| Bagian 29 |

15.2K 908 25
                                    

Ava duduk sambil mengarahkan pandangannya pada Angel. Sudah hampir dua puluh menit Angel masih diam dengan mulutnya yang bungkam. Ia tidak tahu apa yang membawa Angel sampai kerumah Ibunya. Dia juga bertanya-tanya dari mana Angel bisa tahu alamat rumah Ganesya? Jika bukan karena suatu hal penting. Ava yakin, Angel tidak akan mungkin bisa sampai di rumah Ibunya.

Ava menoleh kearah ruang keluarga yang ada tidak jauh dari tempat Ava duduk. Di dalam ruangan itu terdapat Ethan yang sedang melihat kearahnya--Ava tahu, Ethan sebenarnya ingin berada dengannya dan Angel. Tapi Ava paham kalau Ethan hanya ingin memberi Angel kenyamanan untuk berbicara.

"Apa dia pria yang sama dengan pria saat aku menemuimu untuk pertama kalinya?" Angel tiba-tiba saja berbicara. Sorot matanya melihat pada Ava dengan lekat.

Kepala Ava menoleh--membalas tatapan Angel. Dia mengangguk pelan. "Ya, dia pria yang sama." kata Ava tersenyum. "Ada apa?"

"Kalian saling mengenal?"

Lagi, Ava mengangguk. "Kami sudah saling mengenal sejak lama. Bahkan bisa di katakan kami teman masa kecil."

"Ah, begitu!" Angel memanggutkan kepalanya. Ia menunduk, memainkan jari-jari tangannya. "Maaf jika kedatanganku membuatmu kebingungan..." Angel menjeda, kepalanya mengadah--menatap Ava. "Aku datang karena ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Dan soal aku tahu alamatmu, aku meminta seseorang untuk mencarinya." sambung Angel pelan.

"Ingin bicara apa?" Ava mengernyitkan dahinya kebingungan. Seulas senyum terbit di wajah Ava. "Tidak apa, aku memang sempat kebingungan dari mana kau bisa tahu alamat rumah ini. Tapi sekarang aku sudah tahu."

"Soal Maxime!" Angel tersenyum kecil. "Aku ingin bicara soal Maxime denganmu."

Ava menaikan sebelah alisnya. "Ada apa dengan Maxime? Apa dia baik-baik saja?" tanya Ava pada Angel. Ia sedikit khawatir karena sudah lebih dari dua minggu Ava tidak bertemu dengan Maxime.

"Ya, Maxime baik-baik saja!" jawab Angel tersenyum. "Ava aku benar-benar ingin bicara tentang Maxime. Dan ini cukup serius."

"Angel sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ava penasaran.

Angel tersenyum--ia meraih tangan Ava untuk menggenggam 'nya sangat erat. "Ava kau tahu kalau aku sangat mencintai Maxime. Bahkan cintaku padanya melebihi rasa cinta pada diriku sendiri. Semua sudah aku lakukan agar Maxime bisa kembali mencintaiku .. aku juga sudah berusaha untuk menahan Maxime agar selalu ada di sampingku..." Angel menjeda ucapannya--air menetes dari dua netra matanya. "Tapi aku merasa kalau semua usahaku sia-sia saja. Ava.. Maxime tidak akan pernah bisa mencintaiku lagi. Meskipun aku sudah menahannya berada di sampingku. Tetapi hati dan pikirannya tidak bersamaku. Hati Maxime bersamamu, pikirannya hanya tentangmu. Dan cintanya selalu untukmu. Semua tentangmu Ava, bukan tentang aku." sambung Angel mulai terisak pelan.

Ava terdiam mendengar semua ucapan Angel. Kepalanya menoleh pada Ethan--wajah pria itu terlihat sangat merah, rahangnya mengeras kuat. Ia yakin kalau Ethan mendengar semua yang Angel ucap.

"Sebesar apapun usahaku kalau Maxime hanya perduli tentangmu. Semua hanya sia-sia Ava." Angel masih terus berbicara. "Raga Maxime memang bersamaku. Hanya raganya yang bisa aku miliki. Ava aku sangat mencintainya. Tapi apa yang harus aku lakukan kalau saat cintaku justru membuatku terluka?"

Kembali, Ava menoleh pada Angel. Kedua mata Ava berkaca-kaca--merasa sedih dan bersalah atas semua yang terjadi pada Angel. Kesakitan wanita itu ia 'lah penyebabnya, tangisnya di karenakan Ava.

"Angel..." Ava menggigit bibir bawahnya, menahan agar tidak terisak. Air mata sudah menetes membasahi pipinya. "Aku minta maaf. Tolong maafkan aku, untuk semua kekacauan yang terjadi pada hubunganmu dengan Maxime." kata Ava menangis. Ia meremas tangan wanita itu. "Seandainya aku tidak datang ke London mungkin semua ini tidak akan terjadi. Seandainya aku tidak pernah bertemu dengan Maxime, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Semua karena kesalahanku." sambung Ava terisak pelan. Hatinya seperti di remas--sangat sakit mendengar seorang wanita menangis di hadapannya.

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang