| Bagian 18 |

28.3K 1.6K 26
                                    

Pagi pukul 08.12 Ava terbangun dari tidurnya. Ia tersenyum saat mendapati wajah Ethan yang tampan sedang tertidur begitu pulas. Adegan semalam benar-benar menguras tenaga. Ethan yang begitu bersemangat hanya berhenti untuk sekedar mengembalikan tenaga. Setelahnya kembali lagi melakukan kegilaan. Bahkan semalam Ava berlaku layaknya seorang jalang.

Ava melepaskan pelukan Ethan di tubuhnya. Dia duduk sambil melilit selimut untuk menutupi tubuhnya yang tidak menggunakan sehelai pakaian. Memunguti pakaiannya lantas memakainya kembali. Ia berdiri di hadapan cermin—terkejut saat mendapati banyak bercak merah keunguan di leher dan dadanya.

"Mau kemana?" tanya Ethan dengan suara khas bangun tidur.

Kepala Ava menoleh. "Mau mandi. Aku harus menemui Claire dan Zayn." jawab Ava tersenyum.

"Kemari!" Ethan mengulurkan tangannya pada Ava.

Ava tersenyum membalas uluran tangan Ethan. Ia memekik ketika Ethan menariknya lalu memeluk Ava erat. "Ethan aku harus mandi." ucap Ava lembut.

"Hhmm!" gumam Ethan mengecup bibir Ava. "Morning kiss!" kata Ethan seraya melepaskan pelukannya.

"Kau ini..," balas Ava tertawa pelan. Dia memukul dada Ethan pelan—mengusapnya dengan sangat lembut. Terkikik .. Ava begitu kegelian begitu bulu-bulu di dada Ethan menggelitik telapak tangannya. Tidak lama, karena Ava langsung beranjak. Dia keluar dari kamar Ethan untuk menemui Claire dan Zayn.

Ethan tersenyum tipis. Ia sudah jujur pada wanita itu mengenai perasannya. Dan rasanya sangat lega sekali. Sekarang Ethan tidak akan membiarkan Ava pergi kemana 'pun. Wanita itu sudah menjadi milik Ethan—dan selamanya akan tetap jadi milik Ethan. Sorot mata Ethan jatuh pada ranjang dimana ada bercak merah darah milik Ava—bukti kalau Ethan 'lah yang pertama kali untuk Ava. Dan bukti kalau wanita itu sekarang memang miliknya.

Sejak memilih sendiri dan mengurus putranya. Ethan jarang sekali berhubungan itu, dia terlalu sibuk mengurus perusahaan dan melakukan pekerjaannya yang lain. Sampai tidak sempat melakukannya—lagi tidak kepikiran untuk Ethan melakukannya sembarang orang.

Ethan beranjak dari ranjang bergegas membersihkan diri. Tubuhnya lebih ringan dari sebelumnya. Semalam ia benar-benar hilang akal. Rupanya, sehebat itu gairah Ethan pada Ava. Dulu waktu bersama mantan istrinya Ethan tidak segila semalam. Ah, bukan maksud Ethan membandingkan. Hanya saja itu memang kebenarannya.

Ia tidak memunguti pakaiannya—hanya mengambil dalaman sambil memakai kembali Calvin Klein. Kemudian kembali ke ranjang membuka bedcover dan menaruhnya di keranjang pakaian kotor. Nanti Ethan akan meminta bibi Meena menggantinya dengan yang baru. Setelahnya, Ethan langsung pergi ke kamar mandi.

Sementara itu—Ava sudah mandi .. sudah memandikan Claire juga. Mereka bersiap pulang sekarang. Ganesya pasti khawatir karena Ava tidak memberi kabar apapun padanya.

"Buva?" panggil Zayn dari ambang pintu kamar tamu.

Ava menoleh dan tersenyum tipis. "Hai, Zayn?" sahut Ava. "Ada apa?"

"Buva mau pergi kemana?"

"Oh, hmm! Buva harus pulang sekarang." kata Ava sambil mendekat pada Zayn.

"Jangan pulang. Tetap disini." balas Zayn lirih.

"Kau akan pulang?" Tiba-tiba saja Ethan datang. Pria itu sudah rapi dengan kaos pendek berwana hitam dan celana panjangnya.

Ava mengangguk. "Aku harus pulang. Ibu pasti khawatir karena aku tidak memberi kabar padanya."

"Aku ingin bicara sebentar." Ethan berucap.

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang