'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan'
---
Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lo itu sama kaya mawar. Keliatan indah dari luar menusuk di dalam.
~ PRESSURE ~
"GUE NGGAK NGERTI KENAPA LO HARUS PUTUSIN GUE SAAT INI?!"
Teriak seorang gadis di depan Erlangga tidak terima. Sorot matanya jelas terluka menatap Erlangga dengan jelas.
"Karena gue udah nggak suka." jawab Erlangga enteng. Seolah tidak ada beban sama sekali. Tidak menyadari kalau ucapannya itu sekarang mampu merobek hati seorang gadis di depannya.
"Gue udah nggak suka sama lo La. Gue harap lo ngerti. Bukannya dari awal lo udah mengetahui konsekuensinya kan?" tanya Erlangga seraya menaikkan dua alisnya.
Kaila terisak pelan. Perkataan Erlangga mampu membungkam mulutnya dalam sekejap. Seperti sihir yang bisa membuat Kaila berubah dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Kaila tahu ini kesalahannya. Dia yang salah mencintai orang yang salah. Padahal jelas sedari awal Erlangga sudah memperingatinya untuk lebih hati-hati ketika berhadapan dengannya. Walaupun Erlangga terkesan biasa saja, namun entah mengapa setiap terlibat percakapan dengannya Kaila bisa merasakan sesuatu yang berbeda.
Mungkin Erlangga yang kurang sadar atau Kaila yang gampang menaruh perasaan?
"Hubungan kita baru 6 jam lho Ngga. Masa putus?" Kaila menatap Erlangga dengan mata berkaca-kaca.
Saat ini keduanya tengah duduk di bangku taman sekolah. Kebetulan jam pulang sudah berakhir beberapa menit yang lalu. Membuat Erlangga berinisiatif membawa Kaila ke taman karena akan mengobrol sesuatu yang perlu keduanya rundingkan. Lebih tepatnya Erlangga Yang selalu mengambil keputusan.
"Gue bosen La." Punggung Erlangga menyandar ke belakang kursi. Menatap Kaila yang masih berkaca-kaca dari samping.
"Lo ada yang baru ya?"
"Yang baru banyak yang lama udah menumpuk."
Dasar Playboy! ujar Kaila dalam hati. Kesal.
"Tapi gue gamau putus."
Erlangga memutar bola matanya. "Tapi gue mau, gimana dong?"
"Jahat lo sumpah!" Kaila menyeka sudut matanya yang mulai berair. Okey dia tidak boleh lemah.
"Udah tau gue jahat tapi masih aja mau dipertahankan. Emang ya takdir cogan gini." ujar Erlangga dengan kepedean tingkat tinggi.