Tidak seperti Hartington yang terletak di pegunungan, atau seperti Windsor yang merupakan kota besar, Cheltenham yang terletak di pinggir kota menawarkan keseimbangan antara kota dan pegunungan. Pepohonan berjejer rapi di kiri kanan jalan yang rata, dan lampu-lampu bekerlip dari jendela rumah penduduk merupakan pemandangan yang menenangkan di sepanjang jalan yang dilewati Robin.
Berkendara dalam kereta kuda tanpa berhenti untuk menginap, dan jam tidur yang hanya sebentar-sebentar karena tidak sabar untuk segera sampai, membuat suasana hati Robin saat ini benar-benar buruk. Sudah hampir seminggu dia berada dalam kereta dari Windsor ke Hartington, kemudian turun ke Cheltenham. Jika dihitung jaraknya, Robin mungkin telah melintas setengah jarak lintas inggris raya.
Lalu, dia melihatnya dari kejauhan, sebuah bangunan megah di pinggir danau yang bernuansa putih. Akhirnya, sampai juga dia ke kediaman sahabatnya, George Alexander, Duke of Cheltenham.
Robin menyesal karena dari awal tidak memutuskan untuk berlibur di kediaman George. Tentunya itu akan menghemat empat hari, karena jarak tempuh Windsor-Cheltenham jauh lebih pendek daripada Windsor-Hartington.
Ringkikan kuda disertai entakan roda menandakan keretanya telah sampai di tujuan. Robin segera meloncat keluar begitu kusir membuka pintu. Hari terbilang masih subuh, bulan tiga perempat masih menggantung di langit sewarna iris matanya, saat Robin menjejakkan kaki di depan tangga menuju pintu utama.
Dia sadar bahwa kunjungannya yang tiba-tiba pasti membuat George naik pitam, tapi tidak ada cara lain. Sesuatu dalam dadanya bergejolak ketika membayangkan Madeline berada di rumah seorang lelaki, meskipun orang itu adalah sahabatnya.
Beberapa saat setelah menggedor dengan besi pengetuk yang terpatri di depan pintu berpelitur, seorang kepala pelayan membukanya. Geoffrey, dalam pakaian jas ekor penguin, terkejut saat mengetahui tamunya yang tidak lain Duke of Windsor.
"Your Grace ... apa yang--"
"Bangunkan George," perintah Robin, tanpa basa-basi, kemudian melangkah masuk melewatinya.
"Tapi, His Grace sedang--"
Robin memutar tumitnya dan berjalan mendekati lelaki berperawakan kurus itu, saat seperti ini dia tidak suka seorang pun membantah. Netranya menatap tajam dengan ancaman serius jika lelaki itu tidak menjalankan perintahnya.
"Bangunkan dia, se-ka-rang juga! Dan, bawa majikanmu ke ruang perpustakaan, ada hal penting yang harus kubicarakan dengannya."
Wajah lelaki itu berubah panik, lalu menjawab, "Ba-baik, Your Grace."
Puas melihat Geoffrey tergopoh-gopoh pergi menyusuri lorong temaram menuju kamar George, Robin meninggalkan lobi dan melangkah ke ruang perpustakaan di lantai dua.
Bagi dia, rumah sahabatnya sudah seperti rumahnya sendiri, baik rumah Nicholas di Hartington, rumah George di Cheltenham, atau rumah Thomas di Stafford, karena di sinilah tempatnya melarikan diri saat ada masalah.
Melangkah masuk dalam ruang perpustakaan, seorang pelayan rupanya sudah berada di dalam. Mungkin, sebelum menuju kamar majikannya, Geoffrey sempat menyuruh salah satu dari anak buahnya untuk menyalakan penerangan dan membuka tirai jendela agar matahari yang sebentar lagi bangun dapat membagi cahayanya ke dalam ruangan.
Robin mengamati sekelilingnya, sudah lama dia tidak kemari, tapi susunan ruangan ini tidak banyak berubah. Satu set sofa berukuran besar dari kulit berwarna hitam yang terletak di depan perapian, tampak kontras dengan lemari-lemari buku di sekelilingnya yang berwarna putih. Sementara, di ujung ruangan, sebuah meja kerja besar adalah satu-satunya furnitur yang memiliki warna berbeda.
Langkahnya mendekat ke arah meja kerja yang terbuat dari kayu oak dan bersandar di tepinya. Menatap ke kejauhan dari jendela besar di samping meja kerja, pemandangan dari lantai dua kastel Cheltenham tampak memukau.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO DESIGN A DUKE
Fiction Historique[AZA Award Winners] [Wattys2021 Short Listed Story] [Wattys2021 Winner - Historical Fiction] Spin-off The Horse Whisperer. Hidup Robin Redford atau yang lebih dikenal sebagai Duke of Windsor berubah dalam satu malam. Serial kejadian buruk menimpanya...