Halo
Update lagiii.. seneng nggak?🤣🤣Banyak yang request aku rajin up.. baiklahhhhhh🥰🥰🥰😙
Happy reading all😇
Malam semakin larut, hawa dingin semakin menusuk kulit. Dan jika disuasana seperti ini biasanya banyak orang memilih untuk bergelung diatas nyamannya tempat tidur atau menikmati coklat panas di dekat perapian, maka tidak dengan Amira.
Wanita itu duduk di kursi balkon menatap pagar besar mansion menantikan Satria yang belum juga pulang.
Menit demi menit berlalu, Amira menyerah.
Ia tak akan lagi menunggu Satria.
Dengan perasaan kecewa yang masih membumbung tinggi, wanita itu memilih untuk segera tidur.
"Jahat kamu Sat.." lirih Amira kembali menitikan air matanya sebelum ia memasuki alam mimpinya.
Amira membuka kedua kelopak matanya dengan perlahan kala merasakan sebuah lengan besar yang melingkari tubuhnya, aroma sabun beraroma maskulin menyambut indera penciuman Amira.
Tanpa Amira menoleh pun ia tahu siapa pelakunya, dengan perasaan yang masih dongkol, Amira melepaskan diri dari pelukan Satria, namun tentu saja pria itu menahan tubuh mungil Amira.
"Maafin mas ya sayang." Bisik Satria memaksa tubuh Amira untuk menghadap dirinya.
Perasaan bersalah semakin menusuk hati Satria kala melihat istri cantiknya menangis.
"Sayang.."
"Tega kamu mas." Tangis Amira pecah.
Satria meringis, membawa Amira kedalam pelukannya.
"Maafin mas ya sayang, maaf.. mas kekanak-kanakan sekali.." bisik Satria penuh penyesalan sambil mengusap pipi basah Amira.
Amira menatap Satria sendu "Jangan diulangin ya.. disini sakit.." pintanya sambil meraba dadanya.
Satria menggeleng cepat "janji."
Keesokan harinya
Amira dan Satria duduk disebuah kursi santai di pinggir lapangan khusus tempat Ayunda belajar menunggang kuda bersama Serkan.
Bocah itu terlihat sangat bahagia, dilihat bagaimana tawa lepas itu keluar dari bibir mungil Ayunda tentu membuat Amira tak kuasa menahan harunya.
"Nda?"
Amira terhenyak, wanita itu menatap Satria yang tengah memangku Arga yang nampak mengantuk.
Wanita itu menggeleng menyembunyikan air mata harunya.
"Kamu masih sedih masalah semalam? Maafin mas ya sayang." Ujar Satria menyesal.
Tentu Amira langsung menggeleng.
"Makasih ya mas.." bisik Amira menahan gejolak haru dan bahagia di dadanya.
Satria menyerahkan Arga pada pengasuhnya dan menarik tangan Amira untuk masuk ke dalam paviliun terdekat tempat Omerto, asistennya tinggal.
"Kenapa sayang?" Tanya Satria khawatir seraya membawa Amira duduk di sofa besar di sana.
Tangis Amira pecah, wanita itu memeluk Satria kencang berulangkali melontarkan kata terimakasih.
"Terimakasih mas sudah datang kembali menepati janji mas, karena mas selalu berusaha menjadi baba yang terbaik untu Ayunda.. terimakasih sudah membawa kebahagiaan pada Ayunda yang sebelumnya tidak bisa bahkan tidak akan bisa aku berikan." Bisik Amira mengeluarkan semua isi hatinya, mengingat-ingat bagaimana dulu ia dan Ayunda berpanas-panasan bersepeda jauh demi berdagang donat di car free day, meski tak ada yang membeli.
Betapa Amira selalu merasa gagal menjadi seorang ibu kala mengingat Ayunda yang menangis kecewa karena tidak jadi pergi ke pasar malam untuk menaiki komedi putar.
Sebungkus jatah makan siang Amira pun menyisakan kenangan, bagaimana nasi bungkus itu menjadi santapan makan malam yang terasa nikmat bagi dirinya dan Ayunda.
Gadisnya begitu hebat. Itulah yang sampai sekarang bahkan sampai kapanpun akan selalu terpatri di hati Amira.
Satria menatap Amira begitu dalam, pria tampan itu menggeleng.
"Aku yang harusnya berterimakasih, terlalu banyak luka yang aku ciptakan untuk kalian.. tapi kalian masih mau menerimaku. Kamu ibu yang terhebat sayang bagi Ayunda, Arga dan adik-adik mereka kelak."
Sebuah kecupan mendarat di bibir Amira.
"I love you so much, more than anything."
Amira tersenyum dalam tangis harunya "I love you more mas."
Sebuah ciuman hangat, penuh cinta menjadi penutup suasana haru hari itu.
"Unda!! Baba!!"
Satria dan Amira menoleh mendapati putri kecil mereka memakai baju khusus berkuda nampak terengah-engah.
"Hai sayang."
"Baba, ayu capek.." adu gadis cantik bermata belo itu.
"Gendong ya baba?" Pinta Ayunda mengedipkan matanya lucu.
Satria terkekeh "baiklah princess sayang, baba gendong sampai ke bulan!!" Teriak Satria sambil menggendong Ayunda. Membuat bocah itu tertawa kencang.
"Ayo unda! Kejar Ayu!!"
Makan malam tiba, Satria dan Amira menyiapkan diri mereka untuk berpamitan pada Serkan, karena besok lusa mereka akan kembali ke Indonesia.
"Ra, Sat."
Amira dan Satria kompak menoleh
"Ya pah?"
"Besok papah mau ngajak Ayu main ke Istanbul, kalian mau ikut?"
Amira melirik Satria sekilas "Pah, papah tau kan lusa kami pulang ke indonesia?" Tanya Satria tak enak hati.
Serkan terdiam sejenak, pria paruh baya itu mengangguk.
"Papah mau tinggal sama Satria dan Amira di Indonesia?" Tanya Amira memandang mertuanya lembut dan penuh hormat.
"Papa akan sering main kesana, kalian juga harus sering main kemari ya?" Tukas Serkan mengedipkan matanya menatap Ayunda dan Amira.
Ya, kesepian di hari tua sepertinya memang sudah menjadi takdir Serkan, namun disisi lain dirinya hal itu memacu dirinya untuk selalu bersemangat untuk hidup dan sehat, demi cucu-cucunya.
Cut..
Cerita ini bener2 lagi aku kebut, karena aku udah nggak sabar upload SEQUEL!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔
Short StoryAda kalanya lebih baik diam daripada sibuk menjelaskan. Ada kalanya lebih baik pergi menjauh daripada harus bertahan. lima tahun berlalu, sejak kejadian yang melulu lantahkan hatinya, menghancurkan semua harapannya, menyisakan sebuah kerinduan tak t...