Part 17

542 44 0
                                    

Terimakasih sudah membaca ceritaku ☺
Selamat membaca ya ❤❤❤

Malam ini langit sangat indah. Meskipun tadi sore hujan cukup lebat tetapi langit malam ini masih diterangi beberapa bintang yang seakan-akan seperti lampu yang tergantung di tengah gelapnya malam. Bulan juga tampak mengintip disela-sela awan yang berwarna putih keemasan karena sinarnya. Udara dingin yang berhembus malam ini tidak membuat Leyra membatalkan niatnya untuk membuat lukisan wajah yang akan ia berikan sebagai kado kakaknya.

Leyra sudah menata beberapa kuas, cat dan kain kanvas yang sudah ia rekatkan ke rangka kayu sebelumnya. Peralatan ini sebagian ia dapat dari fasilitas ekstrakurikuler yang ia ikuti di sekolah. Memang seharusnya tidak diperbolehkan membawa pulang peralatan tersebut dan hanya dapat digunakan sewaktu disekolah Akan tetapi karena Leyra sering membantu guru ekstrakurikulernya untuk membereskan beberapa cat yang tidak sengaja tumpah, mengumpulkan karya teman-temannya ataupun mencuci kuas kotor yang ditinggalkan anak ekstra setelah kegiatan berlangsung, menjadikan guru ekstrakurikulernya berbaik hati memberikan beberapa cat sisa yang masih layak pakai untuk ia pergunakan saat latihan dirumah.

Leyra memilih duduk di kursi yang biasanya ia buat melipat baju selesai dijemur persis didepan kamarnya yang tanpa atap sehingga bisa sambil menatap lepas langit. Sebenarnya sepulang sekolah tadi ia ingin langsung cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan rumahnya kemudian memulai menggambar. Tetapi karena nenek dari pihak ayahnya datang jauh-jauh dari Kediri hanya untuk ikut merayakan ulang tahun kakaknya, Leyra harus melakukan pekerjaan rumah ekstra untuk membereskan kamar yang nanti akan ditempati neneknya dan juga memasak lebih untuk makan malam. Meskipun nenek kurang menyukainya semenjak ayah Leyra meninggal tetapi ia masih memiliki kewajiban untuk berbakti kepadanya.

Tepat pukul 22.30, sapuan kuas terakhirnya telah menyelesaikan gambaran yang ia buat. Tinggal menunggu cat lebih mengering kemudian dipasang ke bingkai yang telah ia bongkar. Leyra cukup puas dengan hasilnya, meskipun jauh dari kata sempurna tetapi mata berbinar digambar tersebut tampak hidup. Ia sangat berharap Leona dapat menerima kado darinya karena selama ini dia selalu menolaknya.

Leyra bergegas mencuci dan menata kembali alat lukisnya supaya segera dapat merebahkan diri di kamarnya. Sebenarnya ditengah hawa dingin saat ini, suhu tubuhnya benar-benar hangat. Leyra memang sering demam karena daya tahan tubuhnya yang lemah sehingga menjadikannya rentan sakit. Selain itu tadi sore ia terkena hujan sampai sebagian besar bajunya basah, ia hanya meneduh sebentar untuk memompakan ban sepedanya yang kempes lalu langsung lanjut pulang karena takut kesorean.

Setelah mematikan lampu kamar, Leyra hendak merebahkan dirinya tiba-tiba layar ponselnya menyala. Leyra sedikit terkejut karena pesan tersebut dari Leon. Ia sama sekali tidak menyangka karena sikap Leon cenderung kaku dan dingin disekolah, seolah mereka sama sekali belum pernah berkenalan sebelumnya. Mungkin hanya ke dua temannya yang lebih sering berbicara kepadanya karena ia tak sengaja menolong Leon. Jika tidak mereka pastinya akan acuh kepadanya.

Mata Leyra yang tadinya lumayan mengantuk langsung melebar lagi tertuju pada ponselnya yang menunjukkan tidak lebih dari empat kata.

Big Ice : Apa lo baik-baik aja?

Kenapa tiba-tiba Leon bertanya seperti ini? Apa dia mengkhawatirkannya? Lalu apa yang membuatnya bertanya? Apa dia tahu sesuatu? Leyra sedikit mengernyitkan alisnya, heran dengan sikap Leon yang tiba-tiba seperti ini. Tanpa ia sadari sebagian hatinya terasa menghangat karena kepeduliannya.

____________________________

Di tempat lain,
Leon sedang menatap ponselnya dengan kesal. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa juga ia tidak bisa cuek saja dengan gadis itu? Dipikir-pikir lagi tadi sepulang sekolah sebenarnya ia yang berada di mobilnya Bara juga ngotot menyuruh temannya untuk mengikuti gadis itu pulang sampai selamat. Teman-temannya sudah menawarkan tidak apa jika Leyra ikut semobil, tetapi ia menolaknya dengan alasan konyol 'Gak usah. Nanti kursi mobil lo basah.' Sungguh alasan paling konyol menurutnya. Tetapi matanya seakan tidak lepas dari kulit wajahnya yang memucat. Ia tahu kalau keadaannya jauh dari kata baik.

Sebenarnya Ia selalu memperhatikannya dalam diam meskipun sikapnya selalu tampak cuek dan dingin. Entah mengapa ia semakin memperhatikan gadis itu setelah membaca buku diary yang tidak sengaja tertinggal saat dirumah sakit. Memang tidak sopan membacanya langsung tanpa ijin dari orangnya terlebih setiap kata yang tertulis disana pasti adalah hal pribadi yang dia coba sembunyikan dari orang lain. Tetapi ia terlalu penasaran untuk membacanya sehingga melunturkan rasa ragu-ragu yang awalnya ingin mengembalikan buku itu.

Perhatian Leon tertuju lagi ke ponselnya yang bergetar pertanda ada pesan masuk. Ada pesan masuk dari Leyra. Ia bingung harus menjawab seperti apa. Sekali lagi ia merutuki kebodohannya sendiri. Tidak mungkinkan kalau ia harus berterus terang kalau sepulang sekolah ia membututinya lalu melihatnya tampak pucat sebab kehujanan makanya ia bertanya karena mengkhawatirkannya. Egonya juga terlalu besar untuk sekedar memberikan kata-kata peduli.

"Shit !!!! Bodoh banget lo Yon..! Oon banget sih." gerutunya geram sambil mengacak selimutnya kesal

Sekali lagi ia melihat layar ponselnya lalu menulis balasan sekali sebelum mematikan ponselnya takutnya ia lebih salah kata lagi kalau meneruskannya.

Gadis Aneh : Aku baik-baik saja. Ada apa?

Gak ada apa-apa.

Setidaknya ia sedikit tenang karena tidak terlalu memikirkannya. Tetapi pandangannya masih tertuju pada buku usang bersampul kulit imitasi warna coklat gelap berhias manik- manik hitam yang tergeletak disamping meja tempat tidurnya. Meskipun banyak gambar-gambar juga yang menghiasi tulisan di buku itu tetapi pemiliknya seolah menyukai kegelapan karena tidak ada satupun warna yang menghiasi buku itu kecuali warna coklat gelap pada bagian sampulnya. Gambar-gambar itu pun hanya berupa arsiran selain itu tinta hitam sebagai tulisan dan warna buku yang sedikit menguning atau memang warna aslinyalah yang mendominasi.

Perlahan ia meraihnya namun tidak berniat untuk membukanya dan hanya menatapi bagian luarnya saja. Manik-manik hitam itu membentuk huruf bagian depan namanya. Ia tertawa karena baru menyadari bahwa huruf inisial mereka sama 'L'.
Tak lama kemudian Leon tertidur dengan tangan jatuh kesamping badannya yang tak sengaja membuka buku diary itu secara acak.

11 Juli 2016

Aku terkurung disini,
di ruang kosong yang gelap nan pengap.
Tak ada satupun pelita yang terlihat,
yang menjadikan ruangan ini dipenuhi udara yang membekukan
Gelap..
Dingin..
Aku tlah lama menunggumu di sini,
Tetap memupuk harapan untuk kau datang
Meski hanya sekedar memberikan seulas senyuman,
ataupun sekedar tutur kata yang menenangkan
Aku ingin kau menatapku
Aku tetap sabar menantimu
meski ku tahu jika semua harapanku semu
Kau tak akan datang sampai kapanpun aku menunggu
Kau tak akan pernah datang meskipun aku berteriak melolong memanggil namamu
Perlahan tubuhku semakin menggigil
Dingin, kaku dan beku..
Ditemani kesunyian dan kegelapan yang perlahan menelanku

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang