Part 18

521 45 2
                                    

Terimakasih sudah membaca ceritaku😊
Selamat membaca ❤❤❤

Hari ini Leyra berangkat agak kesiangan. Yup, 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Leyra mengayuh sepedanya dengan kuat karena selain takut terlambat, ia juga sudah janjian sebelum bel masuk Leyra harus sudah menyerahkan dagangannya di ruang OSIS. Padahal baru pertama titip, masak harus menunggu lama hanya karena dirinya. Ia sangat tidak enak dengan mereka terlebih Bara yang mengusulkan dengan niat membantunya. Leyra takut kalau mengecewakan.

Sebenarnya pagi ini, ia bangun seperti biasanya bahkan lebih pagi. Tetapi neneknya tidak cocok dengan masakan yang Leyra buat. Yang katanya nasi gorengnya terlalu keras lah, telurnya terlalu berminyak lah atau kopi buatannya yang terlalu manis lah. Semuanya harus diganti lagi sesuai seleranya. Jadi Leyra harus kerja dua kali untuk membuat masakan baru khusus untuk neneknya.

Tak terasa ia sudah sampai didepan gerbang sekolah. Leyra segera memarkirkan sepedanya dan bergegas keruang OSIS untuk menitipkan dua loyang kue yang ia buat. Untung saja masih ada siswa di sana yang akan mengunci pintu ruang OSIS.

"Maaf.. baru aku anter sekarang." ucap Leyra sambil menyerahkan kuenya ke Susri, teman sekelasnya yang kebetulan anggota OSIS yang piket hari ini.

Susri langsung mengantongi kuncinya dan menatap tajam Leyra, "Niat dagang nggak sih, udah dibantuin jual juga malah telat. Lo kira gue sama temen-temen gue disini cuma buat nunggu lo doang? Kalau bukan Bara yang ngusulin dan langsung disetujuin sama Geo mah.. semua anak OSIS ogah nerima jualan lo."

"Iya, maaf udah nunggu lama." Jawab Leyra sambil nunduk persis seperti anak nakal yang sedang dimarahin guru. Hal ini memang kebiasaan Leyra, ia selalu merasa insecure dengan teman-temannya. Jadi setiap ada yang mengajaknya ngomong selalu nunduk. Pengecut memang, tapi apa boleh buat kebanyakan dari mereka tidak pernah mengajaknya ngobrol secara baik-baik cenderung selalu memojokkannya.

"Maaf.. maaf enak banget. Untung gue OSIS jadi banyak alasannya kalau telat masuk kelas kayak gini. Kalau lo ulangin.. jangan harap lo bisa jualan di sekolah lagi. Baik di kantin ataupun dimanapun lo mau jual di sekolah ini lagi. Inget itu!" Ancamnya sebelum mengambil loyang kue dari Leyra kemudian berlalu pergi.

Leyra hanya bisa terdiam lalu  berbalik menuju kelasnya yang ia yakini sudah telat lama. Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul 07.09. Masih untung tadi ia belum terlambat masuk gerbang.

Huft... syukurlah kelas masih terdengar ramai dari pintu kelas tertutup yang akan ia ketuk. Sepertinya guru mata pelajaran kali ini telat hadir atau tidak mengajar sehingga anak-anak kelas pada ramai.

Benar saja dugaannya, dari arah berlawanan terlihat guru piket akan datang menuju kekelasnya. Leyra segera mengetuk pintu kelasnya lalu masuk. Ia takut dikira keluyuran waktu tidak ada guru yang mengajar atau lebih buruknya lagi dikira lompat pagar karena terlambat terlebih tas ranselnya masih bertengger manis di punggungnya. Segera saja kelasnya langsung hening, dikira ia guru yang terlambat hadir.

"Gue kira guru. Sialan lo, lagi asik-asiknya tidur juga." ucap siswa laki-laki yang dengan pakaian acak-acakan dari belakang kelas.

"Tuh kan liptint gue kena pipi. Gak usah belagak ketuk pintu napa." ujar seorang siswi yang berkerumun dengan tiga temannya, mejanya penuh dengan alat rias.

"Iya nih belagu banget pakek ketuk pintu segala."gerutu salah satu temannya sambil mengambil lagi ponselnya yang tadi karena buru-buru ia umpetin di bawah buku paketnya.

" Maaf, tadi-" balasan Leyra terpotong dengan seruan panik dari Rindi, teman satu kelasnya yang duduk di pojok dekat jendela, " Anjir, Pak Handono mau masuk kelas! Cepetan rapiin tempat duduknya."

Leyra bergegas ke tempat duduknya dan merapikan mejanya yang entah tadi dipakai apa oleh teman semejanya sehingga penuh dengan coretan kapur berbentuk kotak-kotak dengan huruf S O S yang di coret malang melintang. Ia heran dengan Nila, teman sebangkunya yang tingkahnya seperti anak kecil. Nila tergolong anak pendiam, ia hanya akrab dengan Muklisah dan Fani teman sejak SMP-nya daripada Leyra yang merupakan teman sebangkunya. Bahkan sehari obrolan teman satu bangku ini hanya hitungan jari.

Pak Handono sudah memasuki kelas, sebenarnya anak-anak sering nahan ketawa karena ucapan yang beredar 'Kalau ketemu Pak Handono itu harus siap payung dan kacamata'. Kenapa seperti itu? Hal ini karena kepalanya yang botak sangat mengkilap apalagi pas terkena panas jadi harus sedia kacamata. Sedangkan payung untuk menadahi, orang yang duduk didepannya pasti basah kuyup karena kalau ngomong pakai kuah. Tetapi siapa yang berani berkata demikian didepan orangnya? Guru ini termasuk guru BK terkiller, siapa saja yang ketahuan telat atau merokok di belakang sekolah pasti dihukumnya dengan kejam. Kapan hari pernah ada orang tua yang lapor, tidak terima anaknya ditampar oleh beliau  karena datang ke sekolah terlambat dengan baju beserta atributnya yang berantakan dengan rokok yang masih terselip dibibirnya.

Sesuai dugaan kalau Pak Handono menyampaikan beberapa tugas yang nanti harus dikumpulkan karena guru yang seharusnya mengajar tidak bisa hadir. Segera saja anak-anak membuka bukunya, entah itu mengerjakan atau tidak yang penting berpose menulis atau sekedar membaca. Beberapa saat kemudian, ketika Pak Handono keluar kelas, mereka segera menyerahkan tugas tersebut kepada beberapa anak yang menurut mereka rajin mengerjakan termasuk Leyra supaya nanti tinggal mencontohnya saja.

"Hoam.. ngantuk nih."

"Cepetan kerjain yang bener."

"Yuk, kekantin guys. Gue gak mau tau pokoknya nanti pas gue kembali, ini semua harus udah selesai."

"Kalau enggak? Ya.. ga ada yang bakalan beli dagangan lo."

Ucapan teman-temannya yang berseliweran keluar kelas atau yang melanjutkan tidurnya dikelas bersahutan. Leyra hanya bisa menerimanya dan mengerjakan tugas yang telah diberikan. Bacaannya sungguh panjang, memang mata pelajaran sejarah sungguh melelahkan otak.

______________________

" Woy.. Yon, lo suka banget ya sama donat?" tanya Reno

"Iya nih kayaknya nih anak mau mabuk donat." sahut Bara menanggapi pertanyaan dari Reno karena melihat temannya yang memborong donat yang dijual keliling oleh Sada dan Susri, sie kewirausahaan OSIS, padahal donat yang mereka jual masih tidak kurang dari 20 biji.

"Lo makan sendiri?" tanya Reno yang masih terheran-heran dengan kelakuan temannya.

"Mana muat perutnya si Leon, dasar kadal eropa!" ucap Bara yang diakhiri dengan geplakan keras di punggung Reno.

"Sakit Njing! Ya kali masak kita-kita yang suruh habisin?" sewot Reno sambil mengusap-usap punggungnya.

"Kue jualannya si Leyra." celetuk Geo yang sedari tadi terdiam memandangi kantung plastik ditangan Leon. Sontak saja semua perhatian teman-temannya tertuju padanya dengan mata membulat.

"Jadi lo beneran suka sama si Leyra. Gih.. ucapin keburu diambil orang. Jangan gedein gengsi." ucap jail dari Reno sambil menaik turunkan alisnya dan merepet ke tempat duduknya si Leon.

"Wihh temen gue jatuh cintrong." ujar Bara ikut menggoda temannya yang hanya dibalas dengan dengusan kesal.

Mata tajam Leon menatap temannya yang sekarang duduk merepet di kiri kanannya, "Gue cuma kasihan."

"Kenali perasaan lo jauh-jauh hari yon, karena kasihan dan peduli itu beda tipis. Jangan sampai lo nyesel." pesan Geo yang langsung mendapatkan tatapan kagum dari Reno dan Bara, karena selama hampir 2 tahun berteman dengannya, ini termasuk kalimat terpanjang yang mereka dengar.

"Lo panas Yo? Sakit? Kesurupan?" heboh si Reno memegang kening Geo yang langsung ditepis oleh temannya.

"Gue takjub njir! Demi apa akhirnya temen gue bisa bicara banyak. Rasanya gue mau sujud syukur." balas Bara yang tidak kalah hebohnya. Langsung saja mendapatkan tendangan manis dari Reno sehingga hampir saja ia nyungsep.

"Kenapa nggak realisasikan aja sih." ledek Reno sambil terus mendorong temannya yang belum sempat bangun dari tendangannya tadi sambil ketawa. Tentu saja Bara tidak tinggal diam, kaki dan tangan dari Reno ia tarik sehingga ikut terjatuh dari tempat duduknya. Mereka asik ribut di lantai kantin pojok tanpa memperdulikan siswa-siswi yang berlalu lalang memperhatikan mereka. Sedangkan Leon masih asik dengan pikirannya sendiri dengan Geo yang hanya diam menyeruput es tebunya yang tinggal separuh.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang