| Bagian 17 |

28.9K 1.6K 65
                                    

WARNING! Ada Adegan 18+ mohon untuk yang masih di bawah umur untuk di skip aja bagian 17 ini ya. Kalau tetap mau baca, dosa di tanggung sendiri-sendiri 😊.

🌿🌿

Dua Minggu sudah hubungan Ava dan Ethan baik-baik saja. Bahkan bisa di katakan sudah kembali seperti dulu lagi. Dengan Zayn 'pun Ava semakin dekat dan akrab layaknya Ibu dan juga anak pada umumnya. Seperti sekarang ini, Ava bersama Claire dan juga Zayn sedang ada di mansion. Mereka baru pulang dari sekolah.

Ah, omong-omong sejak kembali baik dengan Ethan. Ava jadi sering datang ke mansion pria itu. Bukan, kemauan Ava sih karena Ethan yang memintanya. Ia seperti kembali menjadi Ava yang selalu membutuhkan Ethan.

Ethan juga sudah menceritakan bagaimana rumah tangganya yang sudah tidak lagi bisa di pertahankan. Menceritakan semuanya pada Ava, jujur saja Ava tidak pernah tahu tentang perceraian Ethan dengan Ibu dari Zayn. Sejak Ava memutuskan pergi ia juga memutuskan segalanya tentang Ethan. Dia tahu tentang pernikahan Ethan. Tapi, tidak melihatnya di televisi—Ganesya yang mengirimkan foto Ethan ketika menikah—itupun Ganesya memotretnya dari samping. Wajah mantan istri Ethan tidak terlalu terlihat karena tertutup oleh tubuh pria itu. Sampai saat ini Ava tidak tahu siapa yang pernah di cintai oleh pria yang Ava cintai itu.

"Buva?" Zayn mendatangi Ava di dapur. Wanita itu sedang menyiapkan makan siang untuk Zayn dan Claire. "Belum selesai?" tanya Zayn.

Ava tersenyum sumringah. "Sudah! Buva, sudah selesai masaknya tinggal siapkan di meja. Ayo Zayn duduk dulu." jawab Ava sambil membawa hasil masakannya ke konter dapur. "Zayn, boleh Buva minta tolong?"

Zayn mengangguk antusias. "Boleh, Buva!"

Ava tersenyum tipis. "Tolong panggilkan Claire di ruang telivisi ya?!"

Mendengar permintaan Ava seketika raut wajah Zayn berubah. Anak laki-laki itu berbalik tanpa mengatakan sepatah kata. Terlihat kesal—akan tetapi tetap di lakukan.

Ava terkekeh geli. Sudah tidak heran lagi melihat tingkah Zayn yang selalu terlihat kesal setiap kali bersangkutan dengan Claire. Ia sendiri tidak tahu apa yang sudah terjadi. Tapi, yang pasti Zayn sepertinya tidak begitu suka pada Claire.

Omong-omong Zayn sekarang memang memanggil Ava dengan sebutan 'Buva', Ibu Ava. Ia sendiri tidak masalah akan hal itu. Justru senang-senang saja.

Disisi lain Zayn benar-benar memanggil Claire yang ada di ruang telivisi. Anak laki-laki itu berdiri di ambang pintu. Wajahnya datar menatap pada Claire. "Heh?!" panggil Zayn ketus. Claire menolehkan kepalanya. "Kau .. Buva memanggilmu. Tidak—Buva memintaku memanggilmu."

Claire mengangguk—menaruh bonekanya dan berjalan keluar. Langkahnya terhenti di hadapan Zayn, saat Zayn membentangkan tangan.

"Jalan di belakangku. Kau tidak boleh jalan duluan. Harus aku yang lebih dulu." kata Zayn seraya melangkah duluan. Meninggalkan Claire yang kebingungan.

Claire menyusul Zayn. Mengikuti anak laki-laki itu—tentu saja di belakangnya.

"Ayo cepat duduk. Kalian harus makan siang." Ava menarikan kursi untuk Zayn dan Claire. Dia tersenyum pada Claire-anak gadisnya itu tampak murung wajahnya.

"Buva, itu yang di tempat itu untuk siapa?" Zayn bertanya, sambil menunjuk rantang.

"Oh, itu? Untuk Daddynya Zayn. Nanti kalian sehabis makan siang langsung tidur ya." jawab Ava menyiapkan nasi dan lauk di piring Zayn juga Claire. "Buva, nanti pergi dulu mau antar makanan untuk Daddy."

"Oh .. begitu!" Zayn mengangguk-angguk kepalanya.

Ava tersenyum—menarik kursi di seberang konter dapur .. memperhatikan keduanya yang makan begitu lahap, menikmati apa yang sudah Ava masak.

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang