Part 24

434 39 5
                                    

Terimakasih sudah setia menunggu ceritaku🙏☺
Selamat membaca ya❤❤❤

1 jam yang lalu ...

"Si Geo ini kesasar atau gimana sih." Gerutu Reno sambil berdecak sebal.

Pasalnya teman-temannya sepakat untuk langsung berkumpul di apartemen Leon sepulang sekolah. Tetapi sampai sampai hampir jam 7 malam orang yang di tunggu belum juga kelihatan batang hidungnya.

"Yang ngajak kumpul siapa yang telat juga siapa. Tau gini mending tadi gue paksa tuh si Geo semobil sama kita bertiga." Bara ikut-ikutan sebal sambil membantingkan tubuhnya di sofa yang sedang diduduki Reno, "Berlagak bawa motor gara-gara gak mau dempet-dempetan di mobil sama kita-kita. Nohh .. ujung-ujungnya telat 2 jam lebih."

"Resek banget sih!" Reno gusar mendorong tubuh Bara yang dengan seenak jidatnya menjadikan pahanya sebagai sandaran kepala. "Gue udah kesel nih sama Geo jadi lo gak usah bikin gue tambah kesel!"

Dorongan brutal dan segala ucapan Reno tidak dihiraukan oleh Bara. Reaksi dari Reno malah dijadikan bahan keusilan Bara.

Digesek-gesekkan kepalanya di paha Reno, "Geli tau rambut lo nembus kain. Jangan-jangan lo doyan laki. Huss .. pergi sono, gue masih lurus."

Bara yang dikatain penyuka sesama jenis seperti itu malah tersenyum jahat. Sedangkan Reno langsung merasakan firasat yang tidak enak.

Tiba-tiba saja kepala Bara yang asalnya hanya bersandar dan menghadap keatas langsung menoleh kesamping, merepet di perut Reno sambil tangannya ikut memeluk perut Reno.

"GILA LO!! LEPASIN NJING!!"

"KENCENG BANGET SIH NI TANGAN."

Segala teriakan dan umpatan dari Reno malah di jadikan bahan tertawaan dari Bara yang kini masih mendusel manja di perut sahabatnya.

Sedangkan Leon yang dari tadi duduk terdiam di kursi sofa seberang mereka mulai menghela nafas jengah, heran dengan sikap sahabat somplaknya. Bisa-bisanya mereka bersikap kekanakan padahal Geo sampai sekarang belum sampai.
Leon melirik tajam aksi 2 sahabatnya yang kini jatuh terjengkang dari sofa dan mulai bergulingan di karpet ruang tamunya, " Berhenti bersikap unfaedah. Mending telpon Geo sekarang."

Akhirnya mereka berdua langsung berhenti bertengkar dan malah duduk terbengong melihat Leon. Nyali mereka menciut melihat tatapan tajam dari Leon, baru mereka sadari taplak meja, bantal sofa dan karpet yang mereka duduki sudah awut-awutan terlebih ada urung bantal yang sobek disisinya. Tidak berani membantah ucapan Leon yang lebih panjang dari biasanya ataupun mempertanyakan kenapa bukan dirinya sendiri yang menelpon Geo, langsung saja Reno merebut ponsel di genggaman Bara dan segera menjauh sambil mencari kontak Geo.

Bara yang melihat sahabatnya meninggalkan ia yang harus menghadapi singa jantan didepannya langsung ingin mengumpat kesal tetapi segera kicep setelah melihat tatapan dari Leon. Gila, mirip banget nih sifat anak satu ini dengan si Geo. Jangan-jangan kembar yang tertukar lagi. Batin Bara yang tidak sengaja menampilkan senyum konyol di dunia nyatanya.

Leon yang melihat sahabatnya senyum-senyum sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya.

______________________

Dilain tempat ...

Di langit yang sudah menggelap, seorang cowok bermata tajam sedang mengamati punggung seorang cewek yang berseragam sama sepertinya, berjalan tertatih melewati gerbang rumahnya. Sampai kemudian punggung rapuh itu menghilang, cowok berseragam abu-abu putih itu baru mengalihkan pandangannya. Ia tidak langsung pergi tetapi tetap duduk santai diatas motornya. Ya, cowok itu ber-nametag Geovano Nagashi.

Drtt.. Drrttt..

Tiba-tiba ponsel di saku kemeja putihnya bergetar. Langsung saja Gio meraihnya, ia tidak langsung mengangkat tetapi membaca nama seseorang yang menelponnya. Ia mendengus saat melihat nama sahabat gesreknya tertera disana.

Hampir saja Geo melupakan kalau ada kumpul di apartemen Leon, padahal ia sendiri yang mengusulkan untuk menginap disana malam ini.

"Lo dimana sih nyet? Dari tadi gue sama yang lainnya udah nyampe dari 2 jam yang lalu, Lo nyasar? Atau digondol mbak wewe jam segini masih keluyuran gak jelas dijalan? Cepetan ke sini gih, si Leon tuh udah ngamuk gara-gara bantal sofanya gue rusakin kan gabut nungguin lo sampai ibarat pohon udah berbuah. Si Leon tatapannya udah kayak bisa bunuh orang aja, duh .. serem banget. Mungkin lo aja yang bisa jadi pawangnya. Pokok sekarang cepetan kesini."  Cerocos Reno diseberang telpon tanpa titik koma sama sekali ditambah volume suaranya yang tidak dikontrol. Untung saja Geo sudah mengetahui tabiat sahabatnya ini, maka ia siap siaga menjauhkan ponselnya terlebih dahulu. Jika tidak? Tentu saja ia perlu ke dokter THT untuk memeriksakan telinganya.

"20 menit lagi nyampe." Hanya itu jawaban dari Geo. Kemudian ia mematikan telpon dan segera menstater motornya meninggalkan perumahan sederhana itu.

Ia teringat, tadinya ia akan menunggu Leon untuk berkonsultasi dengan wali kelasnya kemudian pulang bersama namun berbeda kendaraan saja. Tetapi saat di jalan menuju parkiran motornya yang berada di samping kanan gedung sekolah, tepatnya harus melewati berbagai ruang ekstra yang salah satunya lukis.

Geo berhenti dan ingin membantu si cewek punggung rapuh itu saat memunguti kertas sobekan yang sepertinya hasil pembullyan dari teman-temannya tetapi keburu didahului oleh Leon. Dan ia tidak berniat untuk menghampiri mereka, ia langsung melewatinya dan menuju paekiran. Tetapi disaat belokan pada perjalanan ke apartemen sahabatnya, ia melihat cewek itu lagi berjalan tertatih. Ingin sekali ia menawari untuk mengantarkan pulang, terlebih ia yakin jika kakinya bermasalah. Gerakan berjalannya sangat kaku dan ada beberapa noda di rok wirunya, ia bisa menebak jika itu pasti terkena noda dari lukanya karena samar-samar juga terdapat darah.

Mata tajamnya berkedip, ada sepintas sorot yang cukup rumit dijelaskan. Ia tidak jadi menawarkan bantuan tetapi secara diam-diam mengikuti dari belakang. Ia tahu jika cewek itu menyadari kehadirannya karena beberapa kali menoleh kebelakang, di tempat gelap persembunyiannya.

Tetapi anehnya setelah 2 kali menoleh, dia sama sekali tidak menghiraukan kehadirannya. Memang cukup sulit untuk mengikuti sambil mengendarai sepeda motornya yang besar. Ia harus menjaga jarak aman supaya mudah bersembunyi dan supaya suara motornya tidak terdengar. Yang terpenting cewek itu masih jarak batas pandangnya.

Tak terasa Geo sudah memarkirkan motornya dan sekarang sudah berdiri didepan pintu apartemen Leon. Geo langsung saja masuk karena sudah di beritahu pasword apartemen Leon. Benar saja ketika ia membuka pintu, suara bising dari Bara dan Reno yang berebut remot sudah terdengar. Bara menggelengkan kepalanya, Leon pasti pusing dengan tingkah mereka.

Dear DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang