Terimakasih Om Baik

25.1K 2.3K 187
                                    

Hellowwwwww

Doubel Up🤣

Gimana digantung pas lagi seru2nya?
Wkwkwkw

Aku rajin Up karena kalian genks😭😭

Cuss ah.. hepi reading..

"Rara tolong, kita harus bicara."

Satria menggenggam tangan Amira dengan nada memohon. Amira menahan nafasnya yang mendadak terasa berat

Wanita itu menggeleng berusaha menghindar sebelum tangisnya benar-benar meledak.

"Rara... please!" Ujar Satria dengan nada lebih tinggi sambil mengunci kedua tangan Amira.

Amira melemah, menatap Satria dengan tatapan penuh luka namun juga rindu yang begitu kuat, meraung ingin disalurkan.

"Kita bicara" Pinta Satria dengan nada memohon dan tatapan yang begitu sendu, bahkan siapa sangka netra penuh ketegasan milik lelaki itu nampak basah.

Wanita itu tak menjawab, namun ia menatap dua kursi plastik yang berada diluar rumahnya.

Satria mengangguk lalu melepaskan Amira, keduanya duduk saling bersisihan.

Cukup lama mereka berdua saling diam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Amira masih antara percaya dan tidak percaya, lelaki yang selama ini ia tunggu kini berada didekatnya.

Lelaki yang sama sekali tidak berubah, hanya bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar dagunya. Matanya masih sama tajamnya seperti dulu, hidung bangir, bibir tipis nan merah dan kulit putih.

Sama halnya dengan Amira, diam-diam Satria memandangi istrinya? Atu lebih tepatnya mantan istri.

Wanita mungil dengan kulit sawo matang, mata belo nan begitu lembut berbingkai bulu mata lentik, hidung kecil namun lancip serta bibir tebal dan rambut hitam panjang.

"Kalau tidak ada yang ingin anda sampaikan silahkan pergi Pak Satria, banyak hal yang harus saya kerjakan." Ujar Amira begitu formal tanpa menatap Satria, wanita itu hendak beranjak namun Satria menahan tangan mungil itu.

"Siapa anak itu?"

Satria merutuki mulutnya yang justru bertanya demikian.

"Kalau kedatangan anda jauh-jauh kemari hanya untuk menanyakan tentang anak saya, maaf... saya tidak punya waktu." Dengkus Amira berjalan masuk dan mengunci pintu rumahnya.

"Ra, buka.. aku mohon.."

Tubuh Amira merosot dibalik pintu.

"Unda kenapa? Siapa yang nakal? Unda..." rengek Ayu berkaca-kaca, gadis itu tidak bisa melihat Undanya menangis.

Amira diam membisu, wanita itu sibuk membekap mulutnya sambil menangis.

"Unda.. unda kenapa? Om tadi nakal?" Tanya Ayu bertubi-tubi.

"Unda nggak papa." Jawab Amira tanpa menghiraukan gedoran dari Satria diluar sana.

"Tapi Unda nangis.. unda kenapa?" Tanya Ayu menahan tangisnya, sedewasa apapun sikap Ayu sejatinya ia hanyalah anak kecil yang lembut dan rapuh hatinya.

"Kalau Unda bilang unsa nggak papa berarti Unda tidak apa-apa!" Bentak Amira membuat Ayunda terkejut setengah mati.

Bocah itu berjalan mundur menjauhi Undanya.

Amira menyadari kesalahannya, wanita itu mendekati putrinya yang kini berdiri jauh darinya.

"Sayang, Ayu.. maafin Unda nak.. Un--

For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang