Malam Nostalgia

20.9K 2K 93
                                    

Double Up masa😆😆😆

Happy bgt kan...
Ini tebusan karena seharian kemarin aku nggak Up🥰🥰

Luvv u guysss...
Voment ya😘

Happy reading🔥

Amira menimang tubuh montok Arga sambil bersenandung lembut, bocah tampan itu nampak bergumam seolah mengajak Amira berbicara.

Kedua mata hazel milik Arga berbinar menatap Amira.

Bagaimana bisa Amira tidak mencintai Arga bila seperti ini? Bayi ini tidak lahir dari rahimnya, tidak juga mewarisi darah Satria, namun dengan mudahnya ia merebut hati Amira.

Bayi yang belum genap berusia enam bulan itu bahkan selalu tersenyum lebar memamerkan gusi merahnya tiap kali Amira memanggilnya dengan sebutan 'Arga ganteng anak Unda'

"Kamu nggak tidur Ra?"

Amira menoleh pada Satria yang tidur diatas karpet bulu diruang tamu bersama Ayu.

Wanita itu menggeleng, ia memang lelah setelah seharian duduk, menggendong Arga, memangku Ayu dan meladeni Satria selama acara meriah ulang tahun Ayu berlangsung.

Namun Arga sedikit rewel, mungkin karena kelalahan.

"Arga nggak mau ditaruh?" Tanya Satria berdiri disamping Amira.

"Mau sih, cuma dia ngomel kalau ditaruh. Dia baru seneng-senengnya digendong sambil diajak ngobrol gini." Terang Amira, tanpa terasa bibirnya membentuk lengkungan senyum menatap Satria.

Satria tersenyum membalas senyuman manis wanita yang teramat ia cintai itu.

Entah sejak kapan telapak tangan besar Satria menyentuh pipi Amira dan membawa wajah wanita itu semakin mendekati wajahnya, hembusan nafas mereka saling bersahut satu sama lain.

"Aku kangen banget sama kamu." Bisik Satria melarikan bibirnya di kening Amira, berlama-lama disana sambil mengusap belakang kepala Amira dengan sayang.

"Perjuangan aku masih jauh ya?" Tanya Satria sendu, ia ingin sekali egois dan membawa Amira juga Ayunda berkumpul dirumahnya, menjalani kehidupan rumah tangga sebagai mana mestinya, menua bersama dengan iringan tawa anak-anak mereka kelak  menyaksikan Ayu, Arga dan adik-adik mereka tumbuh bersama... mungkin.

Amira kian memeluk Arga, ia tak berani menatap Satria.

"Kamu capek? Kamu mau menyerah?" Tanya Amira dengan perasaan campur aduk.

Satria lekas menggeleng "Perjuangan aku tidaklah sebesar dan sesulit penantianmu dulu... aku akan terus menunggu, sampai kapanpun.."

Tak ada kata lagi, keduanya sama-sama diam saling bertatapan.

Satria berdeham "Hari ini kita makan malam diluar ya? Kamu pengen makan apa?" Tanya Satria mencoba mengalihkan fokus mereka.

Helaan nafas terdengar dari mulut Amira, wanita itu tersenyum menaikan alisnya "Pecel lele yang ada di jalan mau ke puncak."

Lelaki itu melotot seketika "ngelawak kamu? Itu jauh banget dari sini."

"Kan kamu sendiri tadi yang tanya." Jawan Amira, Satria mendekus.

"Yasudah tunggu Ayunda bangun, kamu mandi dulu sana, biar Arga sama aku." Titah Satria diangguki Amira.

Mentari hendak kembali keperaduannya, mobil keluarga keluaran terbaru milik Satria kini melaju sedang menyusuri jalanan kota menuju puncak.

Satria duduk memangku Ayunda sementara Arga benar-benar tak dapat lepas barang sebentar saja dari Undanya.

"Baba.."

"Ya Cantik?"

"Makasih ya Baba.. Ayu jadi punya ulang tahun kaya temen-temen Ayu gara-gara Baba." Ucap Ayu menatap Satria berbinar.

Satria tersenyum lalu mengecup hidung Ayunda.

"Apapun yang princess Baba mau, bilang sama Baba.. pasti baba kabulkan."

Ayu menggeleng "Ayu nggak mau apa-apa lagi. Ayu sudah punya Unda, baba, sama Arga. Ayu cuma mau Baba jangan kerja jauh-jauh lagi, jangan pergi lama-lama lagi ya baba?"

Satria mengangguk pasti "Baba nggak akan tinggalin Ayu sama Unda lagi."

"I love you baba, unda, adik."

"I love you too." Balas Amira dan Satria kompak.

Lepas menghabiskan waktu setengah jam lebih diperjalanan akhirnya mereka tiba di sebuah warung pecel lele sederhana dipinggi jalan yang cukup ramai.

"Mari pesan apa pak? Bu?"

"Bebek penyet sambel bawang sama jeruk hangat tawar."

Amira dan Satria saling berpandangan salah tingkah setelah menyebutkan menu favorit mereka secara bersamaan.

Satria tersenyum salah tingkah "itu dua, sama ayam goreng satu, ikan bakar satu, tempe, telur, tahu juga."

Gadis yang berdiri disamping Satria itu mengangguk mencatat pesanan Satria.

"Silahkan duduk dulu."

Amira memilih duduk lesehan, dan Satria pun mengikutinya.

"Mas Tria? Neng Mira?"

Satria dan Amira sontak menoleh dengan senyum lebar.

"Abah Juki!! Masyaallah Bah! Apa kabar?" Sapa Satria pada Juki, pemilik warung pecel lele yang merupakan langganannya bersama Amira dulu, karena rumah lama mereka tak jauh dari tempat ini.

"Sehat, alhamdulillah abah sehat. Nggak nyangka kalian balik kesini lagi, udah bawa dua buntut aja. Seneng abah teh lihatnya."

Satria tersenyum "iya bah, doakan cepat tambah adik baru lagi."

Sementara Amira hanya tersenyum sambil melirik Satria.

"Ini Ayunda, yang ini Arga bah." Ujar Amira.

"Ayu, salim dulu nak sama kakek."

"Mirip Tria ini mah." Ujar Juki heboh.

Sedikit lama mengobrol akhirnya pesananan Satria tiba.

"Abah lanjut bakar lagi ya, silahkan dinikmati, bernostalgia sama makanan favorit waktu masih jadi penganten baru." Goda Juki membuat kedua manusia itu salah tingkah.

"Kamu makan dulu aja Ra, Arga biar sama aku." Titah Satria, Amira menggeleng.

"Kamu aja, aku belum terlalu laper kok  lagian nanggung, ini Arga udah mau tidur."

"Ayu makan sendiri sayang?" Tanya Satria, Ayunda mengangguk.

Satria mengambil nasi dan bebek beserta sambal dari piring Amira, menumpuknya menjadi satu piring bersama makanannya.

"Aku suapin aja, aku tau kamu juga laper." Ujar Satria, Amira mau tak mau mengangguk.

Jemari Satria mulai menyuil daging bebek yang telah dimasak dengah sangat empuk, menumpuknya bersama nasi mengepul dan sambal pedas lalu meniupnya pelan.

"Aa.." titah Satria

Dengan wajah memerah menahan senyum Amira menerima suapan dari tangan Satria.

Seketika ingatannya kembali saat dirinya dan Satria masih menjadi sepasang suami istri.

Salah satu kegiatan favorit mereka adalah makan dalam satu piring yang sama, saling menyuap diiringi senyum bahagia.

Terlihat dan terdengar 'berlebihan' atah 'alay' memang, namun adanya memang demikian.

Satria dengan telaten bergantian menyuapi Amira dan dirinya secara bergantian.

Hingga suara kecil mengintrupsi mereka.

"Baba.. Ayu mau disuapi juga."

Cut ah🥰

For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang