Subuh itu, Iqbaal menjemput Vanesha dan mengajaknya ke arah Kintamani untuk menikmati pemandangan matahari terbit.
Mereka berdiri bersampingan, Vanesha melingkarkan tangannya di lengan Iqbaal untuk memberikannya sedikit kehangatan karena cuaca subuh hari di Kintamani terasa sangat dingin menusuk tulang, dan angin yang bertiup cukup kencang.
Ketika perlahan matahari mulai menampakkan dirinya, Vanesha mengambil polariod yang dibawanya, membidik foto matahari pagi yang tampak sangat indah tersebut.
Setelah menikmati sunrise, Iqbaal mengajak Vanesha ke private beach tempatnya menginap sekaligus menikmati sarapan pagi di sana.Suasana yang berbeda dengan subuh tadi. Kini di hadapan Vanesha terlihat lautan luas, dengan air berwarna biru hijau berkilau, ombak yang terlihat malu-malu, dan cuaca yang lebih hangat daripada di Kintamani.
“Bagus banget di sini”,Vanesha menikmati sarapan paginya.
“Kamu suka?”
“Banget. Habis makan, main di pantai yuk!”
Vanesha dan Iqbaal menghabiskan waktu mereka di pantai, menikmati sepinya private beach, menikmati matahari yang menembus kulit mereka, menikmati pemandangan tebing-tebing curam, menikmati air dan berbasah-basahan. Menikmati waktu berdua tertawa, berbicara hal-hal yang tidak terlalu penting, saling melemparkan air, lalu tertawa bersama lagi.Sungguh indah.
“Oh, aku udah info Mas Ignasius kalau aku pengen ikut audisi”
“Oh ya? Terus gimana?”
“Dia kasih tanggal minggu depan buat ketemu dia dan ngobrol-ngobrol soal audisi. Wish me luck ya, Baal”
“Pasti”
Dan ketika matahari semakin terik, Iqbaal dan Vanesha memutuskan untuk kembali ke hotel masing-masing, membersihkan diri, lalu bersiap-siap menjemput Gio dan Leah yang akan sampai di Bali hari ini.
“Itu mereka”, tunjuk Iqbaal seraya tersenyum lebar dan melambaikan tangannya saat melihat Leah keluar dari dalam terminal seraya menggendong Olivia.Melihat Iqbaal dan Vanesha, Leah membalas lambaian tangan Iqbaal, lalu menurunkan Olivia karena anak itu mulai rewel minta untuk jalan sendiri. Olivia berlari ke arah Iqbaal, yang sudah merentangkan kedua lengannya, bersiap untuk memeluk Olivia.
Leah datang dengan sepupu perempuan dan suaminya beserta seorang anak perempuan yang terlihat sedikit lebih muda dari Olivia. Sedangkan Gio datang dengan kedua orangtuanya, dan adik laki-lakinya beserta isterinya yang sedang hamil muda.
Setelah menyapa dan berbincang sebentar, Iqbaal dan Vanesha mengantar mereka menuju Villa yang sudah dipesan untuk pernikahan.
***
“Baal? Aku udah liat semua design kamu, dan udah diskusi sama produser dan lain-lain, dan mereka tertarik untuk kerjasama. Kita bahas soal kontrak ya?”
Siang itu, setelah dari lokasi proyek, Iqbaal akhirnya bisa berleha-leha sejenak di hotel sambil berbicara dengan Mas Ignasius. Dia sudah mengirimkan design untuk pentas dan segala propertinya kepada Mas Ignasius sebagai bahan pertimbangan, untuk beberapa babak dalam pertunjukkan.
“Wah, deal nih Mas? Alhamdulillah”
“Iya. Jadi, begini, Baal. Untuk biaya jasa kamu…..”
Iqbaal menghabiskan siang itu dengan berbicara mengenai kerjasama dan kompensasi yang bisa ia dapat untuk bekerjasama dengan tim teater Semesta.
“Kalau gitu, semua yang kita bicarakan akan aku buat dalam surat perjanjian, terus akan aku email, nanti kamu boleh cek lagi kalau misalnya ada yang kurang sesuai. Kalau udah ga ada yang perlu dipertanyakan, kamu sign ya, Baal”
“Oke, Mas, siap”
“Eh ya, satu lagi Baal, Sasha hubungin aku dan mau audisi buat jadi Cathy. Syukurlah dia mau coba untuk audisi. Kamu gimana? Nggak mau nyoba juga?”
“Nggak, Mas, biar Sasha aja. Aku jadi pembantu di balik layar aja”
“Yakin nggak mau? Coba audisi aja, biar nggak penasaran”
“Hehe, nggak Mas, makasih”
“Yah, padahal aku kangen loh, sama kalian berdua. Kangen lihat kalian satu pentas lagi, kerjasama bareng lagi, bisa lihat kalian bareng-bareng lagi”
“Ini juga lagi bareng-bareng, Mas”
“Hah? Serius lo, Baal?” suara Mas Ignasius terdengar sangat terkejut.
“Yah maksudnya sama-sama di Bali, ya gak bareng-bareng saat ini juga”, Iqbaal terkekeh.
“Kok bisa?”
“Takdir, Mas”, ucap Iqbaal, “Titip Sasha buat audisi ya, Mas”
“Wuidihhh lagaknya”, ledek Mas Ignasius, “Sama-sama di Bali, berarti kali ini jadian, dong? Jangan dilepas lagi lah, Baal”
“Hehe belum Mas, doain ya, kali ini semoga berhasil”
“Amiiin, sukses Baal. Sampai ketemu lagi, saat kamu sama Sasha beneran pacaran”
Iqbaal tertawa.
***
Malam ini, ada acara makan malam sebelum hari pernikahan besok. Keluarga Leah dan Gio memasak makanan untuk malam ini, dibantu oleh Austin dan Anna, pasangan suami istri, teman dekat Gio, yang kini menetap di Bali dan membuka restoran vegetarian. Ide untuk menikah di Bali, dan menetap di Bali, adalah dari Austin dan Anna. Mengingat bahwa Leah dan Gio tidak ingin berada di Melbourne, maka mereka menerima usul ini.
“Megan says sorry because he can’t come”, bisik Vanesha saat sedang membantu mempersiapkan beberapa makanan dengan Leah, “He’s been so busy with his restaurant thing”
“It’s okay”, Leah tersenyum, “But, did he know about him?” Leah melirik dengan ujung matanya kepada Iqbaal yang sedang ngobrol dengan Austin dan Anna.
“Yeah, they met some times ago”
“I mean did he know about you and Iqbaal?”
Vanesha menggeleng.
“You know what?” Leah berbisik, “You can’t hide the sparks between you two. Love is in the air”
Vanesha tertawa.
“You should tell Megan about your feeling, Sha. I know he will understand”
Leah membawa makanan yang sedari tadi mereka persiapkan ke arah meja makan, meninggalkan Vanesha yang menjadi terdiam beberapa saat. Leah benar, dia harus memberi tahu Megan, jika dia memang berencana untuk bersama dengan Iqbaal.
Acara diawali dengan speech dari pihak keluarga.
“I love Leah”, ucap Anna saat sedang memberikan speech nya, “I don’t even know her when Gio told me about her, but Gio seems so happy, so care, and so excited everyday since he met Leah. He’s been always been a brave guy since we we’re 7. He told me to hit the bullies and help me to be better in school. Actually, there was time when I told him to give up on Leah, but he’ll never listen. Such a dickhead”, Anna tertawa, “But he proved that he has a really great love to bear anything. So, for my childhood friend and soon to be my new Bali’s friend, congratulations for you marriage. It’s not gonna be an easy way, but I know both of you can conquer it all! Cheers!”
Mereka mengangkat gelas wine seraya tertawa mendengar speech dari Anna.
“For Leah, my daughter”, John, ayah Gio memberikan speech berikutnya, “You are my daughter now, and forever will be my daughter. I can’t promote Gio that much because Anna already did it and I know that you already know how deep is he falling for you. My dear daughter, sometimes, maybe his snore will annoyed you. Sometimes maybe, he will hurt your heart unknowingly and he doesn’t mean it. Sometimes maybe, you will questioned about did he still love you as much as he is right now. Sometimes maybe, you’ll fight. But please make it up. Marriage is not easy, like Anna said, your love can be on off sometimes, but please make a time to always fallin in love. Marriage a lifetime job, a couple work. So, welcome to the war zone”
Semua tamu tertawa, tampak Leah menatap John dengan kekaguman.
“If my son annoyed you, or he doesn’t listen to you, or he does something bad to you, please tell me. I have a right to listen to my daughter and give some lesson to my son”
Gio tertawa.
“Please listen to each other, please talk to each other, please trust to each other, please fallin in love everyday to each other. If you ever forget about how much you love each other, it’s okay to look back to this day, to remind you how much you already fight for today. Congratulation for this marriage, my son, and my daughter. Cheers!”
Gio berdiri dan memeluk John. John membalas pelukan hangat Gio dan kemudian memeluk Leah yang kini tampak menahan air matanya jatuh.
Speech terakhir adalah dari Hannah, sepupunya Leah.
“I already prepare a great words but seeing Leah right now, and listen to John already said, I can’t help but I’m gonna cry like a baby”, air mata Hannah menggenang begitu ia memulai speech nya. Suaminya, Ben, dengan sigap menyodorkan tissue kepada Hannah.
“I’m sorry”, ucap Hannah berusaha tertawa, sambil menghapus air matanya, “I will try to give a proper speech”
“It’s okay”, ucap John, “Take your time, honey”
“Leah is my precious cousin. She is the strongest woman that I ever know. Sometimes she is stupid, yeah, I know it”, ucap Hannah, membuat semua orang tertawa, “But most all of time she is so brave. It’s not easy to be alone since 5, it’s not easy to live with my family for 12 years. I know sometimes she cried on her bed, missing her parents. I know sometimes she cried because my mom didn’t treat her same as me. Sometimes I know that she wanna kill me because of jealousy”
Leah tertawa, tapi air matanya mulai menetes perlahan.
“But as much as she jealous of me, she is the one who help me with my grades so my mom won’t mad, she is the one that always there when i cant sleep because of my parent’s fight, she is the one that always take a pills with me everytime I sick because I wont eat that pills alone. I cant help but really love her. My cousin, Leah, I know it’s hard for you to accept yourself and your conditions but like how I always know you since we’re young, you are brave enough to accept and fight and try a new life with Gio, a man who loves you as much as I cant describe how big it is”
Gio tertawa.
“Gio, I adore you, for everything you did for Leah and Olivia. If you ever break her heart, I will break yours, too. I will fly to Bali to do that”
Semua yang hadir tertawa.
“My marriage is still so young so I think I am not a right person to talk about it. But please take Anna and John’s words seriously because that’s what you need. Once again, congratulations, Leah and Gio!”
Setelah semua pihak keluarga dan teman mengucapkan speech mereka, kali ini Gio yang berdiri.
“I, and Leah, really grateful for all of you”, ucap Gio lalu menatap Leah dengan penuh sayang seraya tersenyum, “I cant thank enough for your support for me and Leah. We are very happy that we can make this wedding here in Bali, with this people we really love. Thank you for all the speech, please pray and wish us a life time happiness. Thank you”
Iqbaal dan Vanesha bertepuk tangan.
Acara dilanjutkan dengan makan malam dan ngobrol-ngobrol hangat dengan keluarga.
“You both such a great couple”, ucap Anna saat melihat Iqbaal dan Vanesha sedang bermain dengan Olivia.
Iqbaal dan Vanesha berpandangan, lalu tersenyum, “Thanks, Anna”
“Dia bilang kita couple”, bisik Iqbaal begitu Anna berlalu.
“Ayu juga bilang kita couple”
“Penjual gulali di Luna Park juga bilang kita couple”
Vanesha tertawa karena dia masih ingat hal itu.
“Sepertinya kita harus jadi couple deh”, ucap Iqbaal.
Vanesha menatap Iqbaal lalu tertawa, tidak berkata-kata apapun lagi dan fokus menemani Olivia bermain.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST IN TIME
Ficção GeralKatanya, kebetulan yang terjadi berulang-ulang, adalah takdir. Writer's Note : Hai, first timer here! Semoga cerita ini bisa diterima dan bisa buat bahagia hehe. Jadi, cerita ini benar terinsiprasi banget dari Iqbaal dan Vanesha, tapi pengembangan...