Chapter 22

10.6K 1K 17
                                    

Sidang tuntutan untuk terdakwa Agus Narawi, Bimo Santosa, dan Mahendra Wijaya berlangsung lancar. Kuasa hukum ketiga terdakwa mengajukan pembelaan atau pledoi yang akan dibacakan pada sidang pledoi pada hari Senin yang akan datang. Nata bertugas dalam kasus ini hanya sampai sidang pledoi saja. Sedangkan, pada puncaknya yakni sidang putusan dari majelis hakim akan diambil alih oleh Eva.

Semua itu atas saran dari Rafi yang tidak menginginkan Nata mendengar secara langsung putusan sidang atas terdakwa Mahendra Wijaya, Ayahnya sendiri. Rafi meminta rolling tugas pada Mas Gun agar Nata yang menjalankan tugas milik Eva dan sebaliknya. Untungnya, Eva yang memiliki pikiran yang sama dengan Rafi, langsung menyetujui dan menyanggupi tawaran Rafi tersebut.

Saat ini Nata masih berada di halaman parkir Gedung Pengadilan Tipikor, Jakarta. Setelah sebelumnya bersama jurnalis lain menunggu pembacaan hasil sidang tuntutan yang disampaikan secara langsung oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK, Budhi Sarumpaet.

Nata bersandar di kap depan mobil kantor Media-Net sembari menegak habis air mineral yang dibawanya. Tepat di sebelah Nata, Rafi berdiri dan sedang melahap lemper yang merupakan bekal dari Ibunya.

Valen yang berjongkok di bawah memperhatikan Rafi yang telah menghabiskan dua buah lemper berisi ayam tersebut. "Makan-makan sendiri," sindir Valen dengan menyanyikan salah satu lirik lagu.

Rafi yang merasa tersindir lantas menatap Valen dengan satu alis terangkat. "Mau? Buatan Emak gue, nih!" Rafi menyodorkan lemper yang ada di kotak bekalnya.

Dengan sumringah Valen mengambil satu dari dua lemper yang tersisa. Tanpa basa-basi Valen langsung melahap habis lemper tersebut.

Nata menurunkan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya. Ia memperhatikan Rafi dan Valen yang tengah asyik makan. "Padahal gue lagi pengen Bakmi GM." Ia mengembuskan napasnya seraya mengerucutkan bibirnya.

"Ayo! Habis balik kantor aja ya? Jam kerja kita bentar lagi habis." Valen mengalihkan tatapannya pada Rafi. "Iya kan, Bang?" tanya Valen dengan semangat.

Rafi membenarkan ucapan Valen, "Yuk. Ajak anak-anak sekalian aja. Dah lama kita nggak q-time," sahut Rafi sambil mengunyah.

"Yes!" seru Nata sambil melompat kegirangan. Nata langsung merogoh ponsel yang ada di saku celananya dan mengirimkan pesan kepada Eva, Rion, Dani, Mila, dan Abil via grup jurnalis lapangan.

"Buru! Ayo balik kantor!" ajak Valen sambil berlalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.

"Bentar! Gue buang sampah dulu di sana!" tunjuk Nata ke arah tempat sampah yang ada di seberang mereka.

"Eeh! Titip!" Rafi menyerahkan daun yang membungkus lemper kepada Nata dan dibalas dengan dengusan oleh Nata.

Setelah membuang sampah, Nata membalikkan badan menghadap mobil kantor Media-Net. Namun, Nata tidak langsung menyebrang, karena ada mobil berwarna silver yang akan lewat di depannya. Mobil berwarna silver itu berjalan melewati tempat Nata berdiri, akan tetapi tiba-tiba mobil tersebut berhenti mendadak. Melihat hal itu, Nata mengernyit heran.

Tak lama, kaca pintu mobil penumpang sebelah kiri terbuka lebar dan memperlihatkan wajah seseorang yang amat sangat Nata kenali.

"Serenata?" panggil orang itu ragu.

Nata membelalakkan matanya kaget. Ia tidak menyangka, Ayahnya saat ini ada di dekatnya bahkan memanggil namanya. Setelah bertahun-tahun tidak mendengar suara panggilan tersebut membuatnya diam dan tidak bergeming.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang