10.a

458 44 1
                                    

Sorry

Vanesha mendengar nada menyesal dari ucapan Megan di ujung sana, lalu mendesah pelan. Dia tidak bisa marah. Buat apa marah?

“Baiklah”, ucap Vanesha akhirnya , “Jadi udah refund tiket?”

“Baru mau refund, mau nunggu detik terakhir siapa tahu masih bisa terbang ke Bali”

Refund sekarang gih, nanti kelupaan malah jadi hangus tiketnya”

“Iyaa iyaaa. Aku minta maaf ya”

It’s okay. Nanti pas aku balik ke Melbourne pokoknya harus traktir aku makan enak”

“Oh tentu saja”, ucap Megan, ada nada lega di suaranya. Mungkin sedari tadi dia takut Vanesha marah.

“Lucu banget tahu masa aku latihan dansa sendirian? Aneh nggak sih?”

“Mereka nggak mau kasih refund, Sha”

“Aku kan udah bilang jangan bayar dulu. Keras kepala amat sih”

“Mereka ada kelas yoga, zumba, sama yang lain juga kok. Ganti lesson aja, Sha”

“Ah, iya benar juga. Yaudah deh”

“Daripada chillin doang di pantai Bali ya kan?”

I prefer work on my tan than work my ass off

“Marah nih?” goda Megan perlahan, ternyata dia masih takut Vanesha marah.

Vanesha menghela nafas pelan, “Nggak, Megan. Yaudah deh, daripada mubazir. Aku berangkat sendiri aja”

Sorry

“Cukup dong sorry-nya”, ucap Vanesha lalu tertawa pelan, dia merasa tidak enak juga karena kesal dengan Megan, “Aku kesana dulu kalau gitu”

“Okay. Have fun ya. Miss you

Vanesha memasukkan handphone nya ke dalam tas. Ia mengikat tinggi rambutnya lalu bergegas keluar dari kamar hotel.

Sebenarnya, ide untuk belajar dansa adalah ide dari Megan. Vanesha sudah mati-matian menolak karena dia rasa itu tidak perlu tapi Megan memintanya berulang kali untuk berdansa dengannya di pernikahan Gio. Dan Vanesha akhirnya tidak dapat menolak.

Kalau ternyata akhirnya Megan tidak dapat hadir di pernikahan Gio, kenapa dia harus tetap ikut latihan dansa?

Sebaiknya Vanesha mengganti materi belajarnya menjadi kelas zumba atau yoga seperti yang diusulkan Megan.

Vanesha mengarahkan mobilnya ke arah Ubud. Vanesha memarkirkan mobilnya dan menuju ke sebuah kafe yang berada di sebelah studio tari tersebut untuk membeli minuman.

Dan dia bertemu dengan Iqbaal disana, sedang membayar belanjaannya di kasir.

“Lho, Sha? Ngapain di sini?”
“Kamu ngapain di sini?” tanya Vanesha balik.

Iqbaal tertawa, “Kamu masih suka jawab pertanyaan dengan pertanyaan ya. Aku habis dari sentra keramik dan cari-cari lukisan di sekitar sini. Keperluan kerjaan. Eh, berapa totalnya, Mbak?” Iqbaal berfokus ke arah kasir untuk membayar belanjaannya.

Vanesha memutuskan untuk mengabaikan Iqbaal dan mengambil beberapa botol air mineral dan jus yang ada di etalase. Dan Iqbaal masih berdiri di dekat kasir.

“Kamu belum jawab pertanyaan aku. Kenapa ke sini?”

“Aku mau ke studio tari di sebelah”
“Oh? Mau latihan nari?”

“Nggak, mau zumba atau yoga”
“Jauh amat ke Ubud?”

Ya, kalau nggak karena Megan udah book dan bayar sih Vanesha juga males harus jauh dari Uluwatu ke Ubud.

Vanesha tidak menjawab pertanyaan Iqbaal dan membayar belanjaannya.

“Aku duluan, Baal”

Vanesha keluar dari kafe tersebut, diikuti oleh Iqbaal. Vanesha berjalan ke arah studio tari, diikuti oleh Iqbaal. Vanesha berbalik lalu menatap Iqbaal yang berjalan mengikutinya di belakang.

“Kamu mau ngapain sih Baal?”

“Aku juga bisa ikut zumba atau yoga ga sih?”
“Buat apa?”
“Biar sehat”, jawab Iqbaal seraya tersenyum jahil.

Vanesha menggelengkan kepalanya, tidak percaya dia mendengar jawaban seperti itu dari Iqbaal. Ia memilih untuk mengabaikan Iqbaal lalu berjalan masuk ke dalam studio tari.

“Halo, selamat sore”, ucap Vanesha kepada seorang gadis yang berada di resepsionis dekat pintu masuk, “Saya Vanesha, book private dance lesson?”

“Katanya mau zumba atau yoga?” bisik Iqbaal yang ternyata sedari tadi mengikuti Vanesha.

Vanesha hanya mengerlingkan matanya.

“Oh, Miss Vanesha”, ucap gadis itu lalu tersenyum lebar, “Kami sudah menunggu Anda”

“Oh, hai”, Vanesha membalas senyum wanita itu, “Saya sebenarnya ing—”

“ Oh kalau begitu mari saya antar langsung ke Miss Ayu “, gadis itu itu lalu keluar dari bilik resepsionisnya menuju ke tangga dan naik ke lantai dua.

JUST IN TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang