Compromise - A little talk before Marriage

436 43 1
                                    

"Buat apa?" tanya Vanesha bingung, ia mengernyitkan dahinya.

"Buat ngerti satu sama lain. Aku tahu kita udah kenal lama meskipun baru pacaran setahunan, mungkin banyak hal yang nggak aku tahu dari kamu. Atau sebaliknya. Oh, dan meskipun tidak ada hubungan yang sempurna, aku ingin kita punya hubungan yang sehat dengan kamu. Karena, aku ingin seumur hidup sama kamu"

Vanesha menatap Iqbaal lekat, mencoba mencerna apakah pria itu sungguh-sungguh atau tidak. Tapi Iqbaal menatapnya nyaris tidak berkedip, menandakan bahwa pria itu bersungguh-sungguh.

Ah, tentu saja. Pria ini selalu bersungguh-sungguh. Bahkan patah hati pun sungguh sangat serius. Bahkan mencintai pun, sungguh sangat serius. Vanesha harusnya tahu itu.

"Kalau misalnya setelah kita ngobrol nih, ada hal yang nggak sesuai, gimana? Kamu tetap mau nikah sama aku?"

"Iyalah", jawab Iqbaal cepat, "justru dengan ngomongin ini, kita jadi tahu, terus jadi bisa kompromi, dan bisa nerima. Ini tuh bukan buat mencari kesalahan, justru supaya kita bisa aware satu sama lain, supaya kita bisa sepakat dalam banyak hal"

"Ya sudah", Vanesha mengalah, "Kamu mau kita ngobrolin apa aja emang?"

Siang ini, sehari setelah Iqbaal melamarnya untuk menikah dan menjadi istrinya, Iqbaal mengajak Vanesha untuk mendiskusikan, atau berbicara serius, banyak hal mengenai mereka masing-masing.

Sama seperti Vanesha tahu bahwa Iqbaal sangat well-prepared dengan banyak hal, dia juga tahu bahwa Iqbaal kadang terlalu keras kepala dan tidak ingin dibantah.

"Apa aja tentang kamu, tentang aku, tentang kita. Tentang mimpi dan apa yang perlu kita sepakati sebelum menikah"

"Iya, apa aja itu apa Sayangku?"

"Hmm.... Masa lalu . Keluarga. Keuangan"

Vanesha mengangguk, "Oke"

"Oh, dan satu lagi", ucap Iqbaal seraya tersenyum penuh dengan arti. Vanesha menatap wajah Iqbaal dengan bingung.

"Muka kamu ngapa gitu sih", Vanesha tertawa geli seraya menyentuh wajah Iqbaal, "Satu lagi soal apa?"

"Seks", ucap Iqbaal seraya terkekeh. Matanya berkilat-kilat nakal.

"Emang itu harus dibicarain juga?"

"Lah, iya dong Sayang. Kalau menurut penelitian ya, seks itu memegang peranan penting dalam pernikahan. Banyak masalah datangnya ya karena seks"

"Kan pernikahan seharusnya ga melulu soal seks", protes Vanesha

"Tapi apalah arti pernikahan kalau seks-nya hambar"

Vanesha mendengus, "Baiklah"

"Tapi mah ya, emang soal seks itu agak gimana gitu kalau dibicarain", ucap Iqbaal.

"Gimana apanya? Tadi kamu yang bilang, kalau topik ini baiknya dibicarakan sebelum menikah?"

Iqbaal tertawa lalu menarik Vanesha dalam pelukannya, "Iya, soalnya kayanya topik soal seks lebih enak buat dipraktekin langsung daripada diobrolin"

Vanesha menepuk pelan pipi Iqbaal, "Dasar"

---------------------------------------------------------

Hehehe, haii teman-teman.
Aku posting sedikit nih buat cerita ini.
Jadi, aku kalau nulis tuh seringnya ngacak. Kadang apa yang ada di pikiran, langsung ditulis aja. Setelah itu baru mikir, sesuai gak ya sama jalan cerita, atau aneh nggak ya masuk ke cerita, atau kepanjangan nggak ya kalau masuk ke dalam cerita?

Jadi, bagian ini dan beberapa bagian kecil lainnya yang akan aku posting berikutnya adalah macam kepingan-kepingan tulisan yang sempat aku tulis tapi nggak masuk ke dalam cerita utama.

Khususnya bagian ini adalah obrolan-obrolan Iqbaal dan Vanesha sebelum hari pernikahan.

Selamat membaca.

💕


JUST IN TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang