Aku hanya memakai topeng untuk selalu terlihat bahagia.
~ PRESSURE ~
Pagi ini, mentari terlihat sangat cerah. Seperti seorang gadis yang berharap hari ini akan menjadi hari yang baik, tidak seperti hari-hari sebelumnya.Tok... Tok... Tok...
"Non itu udah ada yang nunggu di bawah." ujar asisten rumah tangga di rumah Alvina. Alvina mengerutkan dahi nya bingung, siapa yang pagi pagi seperti ini menjemputnya? Padahal dia tidak minta di jemput oleh Sheryl ataupun Fidelya.
"Iya Bi, nanti Vina turun ke bawah" teriak Alvina dari dalam kamar. Setelah merasa penampilannya sudah rapi gadis itu menuruni satu persatu tangga menuju teras di depan rumah.
"Sarapan dulu atuh Non."
"Nanti Vina sarapan di sekolah aja bi." jawab Alvina sambil tersenyum tipis.
"Oh ya udah atuh kalo gitu mah, hati-hati di jalan Non." ujar bi Ani, yang di balas senyuman oleh Alvina. Bi Ani menatap kepergian Alvina dengan iba, merasa kasihan dengan anak majikan nya yang sudah dia rawat sedari kecil. Bi Ani berharap Alvina bisa kembali seperti dulu lagi.
Alvina berjalan ke depan rumah nya untuk melihat siapa yang menjemputnya sepagi ini. Sekarang baru jam 05.45 masih ada setengah jam lebih bel sekolah berbunyi, seharusnya Alvina bisa bersantai-santai dulu.
"Pagi bidadari." sapa seorang lelaki dengan senyum terbaiknya. Alvina yang melihat hanya memutar bola matanya malas.
"Ngapain?" Ketus Alvina
"Jemput pacar lah." jawab Erlangga dengan percaya diri. Ya, lelaki yang menjemput Alvina adalah Erlangga, manusia yang Alvina benci.
"Siapa pacar lo?" Tanya Alvina
"Ya kamu lah sayang, masa bi Ani." jawab Erlangga.
"Udah berapa kali gue bilang, gue bukan pacar lo." jawab Alvina sambil menekan kata akhir yang dia ucapkan.
"Udah lah terima aja. Sekarang mending kita berangkat sekolah sebelum gerbang nya di tutup." ajak Erlangga.
"Gak! Gue berangkat naik mobil aja." tolak Alvina mentah-mentah.
"Ayo lah Vin. Sekali aja." mohon Erlangga.
"Ck, ya udah. Inget ya sekali ini aja. Besok-besok gak usah ganggu gue lagi" ujar Alvina sambil menaiki motor sport milik Alvina yang di balas senyuman lebar oleh Erlangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen Fiction'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan' --- Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...