Chapter 12

14.4K 1.2K 44
                                    

"Lima menit lagi kita on air! Semuanya segera!"

Mas Gun berteriak di tengah studio 7 sambil menepuk tangannya sebagai tanda semuanya harus segera bersiap. Studio 7 merupakan studio yang digunakan untuk siaran berita. Saat ini, akan dimulai siaran Prime News, dengan Nata sebagai news anchor.

Beberapa hari—lebih tepatnya seminggu lebih—setelah Aiden berada di apartemennya, Nata mulai disibukkan dengan kegiatan on air yakni, sebagai news anchor. Bahkan, beberapa hari ini Nata sama sekali tidak diminta untuk menjadi reporter lapangan. Nata awalnya sedikit ragu dengan posisi barunya saat ini. Namun, apa boleh buat dia harus tetap menjalankannya.

"Semuanya siap? Tiga ... Dua ... Satu." Mas Gun memberi aba-aba pada seluruh kru yang bertugas kali ini.

*Ilustrasi. CNN Prime News. Sumber : Resta TV.*

Setelah beberapa cuplikan berita di awal, Nata kembali diberikan aba-aba untuk memulai siarannya.

"Selain ketiga informasi tadi kami masih akan menghadirkan beragam informasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Inilah Media-Net Prime News selengkapnya bersama saya Serenata Renjana." Nata menatap ke arah kamera dengan tersenyum seramah mungkin.

"Kita ke informasi pertama. Ricuh pembagian sembako oleh posko bantuan bencana banjir di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Banyak warga terdampak banjir yang mendatangi posko bantuan bencana dengan berdesak-desakan. Padahal, pemerintah setempat telah menghimbau masyarakat untuk mengantri karena jumlah sembako yang cukup banyak sehingga dapat dipastikan seluruh warga mendapatkan bantuan sembako."

"Kita beralih ke informasi kedua. Kepergok kedapatan mencuri sepeda motor milik warga di area persawahan, seorang pelaku pencurian di Desa Mojosari, Situbondo, babak belur dihakimi massa. Aksi pencurian motor yang sedang terparkir di pinggir persawahan juga berhasil digagalkan warga di Pasuruan."

"Seorang ibu hamil bersama janinnya tewas tertabrak, setelah mobil minibus yang dikendarai seorang wanita yang sedang menyetir di kawasan Palmerah, Jakarta Barat. Peristiwa naas itupun terekam kamera pengawas."

Setelah memaparkan informasi diatas serta beberapa informasi lainnya. Satu jam kemudian, Nata menyelesaikan siarannya.

Tatapan mata Nata langsung menajam saat melihat Rafi yang berdiri di sudut ruangan sambil menatapnya. "Please deh! Bang Rafi jangan ketawa di depan gue dong! Gue jadi agak enggak fokus gara-gara lo!" seru Nata sambil berjalan menjauhi titik di mana ia berdiri saat siaran tadi.

"Tandanya lo enggak profesional, dodol!" Rafi menghampiri Nata dan mengetuk kening Nata dengan jarinya. "Tapi keren kok, Nat. Cakep dah!" puji Rafi.

"Kalau gue enggak profesional tadi gue ketawa! Tapi gue masih tahan, tuh, tadi," cibir Nata.

"Makin hari makin keren lo, Nat, di studio. Kayaknya fix pindah jabatan, nih. Gimana Mas Gun?" seru salah seorang cameraman yang ada di sebelah Mas Gun.

"Gue tau Nata masih suka di lapangan ... jadi ya mungkin setengah-setengah ya, Nat." Mas Gun menggoda Nata. Mereka semua tahu, bahwa Nata lebih menyukai pekerjaannya sebagai reporter lapangan dari pada di dalam studio seperti saat ini. Namun, melihat perkembangan Nata yang cukup signifikan menjadi news anchor beberapa dari komisaris menyarankan untuk menarik Nata agar menetap menjadi news anchor.

"Mas Gun ..." rengek Nata dengan tatapan memelas.

"Kita lihat nanti, Nat." Mas Gun tersenyum dan berjalan keluar studio.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang