Iqbaal merasa kepalanya sangat sakit sejak tadi subuh. Beberapa hari ini dia memang hanya dapat tidur dua sampai tiga jam per hari karena beberapa project yang dia kerjakan butuh penyempurnaan dan butuh perubahan disana-sini serta harus dipresentasikan di depan klien hari ini.
Dia mengabaikan rasa sakit di kepalanya seharian ini karena harus tampil baik di hadapan klien. Presentasi yang memakan waktu hampir seharian itu akhirnya selesai tepat di jam 4 sore.
Keuntungan memiliki gelar double sebagai arsitek dan teknik sipil adalah, dia dapat membuat ide bangunan yang tidak terlalu idealis dan dapat menyesuaikan dengan kemampuan tekniknya. Kekurangannya adalah, semua pekerjaan jadi dipegang oleh dirinya dan lama-lama itu terlihat menjadi sangat banyak dan berlebihan.
Sebenarnya , dia ingin sekali segera pulang ke apartemennya karena dia merasa sangat ingin tidur dan beristirahat. Namun dia belum mengunjungi tempat ini sejak sebulan yang lalu karena jadwalnya begitu padat setelah dari Bali dan Jakarta, dia bekerja tanpa henti di Melbourne.
Berusaha untuk tidak fokus dan tidak merasakan sakit pada kepalanya, Iqbaal mengendarai mobilnya menuju area sub-urban Melbourne. Dia kembali ke Melbourne sehari setelah pertunjukkan Vanesha, meninggalkan Vanesha yang masih ada perayaan kesuksesan tur Teater Semesta tersebut.
Iqbaal berhenti di depan sebuah rumah yang masih direnovasi lalu turun dari mobilnya.
Rumah tersebut sudah dikerjakan hampir 6 bulan lamanya, dan progress selesainya sekitar delapan puluh persen. Iqbaal menyapa beberapa pekerja yang dilaluinya. Berjalan dengan perlahan, Iqbaal berkeliling menatap rumah tersebut.
Empat buah kamar, sebuah ruang tamu, sebuah dapur luas dengan ruang makan terlihat sudah tertata rapi seperti permintaan Iqbaal.
Lalu bagian terpenting dari rumah ini, masih dikerjakan.
Iqbaal menatap bagian tersebut seraya tersenyum puas. Dia sudah membayangkan bagaimana nanti bentuk akhirnya rumah ini.Dia merasa kepalanya makin terasa sakit, ia memutuskan untuk berbicara sebentar dengan mandor lalu akan pulang.
Ponselnya berdering, dari Bunda.
“Selamat sore, Bundaku yang cantik”
“Selamat malam, anakku. Disini sudah malam”
Iqbaal tertawa, “Iya, tahu, Bun. Oh ya, maaf ini berisik Iqbaal lagi di rumah yang direnov”
“Oh ya? Gimana sekarang keadaannya? Fotoin ke Bunda dong”
“Nanti aku kirim ya, Bun. Bulan depan kayanya udah selesai sih. Kalau urusan furniture, Iqbaal bingung, nggak bisa pilih sendiri”
“Iya bener, nyonya rumah harusnya yang milih. Jadi, kapan ngasih tahu Sasha soal rumah itu?”
Iqbaal diam sejenak, “Kayanya dia lebih milih buat di Jakarta deh, Bun, daripada ikut ke Melby”
“Loh? Kenapa?”
“Dia ikut audisi buat salah satu film”, ucap Iqbaal pelan, “Enaknya gimana ya, Bun?”
“Kok tanya Bunda? Ya tanya Sasha lah. Kan kamu yang bilang bakal dukung dia apapun keputusannya. Coba kamu komunikasiin dengan Sasha soal niat kamu. Kalau kamu nggak bilang ya Sasha nggak bakal tahu, Dek”
“Iya sih Bun”, Iqbaal nyengir, “Oh ya, nanti Iqbaal transfer uang Bunda yang Iqbaal pinjam bulan lalu ya, Iqbaal ada rejeki buat nutupin biaya renov sampai selesai”
“Apan sih Dek? Terserah kamu deh. Bunda mah nggak minta kamu balikin loh ya”
Iqbaal tersenyum. Begitulah Bunda.
“Bun, maaf banget, udah dulu boleh ya, Bun? Kepala Iqbaal sakit banget, kayanya karena kurang tidur beberapa hari ini. Aku mau pulang dulu”
“Kamu sakit, Dek? Bawa mobil sendiri?”
“Iya Bun”
“Hati-hati, Dek, kalau nggak sanggup, mending pulang naik uber aja, mobilnya tinggalin di sana”
“Iya Bun”
“Oh ya, Bunda kemarin habis ngunjungin calon besan”
“Calon besan?”
“Iya, Mamanya Sasha”
Iqbaal tertawa terbahak, “Bunda yakin banget nih Sasha mau jadi mantunya Bunda”
“Dia masih pasti mau, tergantung kamunya aja kapan ngomong ke dia”
“Hehe doain ya, Bun”
“Pasti, doain yang terbaik buat kamu dan Sasha. Eh malah lanjut ngobrol. Pulang sekarang, Dek, sampai rumah jangan lupa info Bunda ya”
Iqbaal merasakan kepalanya makin terasa seperti ditusuk-tusuk, matanya terasa memanas. Dia berusaha tetap sadar dan menyetir mobilnya kembali ke apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST IN TIME
General FictionKatanya, kebetulan yang terjadi berulang-ulang, adalah takdir. Writer's Note : Hai, first timer here! Semoga cerita ini bisa diterima dan bisa buat bahagia hehe. Jadi, cerita ini benar terinsiprasi banget dari Iqbaal dan Vanesha, tapi pengembangan...