Helllowww dearsss
Ceilehh.. Up lageeeeeee
Vote komen yang buwaaaanyaakkkkk 😂😂😂😂😂😂
Heppi reading
"Ayu juga digendong ayah sama seperti adik digendong Om Baik?"
Satria dan Amira saling bertatapan, keduanya sama-sama masih mengunci mulut mereka, sementara Ayu tiba-tiba berdiri memeluk kaki Amira.
"Maafin Ayu Unda.. Ayu lupa, Ayu janji nggak akan tanya soal ayah lagi.. Unda nggak nangis kan?"
Gadis itu seolah teringat kala menyinggung persoalan ayahnya itu akan membuat undanya menangis. Dan Ayu tak mau melihat Amira menangis.
Baik Amira maupun Satria sama-sama tertegun, hati Satria begitu ngilu rasanya.
Namun kemudian Amira berlutut mensejajarkan tingginya dengan Ayu.
"Ayu nggak nakal, Ayu anak baik.. nih liat Unda nggak nangis. Ayah kan lagi kerja.. jadi waktu Ayu masih kecil, Unda yang gendong." Terang Amira mengusap pipi putrinya.
Ayu mengangguk "Undanya adik kemana?" Tanya tiba-tiba.
"Undanya adik sudah disurga." Jawab Satria yang kini berada tepat dibelakang Ayu.
"Adik nggak punya Unda?" Tanya Ayu polos menatap Satria, lelaki itu menggeleng.
Wajah Ayu seketika berubah sendu "Kasian adik." Tangis gadis kecil itu pecah, tangan mungilnya memeluk tubuh gempal Arga yang berada di dalam gendongan Amira.
Amira dan Satria saling berpandangan lagi, menyalurkan rasa dan kata yang tak terucap melalui mulut.
"Unda mau ya, jadi Undanya adik?" Pinta Ayu polos, air mata bocah itu masih mengalir.
Ia merasa sangat sensitif kala menyangkut masalah seorang 'unda'
"Ayu tau, pasti Adik nangis terus karena adik sedih soalnya nggak punya Unda kaya Ayu yang nggak pernah ketemu ayah." Imbuh gadis kecil itu kini menciumi pipi Arga.
Dan hati siapa yang tak tersentuh dengan permintaan dan pernyataan polos Ayunda.
Bahkan tak terasa air mata Satria pun mengalir.
"Unda? Mau ya?"
Amira menatap Satria, lelaki itu seolah memohon dirinya untuk berkata 'ya' sama halnya dengan Ayu.
Pada akhirnya Amira mengalah, wanita itu mengangguk.
"Ayu harus sayang ya sama adik?" Ujar Amira.
Ayu mengangguk senang "Adik jangan nangis.. Undanya kakak Ayu sekarang Undanya adik juga." Bisik Ayu pada Arga namum masih dapat Amira dan Satria dengar.
"Om Baik.. Adik udah punya Unda." Ujar Ayu menatap Satria.
"Ayu juga punya ayah.." imbuh Amira, Ayu hanya tersenyum tanpa minat.
"Om Baik itu ayahnya Ayu.." ujar Amira membuat Satria dan Ayu sama-sama terkejut.
Mungkin inilah momen yang pas, Satria berhak mendapat pengakuan dari Ayu dan Ayu pun berhak mengetahui siapa ayahnya.
"Maksud Unda?"
"Om itu ayahnya Ayu sayang, ini Ayah." Terang Amira memengang bahu Satria sambil menatap Ayu yang kembali berkaca-kaca.
"Ayahnya ayu?" Tanya bocah itu memastikan, perasaannya sangat sulit di deskripsikan, ia bahagia namun ia juga marah.
"Kenapa ayah baru datang? Kenapa ayah kerja lama sekali?" Tanya Ayu menatap Satria dengan sendu dan kecewa namun juga penuh kerinduan.
Satria memeluk Ayu dengan erat "maafin Baba sayang.. baba sayang sekali sama Ayu."
"Baba" lirih Ayu membalas pelukan Satria.
Baba, ya.. ia akan memanggil ayahnya dengan sebutan Baba, sama seperti Arga.
Dan Arga akan memanggil Undanya dengan sebutan Unda, sama seperti Ayu.
"Ayu kangen Baba.." bisik Ayu.
Di malam penuh haru dan air mata itu akhirnya Amira dapat bernafas dengan lega, melepaskan beban berat yang selama ini bertengger di pundaknya, tentang bagaimana Ayu akan bertemu dengan Satria.
Dan doanya terkabul, Ayu dengan mudah menerima Satria.
Bonus seorang bayi montok yang kini berada dalam dekapannya.
Ruang tamu sempit kontrakan Amira menjadi saksi bagaimana ayah dan anak yang selama ini terpisah kini tidur saling memeluk seolah menyalurkan rindu dan membayar waktu yang selema ini mereka lewatkan.
Tak terasa malam semakin larut, namun Amira belum bisa memejamkan matanya.
Ya, Satria akhirnya memutuskan untuk menginap, karena Ayu yang menahannya, gadis itu seolah ketakutan kalau Satria akan pergi 'bekerja' lagi.
Amira meninggalkan Satria, Ayu juga Arga diruang tamu, sedangkan dirinya masuk ke kamar dan membuka kembali kotak berisi kalung dan cincin pemberian Satria dulu.
"Kamu masih menyimpannya"
Wanita itu nampak kelabakan saat tiba-tiba Satria berada di ambang pintu yang tak ia tutup.
Namun kemudian Amira pasrah dan mengangguk "mereka berharga." Jawab Amira menatap kalung dan cincin itu.
"Mau aku pakaikan lagi?" Tawar Satria mendudukan dirinya disamping Amira.
Wanita itu menggeleng, Satria tersenyum sendu.
"Terimakasih sudah memberikan aku kesempatan ini." Ujar Satria.
"Jangan kecewakan Ayunda ya? Hatinya sangat rapuh.. aku nggak bisa lihat dia menangis kecewa. Selama ini ia benar-benar menanti ayahnya." Pinta Amira, Satria mengangguk sungguh-sungguh.
"Terimakasih sudah mau menyayangi Arga.. dia yatim piyatu." Buka Satria menerawang, lelaki itu menceritakan seluruh kejadian dan seluk beluk kehidupannya setelah meninggalkan Amira dulu.
Tentang bagaimana orangtuanya, hingga akhir kisah dirinya bersama Ibu dari Arga dan kembali ke Indonesia demi Amira.
Tentang malam-malam dan harinya yang tak pernah lepas dari bayangan Amira.. cinta itu tak pernah berubah dsn luntur sedikitpun.
Setitik air mata Amira turun, kala mendengar pernyataan cinta Satris yang masih sama menggetarkannya seperti dulu.
"Mungkin aku sangat nggak tau diri dengan memintamu kembali.. tapi bolehkah aku berjuang? Beri aku kesempatan untuk hubungan kita.." pinta Satria mengenggam tangan Amira
Amira menoleh menatap Satria intuk kesekian kalinya bola matanya beradu dengam bola mata tajam namun kini terlihat sendu milik Satria.
"Aku nggak tau.. aku belum yakin. Kecewa untuk kedua kalinya nggak ada di dalam kamusku Sat."
"Beri aku waktu ya?" Imbuh Amira menerbitkan harapan baru bagi Satria.
Uhuyyyy
Udah semakin terang menuju END
Kwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔
Short StoryAda kalanya lebih baik diam daripada sibuk menjelaskan. Ada kalanya lebih baik pergi menjauh daripada harus bertahan. lima tahun berlalu, sejak kejadian yang melulu lantahkan hatinya, menghancurkan semua harapannya, menyisakan sebuah kerinduan tak t...