinis. Sedetik kemudian Maxime tersungkur--sebuah pukulan mengenai rahangnya ketika penjaga lain datang dan langsung memukul. Dia terkekeh pelan--sebelum kembali bangkit untuk melawan penjaga-penjaga yang membalas menyerangnya.

Amarah Maxime yang sudah di redam olehnya langsung mencuat dan begitu menggebu membuat Maxime melampiaskan amarahnya pada para penjaga di mansion Ethan... Menghajarnya habis-habisan tanpa ada satupun dari mereka yang mampu berdiri.

"Anda merasa jagoan?" Carlos memandang Maxime datar. Sesekali melihat beberapa anak buahnya tergeletak tidak sadarkan diri dari pos, sebelum Carlos berjalan mendekati Maxime. "Dasar tidak tahu malu!" sarkas Carlos menatap Maxime dengan senyum miring.

"Mereka akan baik-baik saja seandainya kau dan penjaga sialan itu mau memanggilkan Ava untukku." cetus Maxime. "Kalianlah yang membuatku melakukan kekerasan."

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang