Maaf Ayu

28.8K 2.4K 141
                                    

Akutuh mewek sendiri sambil ngetik😭😭😭

Happy reading girls🔥

Hari ini rumah makan dua kali lebih ramai daripada biasanya karena kedatangan reporter dari salah satu stasiun televisi yang aka meliput menu andalah dirumah makan milik Keluarga Hamdan tersebut.

Warga tentunya berdesakan antri ingin makan sekaligus masuk televisi.

Hal itu berimbas pada Amira juga, jam kerjanya yang biasanya hanya sampai pukul empat sore kini baru selesai ba'da maghrib. Dan jangan tanyakan bagaimana lelahmya Amira.

"Ayu.. kita naik komedi putarnya besok saja ya nak? Ini sudah gelap banget loh."

Ayu yang semula semangat menunggui Undanya bekerja kini nampak diam menahan kecewa, namun gadis kecil itu tetap mengangguk.

Dalam perjalanan pulang gadis kecil itu pun lebih memilih diam lebih tepatnya cemberut karena Undanya mengingkari janji

Sesampainnya dirumah dan mandi Ayu  berbaring tanpa semangat di kamar kecilnya dan sang Unda sambil memeluk Ciki, boneka kucing usang miliknya.

"Ayu makan dulu yuk." Gadis itu terdiam pura-pura memejamkan matanya.

"Sayang.. kalau nggak makan nanti sakit perut loh." Gadis itu tetap tak bergeming.

"Ayu kan anak baik, makan dulu yuk." Ayu tetap kekeuh tak beranjak.

Amira membaringkan tubuhnya disamping sang putri.

"Maafin unda ya nak.. tadi kan memang sudah malam. Makan dulu yuk sayang.."

Ayu luluh, gadis cantik yang tampak masih kesal itu berjalan keluar kamar menuju ruang tamu tempat dimana mereka makan.

"Unda suapin ya?"

Ayu menggeleng, Amira tersenyum. Syukurlah putrinya mau makan.

Setelah selesai makan, Amira mencuci dua piring seng yang menjadi alas mereka makan.

Setelahnya ia kembali ke kamar, mengintip putrinya yang kembali ke kasur dan tertidur miring menghadap tembok.

"Maafin unda ya nak."

Lirih Amira mengecup belakang kepala Ayu.

Wanita muda itu kembali ke ruang tengah untuk menyetrika tumpukan baju milik Bu RT yang tadi sempat ia ambil selepas pulang dari rumah makan.

Pundak ringkih Amira bergetar, tangis tak bersuara itu meluncur bebas.

Kalau tau begini sakitnya tak diacuhkan oleh Ayu, Amira lebih memilih kelelahan mengayuh sepeda dan kehilangan sepuluh ribu terakhirnya untuk menuruti keinginan putrinya untuk naik komedi putar dipasar malam.

Lagi dan lagi, Amira merasa gagal menjadi seorang ibu.

Ayu adalah anak yang jarang bahkan tak pernah meminta apapun, dan hanya hal sepele seperti ini Amira tak bisa mengabulkannya.

Ibu macam apa dirinya ini? Tak ada kebahagiaan melimpah yang dapat ia berikan kepada putrinya.

Tangis Amira semakin pecah kala dua lengan mungil melingkari perutnya yang tengah duduk dihadapan baju bertumpuk.

"Maafin Ayu, Unda.. Ayu anak nakal.. Ayu bikin Unda sedih." Isak bocak berusia empat tahun itu memeluk Amira.

Amira membalik tubuhnya mendekap Ayu.

"Maafin Unda ya nak.. Unda bikin Ayu kecewa."

Ayu menggeleng "Unda baik.. Ayu yang nakal.. Ayu janji Unda, Ayu nggak nakal lagi."

Tangis keduanya semakin tercekat.

"Jangan nangis Unda.. Ayu sedih." Amira mengangguk, membiarkan Ayu mengapus air matanya.

"Makasih ya nak.. Unda sayang Ayu."

Betapa rasa bersalah kian bercokol dihati Amira, putri kecilnya benar-benar dipaksa untuk menjadi sosok yang dewasa sebelum waktunya.

Saat  anak seusianya yang lain asyik bermain, maka tidak dengan Ayu yang harus berpuas diri duduk diatas sofa lapuk demi menemani Undanya bekerja.

Kala yang lain dapat menikmati sore hari mereka dengan menonton kartun, maka tidak dengan Ayu yang harus duduk diam bermain barbie kertas yang mulai koyak.

Jika yang lain tidur bertemankan banyak boneka lucu, sedang Ayu berbahagia bersama Undanya dan si kumal Ciki.

Dalam hatinya Amira selalu berdoa agar kelak ia dapat membawa Ayu dalam kehidupan yang lebih layak, mengembalikan masa kanak-kanak Ayu yang tak seindah anak lainnya.

Cut ah..

For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang