Adakah yang kangen dan penasaran dengan kekanjutannya?
Selamat membaca ya ❤❤❤
Pagi belum benar-benar matang, sinarnya masih terhalang rimbun dedaunan yang pohonnya mengakar kuat dibalik tanggul sungai. Leon terduduk tepat di undakan teratas dari tanggul, menghadap ke sekolah yang nyatanya masih belum ada satupun penghuninya. Sejenak ia memandangi tali sepatu yang kini basah oleh embun pagi yang menetes di sela-sela rerumputan hijau. Pikirannya begitu kacau. Kata-kata adiknya yang membujuk untuk segera pulang masih terngiang-ngiang ditelinganya, seakan kaset rusak yang sengaja terus diulang pada kalimat yang sama.
" .. Kak .. cepatlah pulang hiks, ja-jaga mereka ketika Risa pergi. Mu-mungkin .. hiks sudah tak lama lagi. Ri-risa minta ma-af kalau selama i-ni u-udah bikin kakak sedih .. hiks Risa tau ka-kalau se-mua yang telah hiks Risa rebut tidak ba-bakal bi-sa dikembalikan la-lagi da-n semua waktu tidak da-pat terulang. Tapi .. hiks"
Leon tidak sanggup mengingatnya lagi, ucapan tersendat di sela-sela isakan tertahan itu sangat menyayat hatinya. Percayalah Leon sebenarnya sangat menyayangi adiknya. Waktu yang ia berikan sekarang adalah keleluasaannya untuk menikmati kasih sayang dari kedua orang tuanya tanpa ada dirinya untuk menghalangi kesenangannya. Ia ingat sedari kecil dia sangat membencinya ketika sedikit perhatian orang tuanya teralihkan padanya.
Sinar matahari berpendar kemerahan yang perlahan mulai menaiki tahtanya mengalihkan atensi Leon dari segala carut marut dipikirannya. Sinar itu mendominasi bumi seakan sisi terang mampu menjangkau seluruh tempat tanpa meninggalkan kegelapan sedikitpun. Leon tersenyum masam saat pikiran itu terlintas, bukankah gelap dan terang adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan? Mereka akan selalu berdampingan, karena jika bukan demikian, bayangan tidak akan terbentuk.
Lamunannya terpecah saat mendengar deru kendaraan yang mulai bising diatas jembatan juga di bawah tanggul. Ternyata sudah pukul 06.25 , masih terlalu dini untuk masuk ke sekolah.
Leon menghembuskan nafasnya dengan keras, ada sedikit kilatan geli dimatanya saat melihat mobil hitam yang masuk berdampingan dengan motor ninja merah di gerbang sekolahnya. Bukankah sangat jarang bagi teman-temannya untuk berangkat sepagi ini?
Jika dipikir- pikir, Leon memang tidak mengabari mereka jika berangkat sendiri, sejak ia kecelakaan pasti berangkat sekolah dijemput oleh teman-temannya. Jadi sudah sewajarnya kalau mereka kebingungan ketika mendapati apartemennya kosong sepagi ini.
Leon segera berdiri dengan sedikit menepuk dan mengibas rumput yang tersangkut di celana dan sepatunya. Terhitung sudah dua jam ia duduk sendirian disini jadi tidak heran dengan banyaknya tanah dan rumput yang tersangkut.
Langkah Leon sempat terhenti di undakan ke dua dari tanggul, di bawah sana terlihat seorang gadis menuntun sepeda ungunya yang dipenuhi loyang-loyang kue sehingga tidak nyaman jika duduk di sadel depannya. Meskipun udara pagi masih dingin seperti ini, tidak membuatnya lepas dari keringat yang mengucur deras dari pelipisnya. Dengan keadaan kepayahan seperti itupun tidak melunturkan senyum yang terus merekah dan sapaan ceria pada orang yang dijumpainya, bahkan Pak Broery yang selalu stanby di gerbang dengan memasang muka galak kalau saja ada siswa yang pakaiannya tidak sesuai aturan atau ketahuan melakukan pelanggaran, saat ini tersenyum ramah dengan sapaan gadis bermata sipit itu. Secara tidak sadar Leon ikut menarik sudut bibirnya membentuk lengkungan sabit yang jarang atau bahkan langka ia tunjukkan kepada orang lain.
Terimakasih sudah setia menanti kelanjutan ceritaku. Maaf banget kalau lama. Sedikit curhat dari author, belakangan ini sibuk banget dengan tugas metodologi penelitian, apalagi sempat ada sedikit kecelakaan ..🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Teen Fictiontentang perasaan yang selalu tersakiti tentang cinta yang sulit untuk tak saling melukai dan tentang kepedulian yang membuatku selalu menjadi bayangan