Terimakasih sudah membaca cerita aku 🙏
Selamat membaca ❤❤❤Malam ini entah mengapa Leyra sulit untuk memejamkan mata. Di lantai dua ini hanya ada gudang yang sekarang menjadi kamar tidurnya, tempat mencuci dan tempat menjemur pakaian.
Leyra keluar dari kamarnya sambil membawa selimut kemudian terduduk kursi panjang yang biasanya ia pakai untuk melipat pakaian. Leyra memandang kosong kearah langit yang terbentang luas diatasnya, tanpa sekat atap atau apapun.
Langit malam ini tampak sepi tanpa bintang hanya ada warna hitam kelam tanpa awan yang membuat bulan sabit yang tergantung disana tampak kesepian. Semua ini seperti menggambarkan dirinya yang terduduk kesepian ditengah kesunyian malam.
Leyra merasa ponsel yang ada di saku celananya bergetar, menyadarkan ia dari lamunannya. Perlahan ia melihat notifikasi di ponselnya, terdapat nomor baru yang mengiriminya pesan di whatsapp.
+6289685308xxx : Ini nomor gue, Leon.
Iya LeonLeyra sama sekali tidak menyangka kalau yang mengiriminya pesan. Ia sudah berfikir bahwa menyelipkan nomornya di chasing ponsel Leon tidak akan berguna dan ucapannya akan dianggap angin lalu. Leyra tidak menyangka kalau nomor ponselnya tidak berakhir di tempat sampah.
Leyra menamai kontaknya Leon dengan 'Big Ice'. Sebuah nama yang menurutnya sangat cocok dan lucu jika di kenakan olehnya. Leyra tersenyum sendiri melihatnya.
Bagaimana keadaanmu sekarang?
Big Ice : Baik.
Apa nggak sakit tangan kamu digerakin buat ngetik?
Big Ice : Pake tangan kirilah.
Leyra heran, padahal Leon dulu yang kirim pesan ke dia, kenapa jadi dia yang bingung harus ngomong apa lagi? Balasan dari Leon juga cuek banget, kalau ia diam saja pastinya Leon juga akan diam. Kenapa kesannya jadi dia yang butuh? Huft.. akhirnya Ia memutuskan untuk mengalah.
Ada yang mau kamu omongin? Atau.. kamu perlu sesuatu?
Big Ice : Apa harus?
Hah?Apa maksudmu?
Read
Pesannya hanya di read saja, apa dia salah bertanya? Tetapi salahnya dimana? Akhirnya Leyra mumutuskan bersiap untuk tidur. Pikirnya, mungkin Leon sudah tertidur lagipula sekarang sudah pukul 22.18 . Tadi dia sudah sholat isya' dan juga sudah menyiapkan buku buat besuk jadi Leyra hanya cuci kaki dan tangan lalu segera kekamarnya. Setelah membaca do'a tidak beberapa lama ia sudah jatuh terlelap.
Leonel pov~Leon benar-benar sudah bosan di rumah sakit. Tidak ada pesan dari orang tuanya untuk sekedar mengungkapkan kekhawatirannya ataupun seseorang yang menjenguknya. Di sini juga tidak ada yang bisa ia lakukan.
Sebenarnya Leon sudah merasa tubuhnya tidak apa-apa, lukanya hanya terletak di goresan kecil pada pelipis dan di tangannya yang sekarang di gips. Tadi sewaktu Ia menanyakan kapan ia bisa pulang, katanya seminggu lagi sudah bisa tetapi harus tetap kontrol secara rutin ke rumah sakit.
Leon berfikir kalau apa yang di katakan Leyra benar bahwa orang tuanya masih memiliki sedikit kepedulian terhadapnya, tetapi kenapa sampai sekarang tidak ada satupun yang menghubunginya. Leon tidak bisa menampik setelah apa yang di ucapkan Leyra, ia jadi menunggu-nunggu telepon atau sekedar pesan dari orang tuanya untuk menyatakan kecemasannya. Tetapi sampai sekarang kenapa tidak ada satupun telepon atau pesan yang masuk?
Rasanya ia ingin sekali memaki Leyra. Kata-kata yang di ucapkan oleh Leyra benar-benar membuatnya berharap lebih dan sekarang dia merasa harapannya langsung kandas.
Perlahan Leon mengambil kertas di balik chasing ponselnya. Tetapi entah perasaan dari mana ia merasa tidak tega untuk memaki-maki Leyra. Sebelumnya Leon tidak pernah merasa tidak tega seperti ini kepada seorangpun toh orang tuanya juga setega ini padanya, kenapa ia tidak melakukan hal yang sama pada semua orang supaya mereka juga merasakan apa yang dia rasakan? Apa mungkin perasaan tidak teganya karena ia merasa Leyra juga sama sepertinya? Tetapi Leon hanya pernah bertemu dengannya sekali, entah mengapa ia sudah merasa dekat dengan Leyra.
Tanpa Leon sadari, ia sudah memasukkan nomor ponsel Leyra kedalam kontaknya. Karena merasa sudah tanggung akhirnya dia mengirimkan pesan.
Ini nomor gue, Leon.
Gadis Aneh : Iya Leon
Gila, singkat banget balesannya? Apa gue terlalu ngarepin ya? Lalu gue harus balas gimana dong? Rasanya beda banget tukar pesan sama ini anak sama cewek-cewek mantan gue. Setiap ada kata yang mau gue tulis ujung-ujungnya gak jadi. Si Leyra juga sih gak ada inisiatif apa, tanya apa kek gitu. Nahh.. akhirnya ada pesan masuk, langsung aja gue buka ternyata bener dari Leyra. Kok kesannya kayak gue nunggu banget ya?
Gadis Aneh : Bagaimana keadaanmu sekarang?
Baik.
"Pertanyaan pasaran banget sih. Apa ga ada pertanyaan yang lebih kreatif gitu?" monolog Leon
Gadis Aneh : Apa nggak sakit tangan kananmu digerakin buat ngetik?
Pake tangan kirilah.
Gadis Aneh : Ada yang mau kamu omongin? Atau.. kamu perlu sesuatu?
Apa nggak boleh kalau gue kirim pesan ke dia tanpa ada butuh? Lagian gue kok ngrasa canggung banget sama cewek ini ya?
Apa harus?
Gadis Aneh : Hah?Apa maksudmu?
"Telmi banget sih ni cupu. Masak harus gue jelasin sih? Gimana coba gue nyusun katanya?" decaknya kesal
Terakhir dilihat hari ini pukul 22.18
"Huft.. offline lagi si cupu. Gue kan belum ngantuk." gerutunya sambil mengacak selimutnya.
Beberapa saat kemudian, Leon tertidur pulas setelah menghitung domba yang ke 87 dalam imajinasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen Fictiontentang perasaan yang selalu tersakiti tentang cinta yang sulit untuk tak saling melukai dan tentang kepedulian yang membuatku selalu menjadi bayangan