FAMILIAR SCENT

7.8K 1.3K 51
                                    

Robin sedang berada di teras penginapan di Erice dan menyesap perlahan cappuccino panas dari cangkirnya. Orang-orang yang berlalu lalang beberapa kali menengok ke arahnya, mungkin mereka menganggapnya boneka Eropa, dengan rambut pirang dan mata biru laut. Namun, dia tidak terganggu dengan itu, pikirannya sedang sibuk dengan hal lain.

Lebih kurang satu minggu sudah tidak bertemu dengan Guizeppe membuat Robin bertanya-tanya apa yang dilakukan lelaki itu dalam kamarnya. Apakah dia tidak bosan sama sekali berada dalam kamar yang pengap? Ataukah jangan-jangan ... Guizeppe dan Sofia memiliki hubungan spesial?

Tentu saja itu bukan urusannya dan dia tidak meragukan Guizeppe, yang meskipun mengurung diri, tetap melakukan kewajiban dengan perantara asistennya. Sering kali, dia menemukan Sofia mondar-mandir membawakan makanan atau minuman, serta membeli sesuatu untuk seniman itu.

Sofia juga yang membawakan gambar sketsa Guizeppe yang indah untuk di komentarinya, sebelum seniman itu memberikan pada Angelo dan digarap menjadi bentuk jadi.

Dia bukan tidak senang dengan Sofia, tapi Robin merasa sedikit kehilangan. Mengingat pembicaraan dengan Guizeppe mengenai Kastel Venus, dia merasakan kenyamanan seperti sedang berbicara dengan sesama bangsawan Inggris.

Guizeppe memiliki pengetahuan dan sifat tenang yang jarang dilihatnya pada kebanyakan lelaki di Sisilia. Mungkin seniman itu terlalu lama berkubang dalam tumpukan buku, sehingga memiliki sifat pemalu, yang mana cukup aneh untuk lelaki paruh baya.

"Ah, rupanya kau di sini, Signore Robin. Aku mencarimu ke mana-mana." 

Robin menoleh dan segera berdiri. Dia terkejut mendapati orang yang dipikirkannya barusan, berada di depan pintu sedang menatapnya. "Signore Guizeppe! Oh, baru saja aku memikirkanmu."

"Memikirkanku? Kuharap sesuatu yang bagus," ujar lelaki itu sambil memelintir kumisnya yang rapi. Binar netra hitam itu berkilat dengan rasa senang.

"Bukan apa-apa, hanya saja kupikir lebih baik jika aku bisa berkonsultasi langsung denganmu ketimbang melalui perantara."

"Kau tidak menyukai Sofia-ku?" tanya Guizeppe seakan kata-kata Robin telah menyinggung asistennya.

Buru-buru Robin memperbaiki kalimatnya. "Bukan begitu, Signore Guizeppe, Sofia-mu cantik. Tapi, aku merasa agak risi, jika dia harus mondar mandir ke kamarku. Apa yang akan dipikirkan orang lain mengenai wanita itu? Mungkin lain kali sebaiknya aku mendobrak kamar dan menyeretmu keluar."

Kilasan rasa panik membayang di netra hitam Guizeppe ketika lelaki itu berkata, "Eh? Ti-tidak bisa, Signore Robin. Jangan kau lakukan itu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika itu sampai terjadi."

"Mengapa begitu?"

"Aku butuh konsentrasi tinggi saat menggambar. Dan, saat itu biasanya aku dalam kondisi telanjang."

"Apa?" Robin menatapnya lama. Dia belum pernah mendengar seorang seniman memiliki kebiasaan seaneh itu saat tenggelam dalam kegiatannya.

Bukankah umumnya objek lukisan yang telanjang, dan bukannya si seniman? Jika lelaki itu tidak mengenakan busana dan berada dalam kamar bersama seorang wanita, berarti teorinya mengenai hubungan spesial antara Guizeppe dengan Sofia terbukti sudah. 

"Kau pasti sudah gila."

"Betul, orang-orang mengatakan aku seniman gila." Guizeppe menyeringai senang. "Kembali ke tujuan semula. Angelo mengatakan kastel sudah siap dihuni dan kita bisa pindah ke sana hari ini. Bagaimana menurutmu?"

"Excellent! Aku butuh tiga puluh menit untuk bersiap, setelah itu kita berangkat."

Hampir satu jam kemudian, mereka berempat sudah berada dalam kereta kuda tertutup menuju Kastel Pepoli. Angelo memilih untuk duduk di depan bersama kusir, sementara yang lain di dalam. 

TO DESIGN A DUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang