Bukan tentang siapa yang kita kenal lebih lama atau yang datang pertama tetapi tentang siapa yang datang, menetap dan tidak pernah pergi.
~ PRESSURE ~
"Vin" tegur Fidelya. Di balas deheman oleh Alvina.
"Lo kenapa sih dari tadi ngelamun terus?" tanya Sheryl.
"Gua nyusahin ya?" tanya Alvina serius.
"Hah?" jawab Sheryl dan Fidelya berbarengan.
"Lo apaan si kenapa tiba-tiba ngomong gitu?" tanya Sheryl.
Setelah kejadian kemarin Alvina lebih banyak diam. Menyendiri di kamar. Tidak mau makan. Susah untuk di suruh minum obat. Kesunyian membuat dia nyaman. Merasa tenang dan damai.
"Vin hey!" ujar Fidelya menggerakkan telapak tangan nya di depan muka Alvina karena gadis itu kembali melamun.
"Gue capek." ujar Alvina menundukkan kepalanya.
Sekarang mereka berada di rumah Sheryl. Gadis itu meminta di temani karena tidak ada orang di rumahnya. Alvina dan Fidelya yang merasa kasian akhirnya mau menemani sahabatnya itu.
"Kenapa kebahagiaan gak pernah datang ke gue. Di saat sedikit kebahagiaan datang pasti setelahnya bakal datang kesedihan yang lebih besar. I am tired." ujar Alvina putus asa.
Salah kah jika sekarang Alvina lelah?
Lelah dengan semua yang terjadi di kehidupannya. Alvina iri dengan teman-temannya yang selalu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Iri ketika melihat teman-teman bercerita betapa harmonisnya keluarga mereka."Gua gak pernah minta dilahirnya dari keluarga yang berlimpah harta tapi kasih sayang yang miskin. Gue mau kayak kalian dapat kasih sayang dari orang tua. Selalu di perhatiin. Selalu di khawatirin saat pergi dan gak ada kabar. Kapan gue bisa ngerasain itu semua?" tanya Alvina dengan mata berkaca-kaca.
Sheryl dan Fidelya melihat Alvina dengan iba. Mereka tau seberapa berat masalah yang Alvina jalani. Bertahun-tahun Sheryl dan Fidelya menjalin persahabatan dengan Alvina baru kali ini melihat sahabatnya serapuh ini.
"Denger gue. Setiap kehidupan pasti ada yang namanya sedih dan bahagia. Mungkin sekarang lo lagi ada di titik sedih. Kebahagiaan udah di atur masing-masing sama yang di atas Vin. I know you are a strong woman and can definitely get through all this." ujar Sheryl memegang kedua bahu Alvina.
"Lo boleh capek. Gue ngerti lo capek, tapi gue yakin lo pasti bisa ngelewatin semua ini. Kebahagiaan udah di atur sama yang di atas. Masih banyak orang yang sayang sama lo, ada gue sama Fidel salah satunya. Dan masih banyak lagi orang-orang yang sayang sama lo, mereka mau liat lo bahagia. jadi, gue yakin seratus persen lo pasti bisa lewatinnya. Semua butuh proses. Mungkin lo lagi di uji sama yang di atas. Kebahagiaan datang gak nentu. Gue yakin suatu saat nanti kita bakal bahagia bareng bareng. And stop selalu bilang diri lo itu nyusahin. Lo gak pernah nyusahin Alvina. Lo sekarang kayak gini karena mau di kasih kebahagiaan yang melimpah suatu saat nanti. Gue sama Sheryl di sini selalu ada buat lo. Di saat lo suka maupun duka. Kalo ada apa-apa lo bisa cerita sama kita. Gue anggap kalian bukan sekedar sahabat tapi saudara. Jadi, jangan pernah berfikir kalo di hidup lo hanya sendiri. Di dunia ini banyak yang sayang sama lo." ujar Fidelya panjang lebar tanpa jeda. Dia mau Alvina sadar, bahwa banyak orang yang masih menyayangi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen Fiction'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan' --- Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...