Haluuuu
Up ni...
Voment yang banyak ya😘😘Amira duduk diam menatap Satria dengan tatapan menusuk dan mengintimidasi, sorot mata wanita itu menyiratkan sebuah amarah dan emosi tertahan.
Sebaliknya Satria justru tersenyum bodoh menatap Amira dengan geli.
"Aku nggak suka kamu berlebihan kaya gini Sat." Ujar Amira datar.
Satria membuang nafasnya gusar "Aku kasih semua ini buat Ayu, Ra.. bukan buat kamu."
Emosi Amira makin tersulut. Antara marah dan gemas dengan apa yang Satria perbuat.
Hari ini Amira sudah diizinkan pulang dari rumah sakit setelah seminggu dirawat karena sikap over Satria, harusnya Amira diperbolehkan pulang sejak empat hari yang lalu, tetapi Satria memaksa agar Amira dirawat lebih lama untuk memastikan wanita itu telah pulih betul.
Saat ini mereka berdua tengah duduk saling berhadapan disebuah rumah minimalis dua lantai, rumah yang surat-surat lengkapnya telah berganti nama menjadi nama Amira.
"Aku mau pulang kerumah aku Sat." Ujar Amira memohon dengan nada kesal.
"Ini rumah kamu Amira." Jawab Satria tak mau kalah.
"Lagipula kontrakan kumuh itu bukan rumah kamu, Ayu berhak dapat yang lebih baik dari itu Ra.. please."
Amira menatap Satria tak percaya, kedua netra belo wanita itu berkaca-kaca.
"Dan rumah yang kamu bilang kumuh dan tidak layak itu adalah tempat aku dan Ayu berlindung selama ini.. aku membesarkan Ayu disana.. ada memori berharga yang nggak selamanya kamu bisa beli dengan uang Sat. Ngerti?"
Satria tertegun, lelaki itu sepertinya salah bicara. Bukan maksudnya berkata demikian, ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Ayu dan Amira, ia ingin mengganti semua penderitaan Amira dan Ayu, selama ini dengan apa yang ia punya.
"Ra.. please, aku nggak bermaksud bikin kamu tersinggung atau sedih, aku cuma mau yang terbaik buat kalian.. buat Ayu. Aku kehilangan banyak momen sama Ayu, dan aku harap kamu ngerti kalau aku ingin menebus semuanya."
Amira memalingkan wajahnya "Aku mau pulang, kamu bebas menemui Ayu, menebus semua waktu yang lewatkan. Yang jelas aku mau pulang." Final Amira.
"Fine." Satria mengalah "Aku antar setelah kita makan siang."
Wanita itu mengangguk.
Kini Satria, Amira dan Ayu duduk dimeja makan menikmati olahan daging asap, sate lilit dan sayuran pelengkap hasil masakan PRT dirumah ini.
"Unda? Ini apa?" Tanya Ayu memecah keheningan disana.
"Ini sate lilit sayang, dari ayam. Ayu suka?"
Bukan Amira yang menjawab, melainkan Satria.
Ayu mengangguk "suka om, enak banget."
Satria tersenyum, meski dalam batinnya selalu saja tercubit tiap kali dipanggil dengan sebutan 'om' oleh putrinya sendiri.
Ingin Satria menjelaskan bahwa dirinya adalah ayah kandung Ayu, ia ingin Ayu menyebutnya 'Baba'. Ia ingin secara utuh Ayu mengerti bahwa ia ini ayahnya tapi Satria tak ingin egois. Amira pasti butuh waktu, dan ia tak akan memaksa. Ia akan menunggu dan berusaha sampai kapanpun Amira siap dan luluh kembali.
Amira melirik Satria sekilas, dalam hatinya ia pun tau bahwa Satria ingin diakui sebagai ayah oleh Ayunda.
"Sat."
Satria terhenyak dari lamunannya.
"Kami sudah selesai." Ujar Amira, pasalnya ia pun melihat piring Satria sudah kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔
Short StoryAda kalanya lebih baik diam daripada sibuk menjelaskan. Ada kalanya lebih baik pergi menjauh daripada harus bertahan. lima tahun berlalu, sejak kejadian yang melulu lantahkan hatinya, menghancurkan semua harapannya, menyisakan sebuah kerinduan tak t...