Cerita Duapuluh

126 22 2
                                    

Setelah kurang lebih dua jam di dalam ruangan, Yena akhirnya dapat menghirup udara segar kembali. Baru kali ini ia menghabiskan waktu selama itu padahal hanya bimbingan dengan dosen pengampunya saja. Salahnya masuk ke ruangan dosennya dengan wajah ditekuk dan tidak semangat, sesuatu yang tidak seperti Yena biasanya.

"Elo sih dateng-dateng mukanya galau, lama kan kita ditahan Bu Jess," ucap teman bimbingannya.

"Ya maap. Mana gue tau Bu Jess bakal sekepo itu."

"Terus? Jadi lo udah putus tuh sama cewek lo ini?"

Yena tertegun sebentar, berusaha menghindari pertanyaan tersebut yang bahkan ia pun tidak bisa menjawabnya saat Bu Jess bertanya tadi.

"Udah udah, gausah dijawab kalo lo gamau jawab. Gue duluan ya."

Setelah berpisah dengan temannya itu, Yena kemudian berjalan ke arah kantin fakultasnya untuk sekedar mencari minum. Belum berapa lama, langkahnya tertahan saat ia mengecek salah satu pesan teks di handponenya dari seseorang. Tanpa pikir panjang ia pun menelfon nomor tersebut.

"Dimana?" tanyanya.

"Di kampus. Lu udah liat yang gue kirim?"

"Yaudah, ke kantin FT deh sini, gue tunggu ya."

Menutup panggilannya, Yena lalu berjalan cepat dan segera menempati tempat duduk yang cukup strategis. Untungnya fakultas sastra dan fakultas Teknik tidak terlalu jauh, bisa diasumsikan lawan bicaranya di telfon tadi pasti akan sampai tidak lama lagi.

"Oit!" Panggil seseorang dari kejauhan. Orang tersebut langsung duduk di meja dimana Yena berada.

"Gila, kaget gak sih lu?!" ucapnya ke Yena.

"Kenapa? Gue udah tau kok, hahahaha."

"Serius? Kok lu gak bilang??"

"Bilang apaan?"

"Kok lu gak bilang kak Minju udah punya pacar??"

"Ya..."

Yena menahan perkataannya, melihat terlebih dahulu lawan bicaranya itu keburu lesu dan mempertemukan badannya dengan meja kantin.

"...Karena enggak."

Lawan bicaranya terkejut, meluruskan badannya yang tadi ia rubuhkan di meja kantin. Matanya membulat menerima jawaban tersebut.

"Lu ngapa kaget banget?"

"Berati gue masih punya kesempatan dong??" ucapnya sedikit sumringah.

"Setelah yang lu lakuin dulu?" sinis Yena. Ia tertawa kecil mengejek lawan bicaranya yang lebih muda tersebut. "Jangan berharap banyak."

"Oh! Ayolah, bantu gue kak!" pintanya.

"Wow? Kenapa gu—"

"Gue bantu lu rebut Yuri balik,"

Yena tertegun sebentar, menopang dagunya sembari menatap lekat temannya tersebut.

"Bantu gue dapetin kak Minju lagi, gue bantu lu—"

"Lu ngomong gitu seakan Yuri udah bukan milik gue," potong Yena sembari sedikit terkekeh, jengah mendengar hal-hal tersebut. "Dan sepede apa lu Minju mau ama lu lagi?"

Lawan bicaranya tersebut sedikit tertegun, membuatnya mengedarkan pandangannya ke sembarang arah di kantin. Yena berdiri, tidak menunggu jawaban dari pertanyaan tersebut.

"Emang gue separah itu ya?" Tanya temannya dengan suara cukup yang cukup lirih.

"Apapun alasannya, selingkuh gak pernah bisa dimaafin, Yujin. Tolong lu ngerti itu." Balas Yena sembari pamit dan berjalan pergi dengan keadaan pikirannya yang penuh dengan Yuri. Nama yang terus mengalir di benaknya sebulan ini.

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang