| Bagian 21 |

20.7K 1.3K 9
                                    

Ethan sudah ada di dalam pesawat pribadi milik Ramond. Pria itu memandang keluar jendela pesawat—menghembuskan napas berat. Ini perjalanan terlama Ethan dalam menjalani perusahaan. Ia harus meninggalkan Zayn dengan kekasihnya. Sebenarnya Ethan sangat khawatir mengingat pagi tadi Ava mengatakan kalau Zayn dan Claire sempat bertengkar. Walau sudah kembali berbaikan tetap saja rasa khawatir itu menyelimuti diri Ethan.

"Kau terlihat gelisah, ada apa?" tanya Ramond tanpa menoleh, tetap fokus dengan buku yang sedang dibaca olehnya.

Ethan melirik Ramond sekilas. "Bukan apa-apa!" jawab Ethan datar.

"Karena kau harus melakukan perjalanan lama? Jadi karena itu kau gelisah meninggalkan Zayn?" Lagi, Ramond bertanya.

"Ya, sedikit!" Ethan menyandarkan kepalanya. "Aku sudah menitipkan Zayn pada Ava. Tapi, tidak tahu aku khawatir sekali dengan Zayn."

"Apa yang kau khawatirkan?"

"Entahlah!" Ethan menghela napas berat. "Pagi tadi aku melihat Zayn keluar dari rumah Ava. Kau tahu bagaimana Zayn, tadinya aku berpikir kalau Zayn merasa tidak betah berada dirumah Ava. Tapi setelah Ava memberitahuku ternyata Zayn merusak mainan milik Claire.." Ethan menjeda, kepalanya menoleh pada Ramond. "Mereka tidak akur." lanjut Ethan. "Ram, Zayn itu tidak pernah suka dengan apa yang di anggap olehnya sebagai pengganggu. Zayn juga tidak suka jika apa yang ia anggap miliknya ikut dimiliki oleh orang lain."

"Kau khawatir Zayn merasa memiliki Ava dari Claire?" tebak Ramond—menoleh kearah Ethan.

Ethan menganggukkan kepalanya. Matanya terpejam, ia memijat pelipisnya yang terasa pusing tiba-tiba saja.

"Than, bagaimana kalau suatu saat Victoria datang dan ingin mengambil Zayn darimu?" Ramond bertanya, tidak tahu kenapa rasanya Ramond ingin bertanya saja mengenai Victoria.

Mendengar itu Ethan langsung membuka matanya. Dia memandang Ramond tajam. "Jika dia datang dan ingin mengambil Zayn dariku. Maka dia berhak menyerahkan nyawanya padaku." jawab Ethan geram.

"Lalu bagaimana kalau Victoria datang dan ingin merebut posisi Ava darimu? Atau bagaimana kalau Victoria ingin kembali menjadi is--"

"Berhenti bertanya mengenai hal yang sama sekali tidak pernah aku pikirkan." sela Ethan cepat, suasana hatinya berubah kesal. "Jika kemungkinan hal itu terjadi maka kau tahu apa yang akan aku lakukan. Tentu aku tidak akan tinggal diam."

Ramond tertawa pelan. Ia menepuk-nepuk bahu Ethan. "Santai dude! Aku hanya bertanya saja."

"Kau mengetahui sesuatu soal Victoria?" Kini giliran Ethan yang bergantian bertanya.

"Aku pernah melihatnya di klub." Ramond menjawab dengan santainya.

"Kapan?!" Ethan menaikan sebelah alisnya. Cukup penasaran, pasalnya sudah lama sejak perceraiannya dengan wanita itu Ethan tidak pernah lagi mencari tahu mengenai kabar Victoria.

"Sudah lama. Aku lupa pastinya." Ramond kembali melihat bukunya. "Kenapa? Kau merindukannya?"

Ethan mendengus pelan. Menajamkan matanya tidak suka, "Sama sekali tidak!" kata Ethan sangat ketus.

"Wajar saja jika kau merindukannya. Dia ibu dari anakmu!" balas Ramond tersenyum tipis.

Ethan mendesis pelan. "Ibu mana yang tidak menginginkan kehadiran anaknya?" celetuk Ethan kesal. "Sial. Jangan sampai aku bertemu dengannya."

"Kenapa? Kau berharap bertemu dengannya?" Ramond melirik Ethan melalui sudut matanya.

"Ramond brengsek!" Ethan mengepalkan tangannya. "Jangan sampai aku melemparmu keluar dari pesawat." ancam Ethan—terdengar sungguh-sungguh akan tetapi di anggap angin lalu oleh Ramond. Entah mengapa mendengar Ramond bertemu dengan Victoria membuat Ethan gelisah, dia takut wanita itu menemui Zayn atau paling parahnya mengganggu kehidupan Ethan bersama Zayn juga Ava. Bagaimanapun Ethan sudah memiliki rencana untuk masa depannya nanti setelah lama sendiri. Ia berharap kemunculan Victoria tidak membuat masalah—karena kalau itu terjadi Ethan tidak akan diam.

Destiny (Tersedia E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang