Chapter 26

10K 1K 80
                                    

Serenata POV

Aiden melepaskan helm yang ada di kepalaku. Sorot matanya menatapku penuh arti. Sepertinya ia sedang mencoba meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Kami berjalan menuju ke rumah utama yang pintunya terbuka lebar. Sayup-sayup aku dapat mendengar suara beberapa orang yang sedang berbincang. Aku mencoba menghela napas berkali-kali dan menetralkan degup jantungku. Ok Nata tenang.

Sesaat sebelum memasuki rumah ini, di depan pintu tiba-tiba tangan Aiden mengenggam tanganku dengan erat. Jari tangan kiriku dan jari tangan kanan Aiden saling bertaut.

"Assalammualaikum." Suara Aiden membuat semua orang yang ada di ruangan ini menoleh ke arah kami.

Beberapa dari mereka menatapku dengan penasaran, tapi juga ada yang tersenyum kepadaku. Aku mencoba untuk bersikap tenang dan memberikan senyum terbaikku kepada keluarga besar Aiden. Manik mataku menangkap sosok anak perempuan dengan rambut panjang ikal yang dikucir satu. Anak perempuan itu berlari menghampiri Aiden sambil merentangkan tangannya.

"Om Aksa!" teriaknya dengan suara cempreng khas anak kecil.

Awalnya aku mengira, jika genggaman tangan Aiden padaku akan terlepas untuk menyambut pelukan dari anak perempuan ini. Namun, nyatanya tidak. Tangan kiri Aiden mengusap pelan punggung anak perempuan itu yang kini memeluk kaki Aiden.

"Cantiknya, princess yang satu ini," kata Aiden sembari memperlihatkan senyuman hangatnya pada anak perempuan itu.

"Aksa....ini ya yang diceritain sama Ibu kamu?" goda salah seorang wanita yang menggunakkan kaftan cokelat dengan kerudung senada.

Aiden terkekeh pelan. "Iya, Tante."

"Sini-sini duduk!" ujar wanita tadi.

Aiden membawaku untuk duduk di sofa yang muat untuk tiga orang. Aku berada di sisi paling kiri dan Aiden berada di tengah. Anak perempuan yang dipanggil 'princess' oleh Aiden, duduk di sisi paling kanan.

"Kenalin, Tante, Om. Ini Nata, tapi Aksa panggilnya Nana." Aiden memperkenalkanku di hadapan keluarga besarnya.

Aku dapat melihat tidak ada raut wajah yang tidak mengenakan saat menatap ke arahku. Yang ada hanya senyuman yang mengembang di wajah mereka.

"Nana aja kali ya? Biar sama kayak Mbak Niken juga," ujar wanita dengan kaftan yang pertama kali menyapa Aiden tadi. "Oh iya! Nana kenalkan, ini Tantenya Aksa. Panggil aja Tante Ratih." Ia mengenalkan dirinya padaku.

Dengan inisiatifku sendiri, aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menghampiri keluarga Aiden satu persatu untuk memperkenalkan diri sembari menjabat tangan mereka.

Ternyata, Ibu Niken merupakan sulung dari tiga bersaudara. Sehingga dua wanita yang sedari tadi mengajakku berbicara adalah adik kandung dari Ibu Niken. Tante Ratih dan Tante Dian.

"Nana kapan sampai sama Aksa?" tanya Tante Dian yang mengenakan kerudung biru.

"Kemarin siang, Tante."

"Oh gitu. Sudah diajak jalan belum sama Aksa?"

Aku mengangguk. "Sudah. Kemarin ke Bukit Paralayang."

"Asik banget tuh, Mbak! Pasti rame orang pacaran ya?" timpal Ara yang merupakan anak dari Tante Ratih. Usianya dua tahun di atas Ayu.

"Kok tau? Pernah ya, Ra?" goda Aiden pada sepupunya itu.

"Pernah lah!" kata Ara.

"Lulus dulu kuliah! Baru pacaran!" cibir Aiden.

"Aku udah dua-puluh-tahun ya, Mas. Jadinya fine fine aja aku mau pacaran," ujar Ara tak mau kalah.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang