Sekarang, dia tahu mengapa orang-orang ini pergi dari Sciacca. Wanita lebih tua darinya, yang duduk di samping, mengatakan bahwa Sisilia mungkin akan terlibat perang dengan Inggris karena telah berkhianat dengan memberikan hak suplai sulfur secara eksklusif kepada Perancis. Pengungsian besar-besaran ini tidak hanya terjadi di Sciacca, tapi juga di seluruh Sisilia.
Untuk menghindari nasib buruk yang mungkin menimpa, mereka rela jadi penumpang gelap dalam kapal pengangkut, yang membawa suplai bahan pangan dan anggur, ke beberapa negara tujuan. Masalahnya adalah tidak ada yang peduli ke mana mereka di bawa.
Melalui sinar matahari yang masuk lewat jendela kecil di atas, Madeline menghitung sepertinya sudah hampir satu minggu dia berada dalam lambung kapal. Minuman dan makanan, berupa roti sobek, dibagikan dua kali sehari sekadarnya agar mereka tetap hidup.
Toilet, berupa bilik dengan penutup kain yang tidak layak, berada di beberapa tempat. Meskipun terdapat baling-baling sebagai ventilasi, tetap saja, udara dalam kabin terkadang mengandung aroma menjijikkan.
Entah sudah berapa kali matanya basah dan kering, saat memikirkan keluarganya dan kondisi Robin. Apakah lelaki itu berhasil selamat dari kepungan Angelo dan gerombolan mafioso? Jika ya, apa yang dipikirkan Robin saat tidak menemukannya di Marina? Apakah lelaki itu akan marah atau kecewa padanya?
Madeline kembali menghela napas. Dia berjanji akan menyurati Robin sesampainya di daratan.
Suara keras dari seseorang berseragam, yang berasal dari arah pintu menyita perhatian penumpang kapal. Madeline bangkit berdiri bersama ribuan orang lain, tapi sayang, suara orang itu tidak jelas karena tertelan dengung percakapan dalam lambung kapal.
Mungkin orang itu mengumumkan bahwa mereka akan segera sampai, karena sesaat kemudian dia merasa laju kapal tertarik kebelakang oleh jangkar, kecepatan menurun drastis, sebelum akhirnya berhenti. Dadanya bergemuruh dengan rasa senang dan takut saat pintu besi tersebut membuka ke atas. Semua mata menatap terkesima, seperti melihat pintu surga.
Oh, Tuhan ... dia sudah sampai di tujuan!
Tidak seperti saat masuk ke dalam kapal, saat keluar, setiap orang wajib menyebutkan nama dan usia yang kemudian di catat oleh beberapa orang dalam seragam cokelat di mulut pintu. Sebelum mereka diperbolehkan pergi, setiap penumpang diberikan kartu berwarna dengan angka di atasnya.
"Nama? Usia?" tanya seorang petugas dalam Bahasa Inggris yang dimengertinya.
"Madeline di Russo, dua puluh dua tahun." Petugas, yang sedang menunduk untuk mencatat, menghentikan gerakannya saat Madeline bertanya, "Permisi, Sir, boleh aku tahu di mana ini?"
Netra cokelat petugas itu terangkat dan menatapnya terkesima "Kau bisa Bahasa Inggris, Miss? Kalau begitu, kuucapkan selamat datang di Inggris Raya."
Inggris? Madeline tertegun, kemudian senyumnya mengembang, dadanya berdebar kencang. Cita-citanya untuk menginjakkan kaki di Inggris, sudah tercapai. Akhirnya dia benar-benar bebas dari Angelo dan gerombolan mafioso yang sering memanfaatkannya.
Petugas itu menyeringai saat Madeline mengembalikan tatapannya ke depan. "Kau akan jadi aset berharga bagi House of Roses, Miss. Nah, ini kartumu. Semoga kau menikmati petualanganmu di Inggris. Selanjutnya!"
House of Roses? Apakah itu sebuah nama tempat? tanya Madeline dalam hati, sambil melangkah keluar dari kapal menuju panasnya hari menuju siang.
Diacuhkan hiruk pikuk teriakan anak buah kapal dan para kuli yang mengangkut karung-karung goni di punggung mereka, sementara tangannya membolak-balik lembaran kaku berwarna hitam dalam genggaman. Apa pula arti warna hitam?
KAMU SEDANG MEMBACA
TO DESIGN A DUKE
Historical Fiction[AZA Award Winners] [Wattys2021 Short Listed Story] [Wattys2021 Winner - Historical Fiction] Spin-off The Horse Whisperer. Hidup Robin Redford atau yang lebih dikenal sebagai Duke of Windsor berubah dalam satu malam. Serial kejadian buruk menimpanya...