Cerita Enambelas

126 21 0
                                    

"Yuri masuk SMA kita ya?"

Hyewon menghentikan sendok yang hampir masuk ke mulutnya, menoleh ke Yena yang sedang sibuk mengaduk isi mangkuk baksonya.

"Mana gue tau, kok nanya gue?" Gantian Yena yang menoleh sekarang, memasang muka bingung.

"Gue kira dia ngomong ke elu."

"Aneh dah lu. Kan yang deketin Yuri elu, bukan gue. Gimana caranya dia ngomong ke gue?"

"Won," Yena meletakkan sendok dan garpunya. "Gue gak tau ya lu aware apa engga. Tapi gue tau Yuri itu nyimpen rasa sama lu."

Hyewon tertawa kecil, "Ngaco lu, tau darimana?"

"Won, gue udah dua tahun ngejar Yuri. Berusaha untuk dapetin hatinya. Tapi apa? Apa yang gue dapet coba? Setiap gue ketemu, selalu gue yang buka topik obrolan. Tapi, untuk pertama kalinya, Yuri pernah nyoba buka topik obrolan? Tau apa yang ditanya?"

Hyewon terdiam, lalu menggeleng kecil.

"Elu, won. Elu." Jawaban Yena sukses membuat Hyewon terkejut. Namun ia masih berusaha tenang.

"Itu bukan bukti konkrit kalo dia suka sama gue Yen," Elak Hyewon. "Emang Yurinya aje belom suka ama lu dodol."

Yena kembali sibuk dengan baksonya. Hyewon ada benarnya, mungkin memang Yuri bukan tipe yang cepat suka dengan orang. Tapi, setelah dua tahun?

"Tapi lu gak suka sama dia kan?" tanya Yena kembali.

Hyewon memutar matanya jengah, capek ngejelasin ke sahabatnya ini.

"Enggak. Oke? Jangan nanya lagi, mending lu nanya pelajaran kek, lebih berbobot."

Tuk. Tuk. Tuk.

Suara ketukan kecil di kaca mobil Yena membangunkannya. Di luar, seorang petugas kebersihan berbaju oranye melambai kecil ke arahnya, membuat Yena menurunkan kaca mobilnya.

"Iya pak, ada apa?"

"Maaf mas, tadi saya ngeliat mobil mas disini dari pagi. Terus pas saya ngedeket, saya ngeliat mas posisinya kayak mati gitu, saya pikir beneran. Makanya saya panik dan langsung bangunin mas, hehehe."

Yena melihat ke benda melingkar di tangannya, sudah jam lima sore. Dia tertidur hampir sepuluh jam di mobilnya.

"Makasih ya pak. Untung bapak bangunin saya," Yena pun menyalakan mobilnya, kemudian sedikit membungkukan badannya ke petugas kebersihan itu. "Mari pak, saya duluan."

Yena menyetir mobilnya pelan, kondisinya tidak terlalu prima untuk membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Terlintas kembali masa lalu yang tadi ia alami, kejadian hampir empat tahun lalu di sekolahnya.

"Hyewon..." geramnya sambil mengeratkan jemari di setir mobilnya.

Yena kemudian mengambil ponselnya, mendapati banyak miscall dan pesan. Ia pun mencari satu nama diantara daftar panggilannya, nama yang tadi siang tidak mengangkat telfonnya.

"Di rumah gak?"

"Iya. Lo kenapa nelfon tadi pagi?"

"Gue ke rumah ya, ada sesuatu yang harus lu tau."

"Yodah, bawai—"

Belum sempat lawan bicaranya selesai ngomong, Yena menutup telfonnya. Tau pasti diminta bawain sesajen.

-------------------

"Wih, kok tau gue mau martabak telor?" ujar Chaewon senang melihat bungkusan plastik yang dibawa oleh Yena.

Yena hanya mendengus sebal, lalu menaruh bungkusan itu di meja kamar Chaewon. Ia kemudian berjalan menuju Kasur Chaewon dan langsung merubuhan badannya kesana, gantian dengan Chaewon yang langsung berdiri dari kasurnya dan membuka kotak martabak tersebut.

"Gue ke rumah Yuri tadi pagi," Ucap Yena. Chaewon tidak dapat melihat ekspresi Yena, tapi dari suaranya, ia bisa menebak pasti tidak sesuai harapan. "Dan lo tau gak, apa yang gue liat?"

Chaewon tetap mengunyah, sudah tahu jawabannya.

"Gue liat Hyewon," Ucapnya datar, Chaewon belum memberikan reaksi apa-apa. "Gue liat Hyewon keluar bareng Yuri dari rumahnya."

"Terus?" tanya Chaewon. Yena kemudian mendudukkan dirinya, menoleh ke Chaewon.

"Gue ikutin mereka. Tebak mereka kemana?" perkataan Yena tertahan, berusaha menahan rasa sakit yang tiba – tiba menyeruak di seluruh tubuhnya. "Ke rumah Hyewon, Chae."

Chaewon menghentikan martabak yang sudah setengah jalan sampa di mulutnya, berjalan ke kasurnya dan duduk di sebelah Yena. Ia kemudian menepuk nepuk bahu sahabatnya itu.

"Jangan negative thinking dulu Yen. Siapa tau Hyewon jemput Yuri buat main sama Minju?"

Yena memasang muka bingung, mendelik ke arah Chaewon. "Lu tau darimana Minju sama Hyewon serumah?"

"Mi..Minju! Iya, Minju pernah cerita ke gue."

"Hhh Chaewon goblok ko bisa bisanya keceplosan" rutuk Chaewon dalam hati.

Yena mengangguk kecil, kemudian merubuhkan kembali tubuhnya yang sudah kelewat Lelah.

"Gue mesti ngapain ya Chae?"

Chaewon tertegun, menatap Yena nanar. Haruskah ia beritahu sekarang?

"Enggak enggak. Ini bukan urusan gue, ini urusan mereka." Pikir Chaewon.

"Gini, menurut gue ya, lo berdua harus jaga jarak dulu. Kasih ruang untuk sama – sama berfikir jernih," Ujar Chaewon. "Baik lo dan Yuri sama sama gak di kondisi bagus untuk ketemu Yen, dan gue yakin lo sadar akan hal itu."

Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut Yena, ia hanya menutup mukanya dengan bantal.

"Let me rest a bit. Bangunin gue kalo gue ketiduran."

"Gamau nginep aja lo?"

"Nggak deh. Dah makan tuh sesajen lu, gue bobo dulu."

Chaewon pun mengiyakan permintaan Yena, membiarkan Yena mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya.

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang