Chapter 32

9.7K 995 30
                                    

"Nana aku bisa minta tolong? Kamu bisa jemput Rin di rumah sakit? Mbak yang jagain harus pulang kampung, sedangkan Mas Andru nggak bisa bawa Rin ke proyek. Sekarang Rin di rumah sakit."

Gerakan tangan Nata yang hendak menghapus make-up sisa siaran siang hari ini, mendadak berhenti. Ponsel miliknya terapit di antara pundak dan telinga kanannya. Nata lantas meletakan ponsel di atas meja rias dan menekan tombol speaker.

"Bisa, Mas. Untung aja kamu sama Papa udah ngizinin aku bawa mobil mulai hari ini," sahut Nata seraya membuang kapas yang hendak ia gunakan untuk menghapus riasan di wajahnya.

"Iya-iya. Feeling-mu bener." Terdengar suara kekehan berat Aiden. "Tolong, Rin kamu bawa ke tempatmu dulu ya, Na. "

"No worries. Justru aku malah seneng ada mainan."

Aiden kembali terdengar sedang terkekeh. Nata pun langsung menyunggingkan senyumnya setelah mendengar kekehan Aiden di seberang sana.

"Nanti sore aku sama Mas Andru akan urus kepulangan Tante Dian. Kamu bisa pulang duluan atau nunggu aku."

"Sure."

"I owe you one, Serenata—and I should go now, ada agenda rapat di Koarmada 1."

"Ck. Don't worry about it, Mas."

"See you, Nana."

"Yups. Good luck!"

Setelah memutus panggilan dari Aiden, Nata segera merapikan seluruh barang-barang yang dibawanya. Tak sempat lagi untuk membersihkan sisa riasan di wajahnya, Nata langsung bergegas turun menuju lantai utama untuk mengisi absensi pulang.

Nata mengendarai mobilnya, menuju rumah sakit di mana Tante Dian dirawat. Hari ini, merupakan hari keempat Tante Dian di sana. Seharusnya, kemarin Tante Dian sudah diperbolehkan untuk pulang. Namun, Aiden meminta kepada Raya untuk satu hari lagi Tante Dian dirawat di rumah sakit, agar fisiknya benar-benar sehat, sebelum ia kembali ke rumah Aiden. Raya pun menyetujui permohonan Aiden. Dan seharusnya sore ini Tante Dian sudah bisa kembali pulang.

Setibanya Nata di rumah sakit, dengan cepat Nata menyusuri koridor hingga tiba di depan ruang rawat Tante Dian. Pada saat Nata hendak membuka gagang pintu, tiba-tiba Raya datang dan menyapanya.

"Nata. Kenapa ke sini?" sapanya dengan ramah.

Nata melemparkan senyum seadanya ke arah Raya. "Aku mau jemput Rin."

"Rin? Really? Setelah manggil Aiden dengan sebutan 'Mas Aksa' sekarang kamu manggil Rinjani dengan 'Rin'?" cibir Raya dengan tatapan mengejek.

Nata tidak mengerti sama sekali. Sikap Raya bisa berubah 180 derajat dalam waktu beberapa detik saja. Tadi Raya bersikap ramah padanya dan sekarang?

"Semua itu nggak ngerugiin Kak Raya kan? Ya udah," desis Nata tak mau kalah.

Raya tersenyum masam. "Nggak ngerugiin sama sekali. Tapi dengan ngeliat kamu cepet akrab sama keluarga Aiden dibanding aku dulu, itu buat aku nggak suka." Raya melipat kedua tangannya di dada.

"Berarti keren ya aku?" sahut Nata dengan ekspresi bangga pada dirinya sendiri.

Nata benar-benar tidak suka dengan ucapan Raya barusan. Untuk apa Raya masih bersikap seperti itu saat ini. Padahal, hubungannya dan Aiden sudah kandas beberapa bulan yang lalu, bahkan hampir satu tahun.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang