Terima kasih sudah setia membaca ceritaku🙏😊
Selamat membaca ❤❤❤Upacara hari Senin ini terasa begitu lama bagi Leyra. Sinar matahari hari ini yang begitu terik membuat kepalanya semakin pening, posisi tangannya untuk hormat bendera mulai tidak sesuai seperti awal tadi. Keringat dingin sudah mulai mengucur deras dari pelipisnya.
Leyra sangat mengerti batas kemampuan tubuhnya, dibanding menyusahkan teman-temannya mengangkat ia yang pingsan lebih baik langsung sadar diri kebelakang barisan.
Leyra sedikit akrab dengan petugas PMR yang selalu berjaga dibelakang barisan, mereka sangat ramah kepada siswa-siswi yang mereka rawat meskipun tidak mengenal sekalipun. Yahh.. mungkin sudah tugasnya, pikirnya. Tetapi Leyra tetap suka memperhatikan kerjasamanya antar tim, entah itu mengangkat tandu, menyiapkan teh, maupun memberikan obat. Sejauh ini mereka tampak kompak.
Leyra kurang mengerti seluk beluk organisasi ini, tetapi melihat dipermukaan saja ia merasa cukup baik meskipun anggota organisasi mereka cukup sedikit.
"Maaf kak, apa kak Leyra membutuhkan sesuatu?" ucap seorang cewek yang memberikan teh hangat kepada Leyra sambil melihat bed nama di seragam yang Leyra pakai.
Sepertinya cewek ini merupakan anggota junior karena tidak jarang anggota PMR kelas XI yang mengenalnya.
"Bisa minta tolong ambilkan pr**ag dek?" tanya Leyra sambil tersenyum meskipun kepalanya masih sedikit pening tetapi ia pikir kalau di buat istirahat sebentar pasti akan mereda. Yang Leyra pikirkan sekarang justru perutnya yang semakin terasa sakit melilit.
"Sebentar ya kak, aku carikan dulu." ucapnya lalu bergegas membolak-balikan isi tas obat yang biasanya dibawa oleh beberapa petugas PMR.
"Apa ada yang lain? Kak Leyra sudah makan? Kalau belum ini ada beberapa roti tawar yang disediakan untuk meminum obat." katanya dengan memberikan obat kepada Leyra dan mengambilkan satu bungkus roti tawar.
"Iya, terimakasih." jawab Leyra sambil mengambil obat dan satu lembar roti tawar."Sudah tidak ada lagi kok." Lanjutnya sambil tersenyum.
"Ya sudah. Saya tinggal dulu ya kak."
"Iya.."
25 menit kemudian
Leyra sudah merasa baikan lagipula upacara sudah waktunya do'a, sebentar lagi pasti sudah selesai. Leyra rasa sebaiknya ia ikut bergabung lagi di barisan.
Tak lama kemudian upacara telah usai. Leyra langsung menuju ke kelasnya. Kelas Leyra berada di kelas yang paling ujung lantai 2. Untuk kekelasnya ia harus melewati kelas-kelas di lantai 1 yang kebanyakan diisi oleh kelas X dan juga beberapa kelas XI sedangkan untuk kelas XII berada di gedung terpisah yang sengaja didekatkan dengan ruang guru tujuannya mungkin supaya mudah untuk menghandlenya.
Di perjalanan menuju ke kelasnya Leyra sedikit memikirkan kalau besuk sore Leona mengadakan pesta ulang tahun dirumah pamannya. Karena sebagian uangnya sudah dipakai berobat minggu lalu, Leyra bingung harus memberikan kado apa untuk Leona. Sebenarnya Leyra sudah mempunyai rencana untuk membuat lukisan wajah saja, sedangkan bingkainya ia sudah punya bekas pameran akhir semester lalu yang Leyra simpan di galeri lukis sekolahnya. Tetapi.. apa Leona mau menerimanya? Sebaiknya ia memberikannya ketika hanya ada Leona dan dia saja.
"Ngapain lo di depan kelas gue?"
Mungkin karena tidak fokus ke jalannya, secara tidak sengaja Leyra berhenti cukup lama didepan kelasnya Resti dan gengnya yang kebetulan pintu kelasnya terbuka. Leyra bingung harus bagaimana. Meskipun ia tidak pernah membuat masalah dengan mereka, tetapi kerap kali Resti dan gengnya membully Leyra. Geng-gengnya Resti itu anggotanya ada Meylani, Vita dan juga Anggun.
"Nyari cogan kali Res." ucap Vita memprovokasi Resti
"Iya tuh Res, kelas kita kan cogannya ganteng-ganteng. Apalagi sekarang tambah ada Leon." tambah Meylani memanas-manasi suasana.
"Eng..Enggak kok. Aku cuma lewat aja."
"Ketahuan bohongnya!! Udah jawabnya lama, gagu lagi!!"Ucap Anggun dengan pandangan mengejek.
Dari semua gengnya Resti, entah mengapa Leyra sedikit lebih kikuk ketika berhadapan dengan Anggun. Anggun memang lebih acuh saat teman-temannya membully tetapi tatapannya sangat dingin dan tajam seakan menyimpan banyak sekali kebencian kepadanya.
" Owh.. si cupu pengen tebar pesona ya? Sini gue bantu." ucap Resti sambil menarik dagu Leyra dan menyeretnya kearah kantin yang tak seberapa jauhnya dari kelas Resti."Mau yang lebih rame kan?""Baik banget sih lo Res bantuin si cupu." ucap Vita yang di balas tertawaan dari teman-temannya.
Kalau kalian tanya kenapa Leyra tidak melawan saja? Jawabannya adalah Ia sudah terlalu lelah untuk melawan. Dia hanya sendiri, tidak pernah ada yang membelanya ketika ia dibully oleh Resti dan gengnya. Jadi percuma saja kalau melawan, yang ada akan lebih sakit.
Sehabis Upacara memang ada istirahat 15 menit untuk membeli minum dan makan pengganjal perut dikantin ataupun sekedar duduk-duduk dikelas. Vita bertepuk tangan dua kali sehingga semua perhatian dikantin yang sedang ramai langsung tertuju kepadanya.
"Hy guys!! Temen gue ada yang mau cari cogan nih. Ada yang mau nggak?" kata Resti sambil merangkul dan menepuk-nepuk pipi Leyra. Tetapi perhatian semua anak-anak dikantin langsung teralihkan ke kegiatan sebelumnya. Tidak ada yang menghiraukannya karena pikir mereka Resti memang sudah terlalu sering membully siswa yang kelihatan lemah. Kalau tidak menarik ya, mereka tidak usah repot-repot ikut campur ataupun menonton.
"Tuh kan Res gak ada ada yang mau, muka kek gini kok laku." sahut Meylani sambil cekikikan.
" Ya udah deh sana, gak laku kan. Gara-gara lo kita repot-repot kekantin, sekarang beliin gue sama temen-temen gue minum. Nih uangnya, tau kok kalau lo miskin gak bisa beliin pakek uang lo." ucap Resti melemparkan uang pada Leyra sambil mendorongnya menjauh.
"Ya ampun.. baik banget lo Res, ngasih tu cupu uang."
"Ya udah yuk guys biarin aja mendingan kita cari tempat duduk dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen Fictiontentang perasaan yang selalu tersakiti tentang cinta yang sulit untuk tak saling melukai dan tentang kepedulian yang membuatku selalu menjadi bayangan