'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan'
---
Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kebahagiaan akan datang seiring berjalannya waktu.
- PRESSURE -
Hari Minggu adalah hari yang paling di senangi para pelajar kerena mereka bisa tidur sepuasnya. Namun lain halnya dengan Alvina. Pagi ini Erlangga menjemputnya dengan alasan ingin joging bersama. Alvina sudah menolak namun Erlangga yang memang dasarnya keras kepala tetap memaksa Alvina hingga akhirnya mau tidak mau Alvina menemani nya joging.
Setelah merasa sudah siap Alvina berjalan turun menuju ruang tamu yang sudah ada Andin, Fahri, Raka dan Erlangga. Alvina yakin pasti dia akan di ledek habis-habisan oleh Raka karena Erlangga menjemputnya. Terlihat dari tatapannya yang membuat Alvina ingin menenggelamkannya di rawa-rawa.
"Udah siap sayang?" tanya Andin, Mama Alvina yang di balas anggukan oleh Alvina.
"Emang kita kenal?" tanya Alvina menaikan sebelah alisnya.
"Ya Allah, mimpi apa bunda punya anak kayak lo." ujar Raka membuat Alvina diam seketika.
Raka yang merasa salah berbicara menjadi tidak enak dengan Alvina. Raka tahu Alvina sangat sensitif jika sudah membahas keluarga.
"De..."
"Vina jalan ya mah." ujar Alvina memotong perkataan Raka lalu menarik tangan Erlangga untuk pergi joging.
Erlangga yang di tarik oleh Alvina sebenarnya bingung. Siapa bunda? Sepertinya Alvina memanggil wanita tadi dengan sebutan Mama.
"Jangan cepet cepet nariknya sayang." ujar Erlangga. Alvina yang tersadar bahwa dia sedang menarik tangan Erlangga langsung menepis kasar.
"Gak usah panggil gue sayang." kesel Alvina. Erlangga yang sudah kebal dengan sikap Alvina yang dingin hanya menggelengkan kepalanya, sabar.
•••
Suasana di perumahan masih sepi. Mungkin karena hari libur mereka memanfaatkan waktu untuk istirahat sebelum besok melanjutkan aktivitas seperti biasa. Di perumahan lebih sering hidup sendiri sendiri tanpa peduli orang sekitar ataupun tetangga. Mereka sibuk dengan kehidupan masing-masing.
Alvina dan Erlangga berjalan menuju taman yang masih berada di daerah perumahan. Tidak ada percakapan selama mereka berjalan. Sesampai di taman Erlangga dan Alvina berlari mengelilingi taman untuk beberapa putaran.