Vanesha menatap ke sekelilingnya. Ruang latihan masih sepi, tentu saja, karena begitu gugup dan bersemangat, Vanesha sampai di sana 3 jam sebelum jadwal audisi.
Vanesha mengganti bajunya dengan yang lebih nyaman, kemudian kembali ke ruang latihan.
Ia mengambil handphone dan memasang earphone miliknya, menghadap ke cermin, lalu mulai warms up vocal miliknya.Setelah merasa cukup latihan vokal, Vanesha menyetel album musik favoritnya, lalu bernyanyi mengikuti irama musik sambil sesekali menggerakkan badannya.
“Aaaaaak!” Vanesha berteriak seraya terperanjat kaget melihat seorang pria, membereskan kursi di pojokan, “S-sejak kapan ada disitu?”
“Mau beresin kursi, Mbak. Mbaknya nyanyi serius banget, jadi ga dengar saya masuk”
“O-oh”, Vanesha sedikit merasa bersalah karena berteriak, “Lanjutin aja mas, beres-beresnya”Pria itu tertawa pelan, mengangguk, lalu lanjut membereskan kursi.
Dan Vanesha bertemu lagi dengan pria itu, sebulan kemudian.
“Habis beres-beres kursi lagi ya, mas?” Vanesha melongok ke dalam studio, kursi sudah dirapikan, seperti biasa, dan sudah ada beberapa orang di dalam studio.
Pria itu menatap Vanesha, melongo sesaat, terus tertawa, “Oh, Mbak yang kemarin dulu. Iya mbak, ruangannya udah saya rapiin”
“Makasih ya, Mas”, ucap Vanesha, “Saya baru aja kepilih jadi pemeran utama untuk pentas ulangtahun-nya Semesta. Hari ini saya nervous banget, tapi excited juga, mau ketemu sama senior-senior yang lain”
“Oh, good luck ya, Mbak, senior-senior teater semesta mah baik-baik semua, Mbak”
Vanesha tertawa, “Bahasa Inggrisnya mantep juga, Mas. Iya nih, tetap aja deg-degan”
Pria itu tertawa.“Mas-nya emang deket sama senior-senior? Kok tahu mereka baik-baik?”
“Iya, Mbak, mereka baik-baik semua kok. Kadang bantuin saya beresin studio kalau udah selesai di pakai, yang disusun kursinya, dielap lantainya, gitu deh mbak”
Vanesha mengangguk.“Apalagi tuh, senior yang namanya Iqbaal, wah baik banget, Mbak. Kadang bantuin saya sampai malam...”
“Hah? Iqbaal? Wah kebetulan Mas, saya bakal kerjasama sama senior yang namanya Iqbaal. Kira-kira Iqbaal yang itu bukan ya, Mas?”
“Namanya Iqbaal cuma ada satu, Mbak, wah mas Iqbaal tuh ya, udahlah ganteng, baik pula mau bantu-bantu...”Vanesha terdengar bersemangat dan lega mendengar ucapan pria itu.
“Lho? Sasha?”, Mas Ignasius tiba-tiba keluar dari dalam studio, menghampiri Vanesha, “Wah, udah akrab aja sama Iqbaal nih?”
“Hah?”
Vanesha mengerutkan kening, menatap Mas Ignasius bingung. Sementara pria di hadapannya, tertawa terbahak-bahak.
***
“Hai”
“Hai”, ucap Vanesha kaget karena hari ini Megan ada di kampusnya, “Kok bisa di sini?”“Tadi nganterin Jessie ketemu sama teman-temannya. Terus gak sengaja lihat kamu, jadinya aku samperin deh”
Vanesha mengangguk.“Jadi, kapan mau bikin brownies bareng?”
“Hah?”
“Brownies? Katanya brownies buatan aku enak, dan kamu ngebolehin aku ngajarin kamu buat brownies. Remember? Your birthday?”“Oooh”, Vanesha tertawa begitu mengingat apa yang dimaksud Megan, “Iya. Aku inget sekarang. Kapan ya? Aku lagi sibuk ngerjain beberapa tugas sebelum libur natal nih. Setelah christmas aja gimana?”
“Kamu datang ke christmas party-nya Jessie, kan?”
“Oh, belum tahu sih”
“Kamu harus datang sih, karena aku bakal masak juga buat christmas party nanti”
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST IN TIME
Ficción GeneralKatanya, kebetulan yang terjadi berulang-ulang, adalah takdir. Writer's Note : Hai, first timer here! Semoga cerita ini bisa diterima dan bisa buat bahagia hehe. Jadi, cerita ini benar terinsiprasi banget dari Iqbaal dan Vanesha, tapi pengembangan...