Maaf dari Papah

21.4K 1.9K 73
                                    

Heloowww...
Sorry baru sempat Up😊

Coments dan vote yang banyakkk yaaaa

Stay happy, helathy and wealthy guyss😋♥️

Happy reading🧚‍♀️

Amira menghabiskan tiga hari belakangan ini di rumah sakit karena mengalami stres ringan, anemia dan asam lambung yang di deritanya.

Selama tiga hari itu pula Satria tak beranjak dari sana, menunggu dan merawat Amira dengan begitu sabar dan baik, meski Amira masih kerap bahkan sering memarahi dirinya.

Mempermainkan kematin bukanlah hal yang lucu bagi Amira, sama sekali ia tidak senang meski ini semua Satria lakukan demi dirinya.

Namun tak dapat dipungkiri, sebuah kelegaan yang luar biasa melingkupi hati Amira.

Satria masih hidup. Satria ada disisinya saat ini.

"Sore ini kata dokter kamu sudah boleh pulang."

Amira mengangguk "bagus, artinya aku bisa pulang ke Indonesia secepatnya."

Helaan nafas berat terdengar dari arah Satria, lelaki itu berulang kali memijat tengkuk dan pundaknya sendiri.

"Aku tau Ra, aku keterlaluan.  Katakan padaku aku harus apa supaya kamu mau menerimaku kembali?"

"Tidak ada." Jawab Amira singkat.

Satria kembali menghela nafas, lelaki itu keluar dari kamar VVIP tempat Amira dirawat.

Selepas kepergian Satria pun, Amira juga berpikir.

Kenapa rasanya sangat sulit menerima Satria? Padahal hatinya menginginkan Satria, sangat. Membayangkan perasaannya sewaktu kehilangan Satria pun masih terasa sangat menyakitkan.

Egonya memang besar, ia tidak dapat mentolerir kebohongan dalam bentuk apapun. Itu prinsipnya.

Ini pun menyiksanya. Ia menginginkan Satria, namun lagi-lagi ego menguasainya, logikanya menolak. Sekali berbohong pasti orang itu akan mudah berbohong kembali. Amira tidak dapat mentolerirnya.

Katakan sejujurnya meski itu pahit dan menyakitkan.

'Tok tok tok'

"Masuk." Seru Amira, ia segera menghapus air matanya yang entah kapan mulai menetes.

"Pak Se-Serkan."

Serkan yang berjalan dengan bantuan tongkat berkepala naga dengan tahta berlian itu tersenyum mendekati Amira, lalu memberikan sebuket bunga lily pada wanita itu.

"Apa kabar nak? Dimana Satria?"

"Sa-saya ba-baik pak." Jawab Amira gugup sambil menunduk.

Tangan besar nan hangat Serkan mengusap kepala Amira.

"Tenanglah, rileks. Aku juga papahmu."

Amira mengangguk.

Untuk sesaat keduanya sama-sama terdiam, hingga serkan membuka suara.

"Maafkan papah ya Mir."

Amira menggeleng "pa-papah tidak ada salah apapun pada Amira."

Senyuman tulus penuh keriput dirahang tegas itu sejenak membuat Amira tertegun.

"Papah adalah sumber semua masalah yang kamu dan Ayunda alami. Andai saat itu papah tidak berambisi dan memaksa Satria meninggalkanmu, mungkin kalian tidak akan ada diposisis seperti ini."

"Juga, kamu dan cucu papah tidak harus merasakan hidup dalam kesusahan, bekerja keras sendirian, serba kekurangan.. harus dengan apa papah menebusnya Mir?"

Tangis Serkan pecah, lelaki paruh baya itu menitikan air matanya di depan wanita tangguh yang dulu ia anggap parasit dan benalu bagi putranya.

Jemari mungil Amira menggenggam tangan Serkan.

"Papah tidak salah.. hal yang wajar jika seorang ayah menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Amira dan Ayu tidak hidup dalam kesusahan pah, kami hidup dengan rezeki yang memang pada porsinya. Ayu bahagia bersama Amira pah." Terang Amira.

Serkan tersenyum disela tangisnya.

"Terimakasih ya nak. Satria memang terlalu dungu untuk membawamu dalam skenario bodoh ini, hingga kamu harus dirawat seperti ini. Maafkan Satria ya?"

Amira mengangguk tipis.

"Tinggalah disini sampai pernikahan kalian tiba." Bujuk Serkan, namun Amira membisu.

"Amira masih bingung pah. Kebohongan  Satria sangat membekas dihati Amira, dia--

Serkan menghela nafas.

"Papah tau. Papah pun demikian, sulit bukan memaafkan sebuah kebohongan" potong Serkan.

Amira mengangguk.

"Tapi coba buka mata kamu nak. Satria sangat mencintai kamu, apa kamu tidak dapat melihatnya? Dia tergila-gila padamu hingga ia nekat seperti ini. Lihat Ayunda. Lihat Arga, papah tau kamu mencintainya."

"Pikirkan lagi nak, ini bukan hanya tentangmu. Ada Ayunda diantara kalian."

"Papah tau dan yakin kalau kamu mencintai cecunguk bodoh itu." Pungkas Serkan.

Amira terdiam namun batinnya membenarkan.

"Papah pergi, kita ketemu sore ini dirumah, papah dengar hari ini kamu diizinkan pulang."

"Iya pah." Jawab Amira lirih.

Serkan berjalan keluar dari ruangan Amira dirawat.

"Gimana pah?" Tanya Satria yang sejak tadi menunggu diluar.

Serkan berdecak "kamu hutang banyak sama papah!"

Satria mengepalkan tangannya sambil berseru.

"Yes! Papah memang yang terbaik." Puji Satria.

"Awas saja kalau kamu sampai gagal lagi melamar dan meyakinkan Amira, papah sudah membuka jalan." Ujar Serkan mewanti-wanti putranya.

"Beres pah."

Serkan merogoh kantung celananya dan menyerahkan kotak bludur kecil pada Satria.

"Pakailah ini untuk melamar Mira, ini cincin almarhumah mamahmu, papah juga memakai ini saat melamar mamahmu."

"Makasih pah."

Serkan berjalan menjauh diikuti para pengawalnya.

Lelaki senja itu tersenyum lega, akhirnya ia dapat menjadi alasan dibalik senyum putranya.

Cut yeesss...

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

For My Beloved Daughter [END/COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang