Chapter 15

12.4K 1.1K 45
                                    

Aiden memberi kabar bahwa tidak lama lagi ia akan sampai di lobi apartemen Nata. Maka dari itu, setelah membaca pesan darinya, Nata segera mengambil tas dan turun menuju lobi.

Tak lama setelah Nata menunggu, terlihat mitsubishi sport hitam memasuki halaman apartemen yang diyakini Nata itu merupakan mobil milik Aiden. Reflek, Nata langsung merapikan tatanan rambut serta penampilannya. Nata tidak munafik, setiap wanita pasti ingin tampil cantik dan memukau di depan orang lain. Terutama, di depan laki-laki.

Aiden memberhentikan mobilnya tepat di depan tempat Nata berdiri. Aiden terlihat membuka kaca mobilnya dan menyapa Nata ramah. "Hai Nana. Maaf, kalau lo jadi nunggu lama."

Nata menggelengkan kepalanya pelan. "Gue baru aja turun kok."

Belum lama setelah Nata berada di dalam mobil Aiden, tercium aroma mint yang cukup menyeruak di hidung Nata. Pasti parfume Aiden, tebak Nata dalam hati.

Walaupun baru beberapa kali Nata bertemu dengan Aiden, tetapi Nata sudah paham aroma parfume khas milik Aiden. Aroma mint yang menyegarkan, bisa membuat siapapun yang berada di sampingnya merasa tenang.

Nata langsung memukul kepalanya pelan merutuki sesuatu yang ada dipikirannya saat ini. Nata please jangan mikir yang aneh-aneh dong, batinnya.

"Na, kenapa?" Aiden menatap ke arah Nata dengan tatapan khawatir. Sorot mata Aiden terlihat lucu saat ia menatap Nata saat ini.

Nata pun menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Siang hari ini Aiden mengenakan kaus hitam polos dengan jaket berwarna senada yang menjadi outer-nya serta dipadukan dengan celana jeans navy. Menurut Nata, Aiden terlihat tampan siang hari ini, terlebih dengan kaus hitam yang dikenakannya.

"PIM langsung atau gimana?" tanya Aiden sambil mengemudikan mobilnya, menjauh dari apartemen Nata.

"Langsung aja," balas Nata singkat.

Aiden mengalihkan pandangannya ke arah Nata. Ia terlihat sedang mengamati penampilan Nata dengan senyum cerah yang mengembang di wajahnya.

"Ngapain, sih?" tanya Nata heran.

Aiden terkekeh pelan dan kembali menatap lurus ke arah jalanan. "Tumben di kucir," ujar Aiden.

"Pengen aja. Kayaknya, outfit gue hari ini cocok kalo di kucir."

Siang hari ini, Nata mengenakkan sabrina putih yang dipadukan dengan rok jeans biru muda selutut serta flatshoes berwarna hitam. Tidak ada boots yang biasa digunakan Nata sehari-harinya—terutama saat liputan.

"Cantik kok, Na," ujar Aiden sambil tersenyum menggoda.

Nata lantas memutar bola matanya malas. Aiden selalu bisa melontarkan godaan atau gombalan padanya. Namun, saking seringnya hati Nata sampai kebal dengan bualannya.

"Beneran, Na. Cantik. Nggak gombal," jelas Aiden pelan.

Bagaimana ia tahu apa yang ku pikirkan? Aiden cenayang! batin Nata.

"Udah, deh, diem ... fokus nyetir!" geram Nata padanya.

Aiden hanya tertawa pelan dan kembali terdiam setelah mendengar ucapan Nata. Sebenarnya yang Nata sukai dari sikap Aiden yakni bila Nata memintanya untuk diam maka, Aiden akan menurutinya. Padahal, kadang kali Nata hanya bercanda bila berbicara seperti itu. Selain itu, saat Nata terlihat tidak ingin berbicara, Aiden juga tidak membuka pembicaraan di antara mereka. Sikap mengerti akan situasi dan perasaan yang Nata rasakan, membuat Nata nyaman berada di sisi Aiden.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang