Hellooww.. guyss..
Apa kabar? Rindu nggak sama akyu?
KwkwkCussss....
Hepi reading😗😗😗Semua keluarga besar Serkan telah berkumpul diruang tamu rumah megah tersebut menunggu kedatangan jasad Satria yang akan dimakamkan pagi ini.
Amira duduk memangku Arga dalam balutan dress hitam panjang lengkap dengan selendang sutra berwarna senada.
Disamping Amira, Ayunda duduk diam menatap kosong pintu besar yang sudah dihias dengan karangan bunga.
Ada bongkahan luka yang menghantam hati gadis kecil itu hingga dadanya terasa ngilu bukan main.
Namun ia tak berani menangis, Ayunda memilih diam menyembunyikan kesedihannya agar Undanya tidak semakin sedih.
Ia harus menjadi kakak yang kuat pula demi adiknya. Ayunda sudah pernah berjanji pada Satria, dan Ayunda selalu mengingatnya.
"Princess, kalau baba nggak ada dirumah Princess harus jagain Unda sama adik ya nak? Princess baba kan kuat, tidak boleh menangis ya? Janji?"
Ya, Ayunda selalu mengingat itu.
Berulangkali Amira menyeka air matanya, beberapa kerabat Satria pun seolah berusaha menenangkannya.
Genggaman tangan kecil Ayunda sedikit mengalihkan Amira, wanita itu menatap putri kecilnya yang diam menatap lurus ke arah pintu.
Tak ada setetespun air mata di pipi gadis kecilnya.
Bibir mungil itu seolah tak lagi dapat tertawa, beberapa hari ini Ayu lebih memilih diam, tanpa menangis dan tanpa tersenyum pula. Dan tak dipungkiri Amira pun khawatir.
Wanita itu merangkul bahu Ayunda seraya berbisik.
"Ayu boleh menangis nak.."
Ayunda menggeleng lemah
"Kalau Ayu nangis, siapa yang mau jagain Unda sama Adik?"
Suara sirine ambulance kian membuat jantung Amira semakin terpacu. Hatinya kian ngilu bak dipecuti, tanggul air matanya kembali jebol menumpahkan air mata penuh kesakitan.
Sampai disini mas akhir kisah kita..
Tuhan berkehendak lain tentang masa depan kita.
Tuhan..
Sampaikan ribuan rindu ku untuknya..
Beri tau padanya bahwa hati ini hanya miliknya..
Aku tak marah pada Mu, aku tau ini yang pasti yang terbaik.
Kau pisahkan kami di dunia atas kehendak Mu, maka tolong kelak satukan kami kembali atas ridha mu di dalam kekekalan.
Pandangan Amira kian mengabur, pendengarannya mulai tak berfungsi dengan baik hingga ia merasakan kegelapan merenggutnya.
....
Ruangan serba putih dengan aroma khas merasuki indera penciuman Amira.
Wanita itu memijat pelipisnya dan berusaha untuk bangkit.
Ruangan ini terlalu indah untuk disebut sebagai rumah sakit, namun Amira yakin bahwa ia sedang berada di tempat itu, terbukti dengan sebuag jarum infus menancap di punggung tangannya.
Keheningan menyapanya, tak ada satupun orang disampingnya.
"Ayu?"
Panggil Amira lemah, namun tak ada satupun orang disana.
Hingga ia teringat sesuatu..
Pemakaman Satria.
Amira kembali menangis, ia melewatkan momen terakhirnya untuk mengantar Satria ke peristirahatan terakhirnya.
Rasa sesal kian membumbung tinggi, tangis Amira kian histeris.
Wanita itu meringkuk bak janin, diatas brankar.
Hingga sebuah usapan lembut dikepalanya menghentikan tangisannya.
Aroma ini sangat ia kenal.
Amira menoleh mendapati Satria menatapnya lembut disana.
Satrianya!
Amira menggapai tangan Satria.
"Maafin aku ya. Please jangan nangis."
Amira membawa tangan besar nan hangat Satria ke pipinya yang basah karena air mata.
"Mas Satria?" Amira masih tak percaya, Satrianya berdiri disampingnya dalam keadaan baik-baik saja.
"Kita di surga mas?"
Satria menggeleng lalu memeluk Amira.
"Maafin mas bikin kamu terlalu sedih.. maaf."
"Mas masih hidup sayang, mas.."
Amira mendorong tubuh Satria dengan tenaga seadanya.
Wanita itu menatap Satria dengan tatapan rindu, marah, kecewa namun bercampur lega.
"Kamu bohongin aku Sat?" Tanya Amira tak percaya, nafasnya naik turun tak karuan.
Satria menunduk diam.
"Satria! Jawab aku!"
"Maafin aku Ra.. aku terpaksa.. aku nggak punya cara lain.. a--
Amira menatap Satria kecewa.
"Kamu tega bohongin aku dan Ayunda? Kamu pikir ini lucu? Aku sama Ayunda tertekan Sat! Kamu nggak mikirin perasaan kami? Aku hampir gila Satria!!"
"Kamu pikir ini semua lucu? Kamu pikir perasaan kami ini cuma lelucon? Kamu keterlaluan Sat!"
Amira menumpahkan segala rasa kecewa dan amarah yang berkobar dalam dadanya.
Tangis itu tak dapat ia cegah.
"Maafin aku Ra.. please.."
Amira menggeleng menghalau pelukan Satria.
"Ambil ini! Aku harus berpikir seratus kali lagi untuk menikah sama kamu! Aku kecewa Sat! Sangat kecewa!"
Kedua mata Satria terbeliak dan berkaca-kaca menerima uluran cicin yang tadinya melingkari jari manis Amira.
"Amira.. please.. aku mohon.. aku cuma pengen kasih kamu kejutan, aku ingin kita kembali bersatu di depan papah. Aku ingin memulainya kembali. Kamu terlalu keras dengan hatimu, aku nggak punya cara lain."
Amira menggeleng tak percaya, pikiran Satria bisa sepicik ini. Memalsukan kematian bukanlah hal main-main.
Wanita itu kehabisa kata-kata untuk menanggapi Satria.
"Bahkan papah kamu juga terlibat? Begitu juga keluarga kalian? Aku nggak ngerti lagi sama jalan pikiran kalian."
"Pulangkan aku dan Ayunda ke Indonesia sekarang."
Cut ah....
Jadi gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔
Short StoryAda kalanya lebih baik diam daripada sibuk menjelaskan. Ada kalanya lebih baik pergi menjauh daripada harus bertahan. lima tahun berlalu, sejak kejadian yang melulu lantahkan hatinya, menghancurkan semua harapannya, menyisakan sebuah kerinduan tak t...