| Bagian 11 |

25.5K 1.7K 41
                                    

Keesokan Harinya.

Ethan dan Zayn sudah ada di taman. Pagi-pagi sekali ia dan putranya sudah keluar dari rumah. Sekiranya pada pukul 05.30 dan sekarang sudah jam 08.50 pagi. Mereka sedang istirahat disebuah kursi.

"Mau minum?" tawar Ethan, ia mengusap keringat di dahi Zayn.

"Boleh?" Zayn berbalik bertanya.

"Tentu saja, ayo kita beli minum." Ethan berdiri. Tangannya terulur menunggu Zayn.

"Lelah, dad!" Zayn menggelengkan kepalanya, bibir Zayn maju beberapa centi kedepan.

Ethan terkekeh pelan. "Yasudah! Daddy belikan minum dulu. Zayn tunggu disini saja ya? Jangan pergi kemana-mana, kalau ada yang mendekati Zayn ingat harus apa?" tanya Ethan pada Zayn.

"Hm.., harus pergi," jawab Zayn datar.

"Goodboy!" Ethan mengacak rambut Zayn. Ia lantas mencari sebuah kedai yang menjual minum--atau paling tidak sebuah minimarket.

Zayn benar-benar menunggu Ethan di tempat. Tidak beranjak kemanapun, matanya mengelilingi taman-memandang orang-orang yang juga sedang lari. Bosan! Zayn sangat bosan. Ia menatap kesatu titik dimana seorang anak laki-laki bermain begitu bebasnya di sebrang sana. Kapan Zayn bisa seperti itu?

"Zayn?"

Zayn menoleh kearah kanan. Matanya berbinar saat melihat Ava. Namun, meredup begitu melihat anak gadis yang menggandeng tangan Ava.

"Kau disini? Dengan siapa?" tanya Ava pada Zayn.

Zayn terdiam sejenak-menatap Ava lekat-lekat. Tubuhnya turun dari kursi, menarik tangan Ava yang satunya. "Lepas. Aku ingin bicara dengan, Aunty Ava." ketus Zayn pada Claire.

"Bu?!" Claire mendongak memandang Ava.

"Sebentar, Claire. Tidak akan lama," Ava tersenyum pada Claire. Mengusap pipi Claire lembut. Setelahnya Ava pasrah ketika tangannya ditarik oleh Zayn--sedikit menjauh dari kursi taman. Akan tetapi, Ava masih bisa melihat posisi Claire.

Zayn menggoyang-goyangkan tangan Ava pelan. "Boleh aku minta bantuanmu?" tanya Zayn pada Ava.

"Bantuan?" ulang Ava mengernyit. "Bantuan apa, Zayn?"

"Kau tahu sekolah akan mengadakan jalan-jalan. Aku ingin ikut, Tapi, Daddy tidak mengizinkanku." Ia menunduk. "Bisa 'kah kau bicara soal ini pada Daddy?" Zayn mendongak, menatap Ava penuh harap.

Ava terdiam—kedua matanya mengerjap pelan. Tidak tahu harus menanggapi apa permintaan Zayn. Lebih tepatnya, Ava kebingungan.

"Please! help me, talk to my dad." sambung Zayn sambil terus memegang tangan Ava. Ia memasang puppyeyes.

Ava menganggukkan kepalanya pasrah. Dia akan bicara pada Ethan, jika pria itu tetap tidak setuju maka Ava tidak akan memaksa lagi.

"Baik 'lah, aku akan bicara pada Daddymu." kata Ava purau. Namun, tetap tersenyum.

"Thank you!" Zayn tersenyum tipis. Catat! Tersenyum. Walau memang tipis. Setelahnya Zayn berlalu pergi, kembali ketempat duduknya. Disusul oleh Ava tidak selang berapa lama.

"Tunggu disini, Daddy akan kembali lagi nanti." lanjut Zayn pada Ava.

Ava memanggutkan kepalanya. Ia tersenyum. "Claire, duduk dulu sebentar ya." ujar Ava seraya mendudukkan Claire di samping Zayn.

Diam-diam Zayn melirik Claire sinis. Tubuhnya bergeser agak menjauhi Claire, enggan berdekatan lebih tepatnya.

Tidak berapa lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Jangan berpikir kalau itu orang yang sedang berlari karena sepertinya tidak akan mungkin. Pasalnya langkah itu tertuju kearah tempat Ava berdiri.

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang