Chapter 7

16.3K 1.4K 28
                                    

Hari ketiga sekaligus hari terakhir di Belitung, Nata memiliki agenda liputan Breaking News pada pukul delapan pagi. Namun, Nata harus mewawancarai beberapa narasumber pada pukul tujuh di Rumah Sakit Darurat.

Saat ini, Nata bersama beberapa jurnalis media lain, termasuk Fani berada di Rumah Sakit Darurat untuk mewawancarai Anita, Wakil Ketua Tim Medis. Ibu Anita duduk di tengah dengan meja yang ada di depannya. Sedangkan, para jurnalis duduk di kursi yang disusun dengan bentuk setengah lingkaran di hadapan kursi Ibu Anita.

"Bisa Ibu informasikan update jumlah jenazah yang sudah teridentifikasi?" tanya Nata memulai memberikan pertanyaan pertama.

"Sejauh ini sudah ada dua puluh lima jenazah yang teridentifikasi," jawab Ibu Anita dengan tegas.

"Untuk permasalahan pimpinan RSUD dan karyawan apakah sudah terselesaikan, Bu? Lalu, Apakah benar Ibu Anita terlibat dalam permasalahan itu?" tanya salah seorang jurnalis CNB.

Fani yang berada di sebelah Nata, langsung mencubit lengan Nata setelah mendengar pertanyaan salah seorang rekan jurnalis mereka.

Nata yang merasa kesakitan menatap tajam ke arah Fani. Namun, Nata mengerti maksud Fani mencubitnya.

"Bodoh banget, si kampret! Ini sih yang mati kita semua!" bisik Fani pelan di dekat telinga Nata.

Beberapa jurnalis juga saling beradu pandang. Bagaimana tidak? Pertanyaan salah seorang jurnalis CNB tersebut dapat dikategorikan melanggar KEJ atau Kode Etik Jurnalistik.

Ibu Anita segera berdiri dari tempat di duduknya dan menggebrak meja yang ada di depannya. "Apakah anda tidak memahami KEJ yang ada? Apakah wajar pertanyaan tersebut dilontarkan oleh seorang wartawan salah satu perusahaan media ternama di Indonesia?" bentaknya pada jurnalis CNB.

"Maaf, Ibu. Saya tidak bermaksud—"

"Diam! Memalukan kelakuanmu itu! Sudah kita akhiri saja wawancara pagi ini." Ibu Anita berjalan meninggalkan tempat wawancara.

Saat ini semua jurnalis menatap ke arah jurnalis CNB tersebut. Beberapa dari mereka menatap dengan tatapan horror, termasuk Fani.

"Bro, Kok bisa-bisanya lo menanyakan hal pribadi disaat kayak gini? Itu sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama kita," ujar salah seorang jurnalis lain.

"Memang banyak rumor yang beredar seperti itu, tapi kita bukan akun gosip," timpal Dika, jurnalis Media-Net Sumsel.

Situasi diantara forum jurnalis tersebut kian panas. Mereka menyalahkan kecerobohan rekan mereka yang dapat berakibat fatal.

"Sekarang, fokus kita bukan di situ. Jadi, gue harap lo nggak ngebahas hal seperti itu. Itu sama aja lo ngelanggar KEJ!" kata Rekan jurnalis CNB lainnya secara tegas.

"Udah cukup. Sekarang kita balik buat bahas agenda masing-masing media. Gue juga berharap kejadian kayak gini nggak terulang lagi, semuanya harus bisa menempatkan diri nggak cuman asal ngomong. Gue mau coba ngomong sama Ibu Anita, nanti kalau berhasil lo semua harus udah ada di sini." Fani menengahi keributan rekan-rekannya. Fani dan Nata berjalan menuju tempat Ibu Anita berada untuk memohon maaf atas kesalahan rekannya.

Setelah beberapa negosiasi serta diskusi Ibu Anita memaafkan kecerobohan salah satu jurnalis CNB tersebut. Ibu Anita juga bersedia melanjutkan sesi wawancara bersama para jurnalis.

***
Selepas wawancara Nata langsung menemui ketiga rekannya yang telah bersiap di titik liputan.

"Nat? Lama banget wawancaranya, ada masalah?" tanya Rafi sesaat setelah Nata menghampirinya.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang