Chapter 4

21.5K 1.9K 61
                                    

Nata mencoba mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia tidak ingin wajah merah bersemunya dilihat oleh Aiden.

Rasanya, Nata ingin lari dan menjauh dari sini. Semua itu setelah Aiden berhasil membuatnya malu bukan main.

Sial! Gimana aku bisa lupa kalau aku pakai name tag!

Nata mengulang-ngulang ucapan tersebut di dalam hatinya.

Dengan sekali embusan napas, Nata mencoba bersikap biasa saja di depan Aiden. "Itu memang nama saya. Ada masalah?"

Aiden terkekeh geli melihat tingkah Nata yang mencoba untuk menutupi kekesalannya. "Terimakasih Serenata, kamu sudah menolong saya." Aiden tersenyum tulus ke arah Nata.

"Saya tidak sengaja melihat kamu. Jadi itu juga bagian dari tugas saya di sini menolong kamu," jelas Nata sembari menatap Aiden dengan raut wajah yang datar. "Nama kamu siapa? Asal dari mana?" Kini giliran Nata bertanya kepada Aiden.

"Aiden," sahut Aiden pelan.

Kini Aiden menatap wajah Nata lekat-lekat sebelum menjawab pertanyaan Nata selanjutnya. "Saya tinggal di Jakarta, tetapi Orang tua saya di Jogja."

"Jadi kamu asli mana?"

"Saya lahir di Makassar, besar di Bandung. Orang tua asli jawa dan sekarang tinggal di Jogja. Sedangkan saya menetap di Cilandak. Saya nggak tahu kalau ditanya asli mana. Setelah saya menjelaskan apa kamu bisa mengetahui saya ini asli mana?"

"Keturunan jawa, berarti darahnya jawa. Asli Jawa mungkin? Tapi saya juga nggak tahu. Ribet hidup kamu."

Aiden terkekeh mendengar ucapan Nata. "Serenata Renjana, saya bisa panggil kamu siapa?"

"Nata. Semua panggil saya Nata."

"Nana saja ya?"

"Kok jadi Nana? Dari mana? Jangan ngaco kamu!" Nata bersedekap sambil menatap tajam ke arah Aiden.

"Serenata Renjana, Na-Na," jelas Aiden sambil tersenyum.

"Terserah deh!" Nata merapikan bagian bawah seragamnya. "Saya mau ke titik liputan dulu. Kapan-kapan saya ke sini lagi, kalau saya mau."

"Loh? Padahal saya nggak minta," ujar Aiden seraya tersenyum untuk menggoda Nata. "Tapi ... saya nggak masalah kalau kamu mau tengok saya lagi," goda Aiden.

Nata berjalan keluar ruang rawat Aiden sambil menggerutu. Nata merasa kesal pada Aiden yang bersikap menyebalkan. Padahal ini baru kali pertama mereka bertemu dan berbicara.

Nata berjalan ke tempat titik liputan menghampiri teman-temannya. Saat Nata datang, ternyata mereka sudah menyelesaikan live report untuk Good Morning News Update.

"Udah kelar?"

"Hai, Nat! Dari mana?" tanya Valen saat melihat Nata berjalan menghampiri.

"Rumah Sakit Darurat, liat korban yang tadi gue temuin." Nata membantu Rion melipat tripod yang digunakkan sebagai penyangga kamera. "Bang Rafi kemana?"

"Bantuin relawan lain beresin puing-puing yang udah ada di pantai. Tuh di sana!" Rion menunjuk ke arah beberapa orang yang sedang berkumpul, di antara mereka ada Rafi yang sedang mengangkat beberapa benda.

"Len? Kamera lo kenapa?" Nata melihat ke arah Valen yang sibuk membersihkan lensa kamera yang mereka gunakkan untuk liputan.

"Cie. Nanyain gue. Udah mulai ada getaran hati di dada gara-gara gue ya, Nat?" goda Valen sambil mencolek pundak Nata.

"Ish! Apaan sih lo. Giliran gue baikin lo malah makin ngeselin!" Nata bergeser agak Valen tidak dapat menjangkaunya.

"Itu kamera jurnalis cabang, kamera kita tadi dipinjem buat wawancara orang tim SAR. Nah, kayaknya nih kamera mereka ini agak error deh. Soalnya, tadi kita sempet nggak jelas gambarnya," timpal Rion.

The Walk of Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang