A MYSTERIOUS GENTLEMAN

16.1K 2.3K 67
                                    

Madeline Di Russo sedang berada dalam studio lukis, di lantai dua rumahnya, ketika suara kakaknya—Angelo Di Russo—memanggil dengan teriakan tertahan. Dia mengernyit. Tidak seperti biasa, suara lelaki itu seperti cicitan tikus di sudut-sudut gelap jalanan Sciacca.

Mengabaikan panggilan itu, gadis berambut merah yang duduk di samping jendela terbuka lanjut berkutat dengan cat minyak dan kanvas yang bertengger di hadapannya. 

"Madeline! Maddy, di mana kau? Demi Tuhan, Maddy, apa kau tidak mendengarku?" ujar Angelo sambil berkacak pinggang. "Hei, mana sopan santunmu?"

Madeline hanya melirik kakaknya sekilas, kemudian melanjutkan lagi sapuan kuas pada kanvas sambil berkata, "Kalau aku dilahirkan sebagai putri raja, maka aku akan berlaku sepatutnya. Kau harus ingat di mana kita tinggal?" Maddy mengedarkan matanya ke sekeliling ruangan.

Studio lukis itu sebenarnya adalah sebuah gudang yang ditata ulang agar dia paling tidak memiliki sepertiga ruang kosong untuk dirinya sendiri. Tinggal dalam sebuah keluarga besar terdiri dari enam bersaudara membuat Madeline muak dengan keramaian.

"Jadi jangan mengeluhkan tingkah lakuku, Angelo. Biar kutebak, ada lelaki tolol lain di bawah yang akan disodorkan Mama padaku."

Madeline mendengar Angelo bergerak mendekat dari keritan lantai kayu di bawahnya. Seperti biasa, dia menunggu komentar Angelo akan lukisannya. Namun, ketika lelaki itu ada berdiri di sampingnya, Angelo hanya diam, lagi-lagi hal yang tidak biasa. 

"Conrad pulang. Dia di bawah bersama seorang lelaki asing," ujar Angelo sesaat kemudian.

Gadis berambut merah itu langsung menjatuhkan kuasnya dengan kasar dalam wadah berisi cairan pelarut cat, yang terletak di samping kanvas, kemudian menengadah menatap Angelo. "Well, well ... katakan pada bajingan itu, aku sudah tidak tertarik lagi dengannya."

Sekali lagi, dia memalingkan wajah, menekuri lukisan berupa potret seorang wanita yang berpose di hamparan ladang bunga. Lukisan pesanan Lady Bianca itu hampir sempurna, tinggal beberapa sapuan bayangan dan dia bisa menagih uangnya pada bangsawan cantik itu.

"Pergilah, Angelo. Jangan merusak suasana hatiku yang sudah tidak bagus."

"Madeline Di Russo, tatap aku."

Madeline mendelik melihat kakaknya yang menyeringai indah. Angelo Di Russo, lelaki berumur dua puluh enam tahun, wajah setampan malaikat dengan senyum yang menyilaukan, tapi jangan tertipu. Kakaknya adalah si perencana kejahatan dalam keluarga, kemampuannya mengendus uang sungguh perlu diacungi jempol. 

"Dengar, jangan karena seniman tua itu sedang tidak di Sisilia, kau menjadi seperti perempuan tua tanpa nyawa. Kalau aku bukan kakakmu, aku mungkin berpikir kau sudah jatuh cinta padanya. Harusnya kau bersyukur. Karena dia pergi, kau bisa mengambil alih bisnisnya. Bukalah studio itu dan lakukan seperti kebiasaan seniman tua. Dengan begitu, kau mungkin akan belajar sesuatu." 

Madeline berdecih, kemudian mengembalikan konsentrasi pada kanvas di depannya. Tahu apa kakaknya mengenai dia?

Enam bersaudara dan hanya Madeline sendiri yang berbeda. Pertama dari segi fisik, karena hanya dia yang mewarisi rambut merah seperti Mama, sementara lima saudaranya yang lain mewarisi rambut hitam Papa.

Kedua, ketertarikannya pada dunia seni yang idealis, bertentangan dengan prinsip materialis keluarganya. Keahlian masing-masing anggota keluarga—kecuali Michael dan Michelle, si kembar yang baru berusia empat tahun—membuat keluarga Di Russo memiliki hubungan khusus dengan salah satu keluarga mafia di negara ini. 

Bukan berarti gadis itu tidak menyukai uang, hanya saja jika tawaran dan tantangannya tidak sebanding, dia akan menolak. Madeline baru akan ikut dalam suatu rencana kejahatan, jika tingkat kesulitannya rumit, karena menurutnya itu adalah salah satu bentuk seni. 

TO DESIGN A DUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang