Haaaai, apa kabar? Haaah, akhirnya sampai di chapter ini.
Aku mau kasih intro sedikit untuk membantu teman-teman memahami percakapan Iqbaal dan Vanesha di chapter ini. Mereka membahas salah satu musical judulnya The Last Five Years. Musical ini awalnya dari teater, terus dijadiin film tahun 2015.
Ceritanya sederhana, mengisahkan Jamie & Cathy, sepasang kekasih yang masing-masing punya mimpi. Jamie ingin jadi penulis, banyak tulisannya terinsipirasi dan dipersembahkan untuk Cathy. Cathy ingin jadi aktris. Mereka berjuang menggapai mimpi masing-masing, dan Jamie mendapatkan kesempatan lebih dahulu untuk mewujudkan mimpinya. Sementara Cathy masih berjuang. Setelah cukup mapan dan terkenal, Jamie memutuskan untuk menikah dengan Cathy. Mereka pun menikah. Jamie makin terkenal, sementara Cathy makin jauh dari mimpinya. Sampai di satu titik mereka bertengkar, Jamie selingkuh, dan akhirnya mereka berpisah.
Karena diadaptasi dari teater, film ini tuh benar-benar musical banget. Hampir seluruh dialognya dinyanyikan. Teman-teman boleh cek film ini jika tertarik, tapi ya itu tadi, kalau kalian kurang tertarik dengan film musical atau menganggap cringe film yang nyanyi-nyanyi gitu, semoga intro ini bisa membantu untuk memahami konteks percakapan Iqbaal dan Vanesha.
Selamat membaca!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Iqbaal meletakkan 5 kotak Sushi yang ia beli di atas meja, lalu menuangkan soyu di dalam tatakan cangkir, dan meracik soyu itu dengan sedikit wasabi dan bubuk cabai.
“Banyak banget”, Vanesha duduk di kursi lain yang kosong, seraya menyalakan televisi dan memilih saluran televisi yang sedang menayangkan ajang pencarian bakat.
“Biar kenyang”, ucap Iqbaal lalu memberikan Vanesha sumpit yang sudah dia keluarkan dari plastik.Vanesha mengucapkan terimakasih lalu mencomot sebuah sushi, mencelupkannya sedikit ke soyu lalu memasukkannya ke dalam mulut.
“Enak?”tanya Iqbaal saat melihat Vanesha mengunyah sushi itu dengan bersemangat.Vanesha mengacungkan jempolnya.
Iqbaal mengambil sepotong sushi lalu melahapnya.
“Kata Mas Ignasius, kamu tolak tawaran dia buat main di teater lagi?” tanya Vanesha, berusaha cuek, seraya mengambil sepotong sushi lagi.
Iqbaal mengangguk, “Kamu juga ditawarin?”
“Heeh”, jawab Vanesha diantara kunyahannya, “Kenapa nolak?”
“Alasan yang sama dengan kamu nolak tawaran Mas Ignasius”
Vanesha menelan sushinya, “Aku kangen teater”
“Kalau gitu, coba ikut audisinya dong. Siapa tahu bisa ngobatin kangen kamu”
“Tapi aku takut, udah lama banget nggak pernah tampil di panggung teater. Lagipula, aku juga harus kerja”
“Di Melbourne?”
“Belum tahu”
“Kalau gitu, coba ikut audisi aja. Teater kali ini adaptasinya bagus banget. Kamu udah lihat naskah Mas Ignasius?”
“Udah”
“Gimana menurut kamu?”
“Karakternya menarik, ceritanya menarik, tapi aku yang nggak pede dengan keadaanku sekarang”
“Kamu masih bisa latihan. Aku yakin kamu bisa ngejar ketertinggalan kalau kamu mau”
“Kamu kenapa nggak mau lagi?”
“Aku pikir sekarang aku nggak begitu tertarik tampil di depan umum. Aku mungkin akan ambil bagian untuk produksi di belakang panggung. Mas Ignasius ajakin aku buat audisi juga, tapi aku memilih untuk bantu desain set. Lumayan, ilmu ku terpakai di teater yang aku sukai itu”
Vanesha diam lalu mengunyah sushi kelima nya malam ini.
“Aku yakin kamu masih punya kerinduan buat tampil di depan umum”, ucap Iqbaal.
Vanesha tidak menjawab.
“Udah nonton film nya atau potongan musicalnya?”
Vanesha menggeleng.
“Ayo kita nonton. Biar kamu makin tertarik buat ikut audisi nya”
Iqbaal meminta Vanesha untuk mengambil laptop miliknya lalu mulai mencari film yang dia maksud di layanan streaming.
Vanesha membersihkan meja untuk memberikan ruang pada laptop, mereka sepakat untuk melanjutkan makan sambil nonton.
“Nah ketemu”, Iqbaal meletakkan laptop di atas meja. Vanesha mematikan tayangan televisi.
“The Last Five Years. Kita nonton, habis itu kita diskusiin soal karakternya ya”, ucap Iqbaal lalu menekan tombol enter.
Untuk dua jam berikutnya, Iqbaal dan Vanesha duduk berdampingan menghadap layar laptop, sesekali tangan mereka bergerak untuk menyuap sushi ke dalam mulut.
Film berakhir dan Vanesha menghela nafas.
“Gimana?”tanya Iqbaal.
“Waktu baca naskah Mas Ignasius, aku udah kebawa banget sama ceritanya. Terus ditambah nonton begini, aku makin kebawa. This kind of movie really gives me a big hole of emptiness in my heart”
Iqbaal tertawa, “Tell me about your thought”
“Aku berpihak pada Cathy”, jawab Vanesha, “She did nothing wrong, she support him, but look at that crazy bastard told that she was jealous of his success and cheat with another chick”
“Sabar, Bu, jangan emosi”
Vanesha tertawa pelan, “Padahal Cathy temanin dia dari bukan siapa-siapa, tapi akhirnya dia nganggap bahwa Cathy cemburu atas kesuksesannya. Padahal Cathy hanya ingin dianggap sebagai isteri dan kekasih, bukan hanya sebagai teman pesta”
“But i think, itu adalah kesalahan Cathy”
“Hah? Kamu berpihak sama Jamie si makhluk tidak punya syukur itu?”
“Bu, sabar, Bu, aku jelasin dulu”, Iqbaal tertawa seraya menyodorkan segelas minuman kepada Vanesha, “Kalau menurut aku nih ya, ketika suatu hubungan berakhir, kedua belah pihak pasti salah. Tidak hanya Jamie yang salah. Cathy juga salah. Salahnya Cathy cuma satu”
“Apa?”
“Dia nggak jujur dan nggak bisa komunikasiin perasaannya ke pasangannya”
Vanesha meneguk minuman yang disodorkan Iqbaal.
“Ketika Cathy sadar bahwa dia meragukan keberadaan dirinya di dunia Jamie dan kesuksesannya, alih-alih mengkomunikasikan dengan suaminya, dia memilih untuk diam dan menerima tuduhan Jamie kepadanya. Itu sebabnya, Jamie tidak pernah tahu apa yang Cathy rasakan sesungguhnya, karena itu Jamie memutuskan sendiri bahwa Cathy is the problem”
Ucapan Iqbaal ada benarnya.
“Cathy ini unik banget ya. Dari kota kecil, dia memutuskan untuk ke kota menggapai impiannya jadi aktris. Tapi nggak pernah lolos audisi. Ketemu dengan Jamie, jatuh cinta, mendukung orang yang dia cintai sampai sukses. Sementara dia nggak dapat apa yang dia harapkan. Tapi dia masih dampingi Jamie meskipun akhirnya dia merasa terabaikan. Meskipun begitu, dia punya keinginan untuk berdiri sendiri dan nggak jadi bayang-bayang Jamie. Ketika akhirnya dia merasa di puncak rasa tidak berdaya, dia memutuskan untuk keluar dari rumah. Terlihat kuat, tapi rapuh. Aku yakin kalau kamu mau belajar banyak dan riset, kamu bisa interpretasiin karakter Cathy ini di pentas”
Vanesha mengangkat kedua bahunya, “Karakter rapuh itu yang sulit buat diekspresikan”
“Masih bisa latihan sebelum audisi. Aku yakin sama kemampuan dan kemauan kamu”
Vanesha menatap Iqbaal, yang menatapnya penuh keyakinan.
“Aku pikir-pikir dulu”, ucap Vanesha akhirnya.
“Good”, Iqbaal mengambil sushi lagi lalu mengunyahnya, “Kira-kira mau nonton apa lagi, Sha?”
Tidak ada jawaban dari Vanesha.
“Sha?” Iqbaal menatap Vanesha karena ia tak menjawab.
Vanesha diam seraya menusuk-nusuk sumpitnya ke Sushi.
“Sha?” Iqbaal menyentuh lengan Vanesha, membuat Vanesha seperti tersadar, “Kenapa?”
“Nggak, aku cuma kepikiran aja”
“Mikirin apa?”
Vanesha menghela nafas berat, “Film barusan. Aku rasa cinta aja nggak akan pernah cukup ya”
Iqbaal diam, berusaha mengerti apa maksud ucapan Vanesha.
“Film tadi, lihat bagaimana mereka saling cinta dari awal dan aku yakin mereka masih saling sayang sampai terakhir berpisah. Tapi cinta aja nggak akan pernah cukup kuat untuk mempertahankan hubungan”
“Tentu. Cinta akan memudar seiring berjalannya waktu, akan menguat juga kalau dipelihara dan dijaga baik-baik. But commitment stays. Jamie mematahkan komitmen pernikahan mereka dengan selingkuh”
Vanesha menatap Iqbaal, “Dan kamu memilih untuk berkomitmen”
Iqbaal mengerutkan dahinya, “Aku?”
“Iya. Kamu. Karena rasa sayang dan rasa cinta antara kita aja nggak cukup. Kamu lebih memilih berkomitmen dengan Zidny”
Iqbaal akhirnya tahu apa maksud ucapan Vanesha.
“But Zidny broke that”, jawab Iqbaal, “Dan aku udah putus dengan Zidny, udah setahun yang lalu, waktu dia akhirnya ngaku kalau dia selingkuh”
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST IN TIME
قصص عامةKatanya, kebetulan yang terjadi berulang-ulang, adalah takdir. Writer's Note : Hai, first timer here! Semoga cerita ini bisa diterima dan bisa buat bahagia hehe. Jadi, cerita ini benar terinsiprasi banget dari Iqbaal dan Vanesha, tapi pengembangan...